bagian 1

18 2 0
                                    

"Rambut mu terlalu panjang Airi! Kau menghalangi pandangan ku, Minggir!" Sentak gadis berambut coklat.

"Lihatlah kupu-kupu ini Zoelva, sayap nya indah sekali." Gadis berambut putih panjang bergelombang itu mengacuhkan sentakkan Zoelva, mata merah nya berbinar takjub menatap sapuan warna indah pada sayap kupu-kupu hitam.

"Iya aku tahu, tapi kau menghalangi objek gambar ku Airi!" Kata Zoelva lagi, dia melongokan kepalanya agar dapat melihat seekor kadal biru yang merayap pada batu bersulur.

Kupu-kupu yang hinggap di jari Airi terbang dan otomatis gadis itu berlari mengejarnya, gerakkan kaki Airi membuat kadal biru yang menjadi objek Zoelva kabur. Zoelva yang melihat itu hanya bisa menghela nafas nya, dia pun membereskan peralatan menggambarnya, gadis itu melihat hasil gambarannya yang baru ada beberapa garis abstrak yang jika di lihat lebih teliti akan membentuk satu badan kadal utuh tanpa arsiran tekstur kulit.

Zoelva mengamati Airi yang sedang berlari mengejar kupu-kupu, tingkah nya seperti anak kecil, Zoelva berbaring di atas rerumputan hijau seraya mengamati bentuk awan yang menarik.

Desa yang ia tempati ini sangat terpencil, tapi walaupun terpencil orang-orang disini sangat ramah pada siapapun dan lingkungan nya masih asri dengan banyaknya hutan dan sawah sebagai sarana pekerjaan mereka.

"Zoelva! Airi!" Suara seorang laki-laki memanggil, mereka berdua menoleh dan menemukan salah satu temannya.

"Halo Parsy!" Sahut mereka berdua dengan posisi Airi yang berdiri dan Zoelva yang masih berbaring, laki-laki itu memberengut.

"Namaku Parshen! Par-Shen!" Sahut laki-laki itu dengan pipi mengembung.

"Dan panggilan mu Parsy." Sahut Zoelva, Parshen menatap Zoelva yang tengah menutup matanya.

"Hei Zoelva, adik mu mencari mu tadi." Kata Parshen yang kini ikut duduk di samping Zoelva. "Kata nya dia sudah membuat kentang tumbuk dan sup rusa." Lanjut nya.

Zoelva membuka mata nya lalu terduduk. "Kapan ia berkata pada mu?" Tanya Zoelva sambil menoleh ke arah Parshen.

"Baru saj--" perkataan Parshen terpotong saat Zoelva sudah melesat pergi.

"Zoelva kemana?" Tanya Airi yang menghampiri Parshen dengan kupu-kupu di tangannya.

Parshen mengangkat bahu nya lalu mata nya melirik tangan Airi. "Hei! Itu kupu-kupu yang langka, cepat awet kan!" Teriak Parshen sambil menunjuk kupu-kupu hitam yang berada dalam genggaman Airi.

"Tidak akan!" Balas Airi yang langsung berlari menjauh, kejar-kejaran pun terjadi di antara mereka.

◽▫◻▫◽

Zoelva berlari di jalanan desa yang ramai menuju rumah nya, dia membuka pintu dan melihat kakak laki-laki dan adik perempuan nya tengah memakan kentang tumbuk dan semangkuk sup.

Zoelva menatap lengan adik nya, Ankara, dengan tatapan intens. Lengan Ankara yang berbalut perban menampilkan sebuah noda kemerahan disana, Zoelva langsung terduduk di samping Ankara dan memeriksa keadaan adik nya.

"Apakah ini kau yang memasak? Kenapa tidak memanggil kakak saja untuk memotong dan merebus daging rusa nya?" Tanya Zoelva dengan panik, pasal nya adik perempuan nya itu baru saja terkena sabetan belati saat ia dan teman-temannya bermain di kebun.

"Zoelva kau te--" Deren, kakak laki-laki Zoelva mencoba menerangkan namun dipotong oleh adik nya itu.

"Kak Deren tau kan lengan Kara sedang sakit? Kenapa kakak tidak memanggil ku?" Kata Zoelva yang sudah terlanjur panik.

Deren menatap Zoelva dengan sorot menenangkan. "Aku yang memasak nya, Kara hanya memberikan pengarahan, kau tak perlu panik." Jelas Deren, mendengar itu bahu Zoelva merosot lemas.

Angkara mengelus kepala kakak nya dengan tangan nya yang sehat. "Kakak ini panikan sekali, aku kan sudah bilang bahwa aku baik-baik saja." Kata Angkara.

"Dia begitu karena menyayangi mu adik bungsu." Sahut Deren sambil meminum kuah sop.

Zoelva menoleh ke arah Deren dengan dahi mengernyit. "Aku juga sayang dengan kakak, jadi kalian jangan sekali-kali membuat ku khawatir." Balas Zoelva dengan pandangan kesal.

Deren dan Ankara tersenyum. "Nah sekarang makanlah." Kata Deren, Zoelva mengambil mangkuk kecil dan kentang tumbuk lalu makan bersama, hati nya yang semula panik sekarang sudah kembali tenang.

'Semoga kalian akan selalu baik-baik saja.' batin-Zoelva, ia langsung mencicipi kentang tumbuk di mangkuk kecil nya.

"Oh iya Kak, tadi Kak Austin mencari mu." Perkataan Ankara yang tiba-tiba membuat Indra pendengar Zoelva menjadi sensitif.

Berusaha terlihat tenang walau sudah mendapatkan tatapan jahil dari Deren, Zoelva menyendokkan kentang ke dalam mulut nya. "Apa kata nya?" Tanya Zoelva tanpa menoleh dan pura-pura menikmati walau kenyataan nya kentang tumbuk yang baru ia makan terasa asin.

Ankara tersenyum tipis sambil menyendokkan daging rusa ke dalam mulut nya, mengunyah sebentar. "Kata nya ia sudah mengumpulkan berbagai jenis bunga herbal untuk mu, dia baru saja pulang dari gunung Kegani di hutan timur hanya untuk menepati janji nya pada kakak, baik sekali ya." Kata Ankara.

Zoelva tersedak kentang nya sedikit dia berdehem beberapa kali sebelum meminum air dalam gelas bambu dengan hidung memerah.

"Dia bertekad sekali." Tambah Deren yang membuat Zoelva kembali tersedak.

"Ekhem uhuk, a-apakah di-dia..." Merah di hidung Zoelva menyebar hingga ke pipi.

"Yup, dia bahkan senang sekali saat aku berkata bahwa kakak akan menemuinya di kebun anggur." Perkataan Ankara membuat Zoelva lemas seketika, Zoelva kira Austin akan datang kesini lagi dan mengejek nya karena ia telah meremehkan pemuda itu.

Tapi ini lebih parah, dia sendiri yang harus menemui pemuda itu, Oh apa yang akan dia lakukan nanti? Jikalau boleh memilih dia dengan senang hati akan kabur dan pergi ke sungai daripada harus ke kebun anggur.

---------------

Ternyata rencana nya tidak berjalan dengan lancar, sudah beberapa kali ia membatin bahwa ia akan kabur, namun bukannya kabur langka kaki nya bergerak sendiri ke sebuah kebun anggur yang berada dipinggiran desa, dimana berbagai jenis anggur tertanam disana dengan subur.

Zoelva melihat pemuda pirang itu disana, sedang jahil memetik beberapa buah anggur lalu dimakannya, ia hampir saja menyemburkan tawa saat melihat ekspresi wajah pemuda itu yang lucu saat memakan anggur hijau yang memiliki rasa asam.

Austin menoleh saat mendengar suara langkah kaki mendekat, mata biru nya mendapati sosok gadis yang selama ini ia tunggu, senyum terbit di bibir nya.

"Hoi Zizi, datang juga kau ya! Ku kira kau akan kabur ke sungai bergabung dengan Linke dan yang lain mencari ikan." Kata Austin sambil menghampiri Zoelva yang tertawa hambar.

Austin memegang kedua bahu Zoelva yang lebih pendek dari nya, mendekatkan wajah nya pada Zoelva sedikit lalu tersenyum miring.

"Aku menemukannya, aku menang." Bisik nya pelan.

Zoelva memutar bola matanya, dia sudah menduga ini.



A/N

Urm...mau ngomong apa ya? Au bingung.

Hm, terimakasih telah membaca ceritaku pada chapter ini, semoga aku bisa membuat feel yang bagus untuk kalian saat aku membuat cerita ini.

Nah mungkin begitu saja hehe, bingung ini juga mau bilang apa.

Yah jangan lupa vote sama comment kalian ya.

Salam...

Blood Of FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang