bagian 2

4 0 0
                                    

Dua orang remaja berbeda jenis kelamin itu duduk di atas dahan pohon jeruk yang berbeda, kedua nya seperti sedang dilanda obrolan rahasia.

"Jadi...Kau menumpang kereta kuda yang mengarah ke hutan timur?" Tanya Zoelva yang sedang duduk bersandar, salah satu kaki nya terjulur ke bawah.

Austin mengangguk. "Yup, tidak masuk ke dalam hutan terlalu dalam sih, soal nya mau bagaimana pun juga hutan itu terlihat menyeramkan karena selalu diselimuti kabut." Jelas Austin sambil mengedikkan kedua bahu nya.

"Syukur kau bisa kembali kesini lagi sih, Ngomong-ngomong kau mendapatkan tanaman apa saja?" Tanya Zoelva penasaran.

Austin tersenyum miring ke arah gadis itu. "Bagaimana jika aku tak mau memberi tahu?" Tanya nya dengan wajah menyebalkan.

Zoelva memberengut kesal, ia memutar bola mata nya malas. "Baik baik, kau akan ku ajari meramu obat." Kata ku kalah.

Walau aku tak tahu cara nya mengajar orang lain, mungkin cukup dengan dia mempraktekan apa yang aku lakukan saja kan?

Inilah yang Zoelva tidak inginkan, mengajari seseorang pasti akan merepotkan, dan pemuda itu memaksa nya dengan cara bertaruh dia akan mengambil tanaman obat di hutan timur.

"Tapi boleh ku lihat apa saja tanaman itu? Mungkin saja kau salah mengambil tanaman obat dan malah mengambil tanaman beracun atau bahkan hanya tanaman biasa." Kata Zoelva dengan kernyitan di dahi, merasa belum yakin dengan pemuda itu.

"Wah kau licik, aku sudah membaca buku tentang tanaman obat dan tanaman biasa milik kakek Lin, aku tak akan salah." Elak Austin sambil menunjuk Zoelva.

"Kalau begitu kenapa tidak sekalian saja kau belajar meramu obat dari buku? Atau berguru pada Kakek Lin?" Tanya Zoelva sambil menoleh ke arah Austin yang juga sedang menatap ke arah nya.

"Mempraktekan langsung dengan meniru seseorang lebih mudah daripada meniru dari yang ada di dalam buku dan juga Kakek Lin sudah terlalu tua, aku pun tidak mengerti aksen bahasa nya." Zoelva makin kesal karena semua alasan yang dilontarkan Austin bisa membuat nya mengaku bahwa hal itu benar.

"Oke aku kalah, mulai besok aku akan mengajari mu, bangunlah pagi untuk mencuci tanaman itu semua." Kata Zoelva yang mulai berakting menjadi seorang guru yang akan mengajari murid nya.

"Siap guru!" Seru nya yang terlampau senang, hal itu membuat Zoelva mencibir.

- - - - - - - - - -

Zoelva sedang duduk termenung di pinggir sungai dengan bilah bambu panjang di tangan nya, mata nya menatap tajam ke arah air sungai yang tenang dengan segerombolan ikan kecil yang berkumpul di balik bebatuan.

Aliran tenang sungai memantulkan lukisan alam diatas nya, sungai yang berada di dalam hutan desa nya itu bisa terbilang sangat jernih, ikan-ikan nya masih bisa terlihat tapi hanya beberapa ikan saja yang dapat mereka tangkap, karena beberapa tetua disana mengatakan bahwa sebagian ikan di sungai ini adalah jelmaan dewa.

Gadis itu menghela nafas, sore hari adalah jadwal rutin nya memancing ikan untuk makan malam, biasanya banyak remaja seusianya yang bermain atau bahkan ikut memancing bersama nya, namun hari ini begitu sepi dan Zoelva hanya bisa merenung sendiri tanpa ada teman mengobrol.

"Sendirian saja, biasanya Ankara ikut." Suara seorang gadis lain membuat Zoelva menoleh ke samping nya, disana berdiri sosok gadis berambut pirang putih panjang dengan pakaian biru tua.

"Kau tak mengikat rambut mu?" Tanya Zoelva saat menyadari rambut panjang gadis itu yang hampir melebihi pinggul nya tampak bergerak-gerak pelan tertiup angin.

Airi tidak mempermasalahkan nya toh ia menyukai jika rambut putih nya tergerai seperti ini, apalagi jika di tambah dengan hiasan mahkota bunga Daisy kuning.

"Ku dengar Austin telah kembali, bagaimana hasil nya?" Tanya Airi, gadis itu duduk di samping Zoelva tepat nya di atas batu sedang di pinggir Zoelva.

"Ya begitulah, dia berhasil membawa tanaman herbal nya dan masih meminta ku untuk mengajari nya...Ah! Aku dapat ikan!" Zoelva tersenyum lebar, dia menarik tali pancing nya lalu mengangkat bambu tersebut hingga terlihatlah seekor ikan berukuran besar.

"Tarik yang kuat Zoe!" Airi berteriak heboh, dia berdiri dan pergi mencari daun yang lebar untuk menempatkan ikan seukuran lengan orang dewasa yang bahkan bisa dimakan untuk 5 orang itu.

Zoelva menarik tali pancing nya dengan susah payah karena kekuatan ikan ini yang lumayan besar, sebanding dengan ukuran tubuh nya. Airi kembali dengan dua buah daun talas yang lebar, namun sebelum gadis itu mendekat, tubuh gadis berambut coklat sebahu di depan nya itu melompat turun dengan jaring di tangan nya.

"H-HEI!! Jangan nekat!" Airi berlari mendekati tempat Zoelva tadi. Zoelva mengangkat jaring nya dan kembali ke atas dengan pakaian nya yang basah. "Aku berhasil, kita bagi-bagi daging ikan nya ya." Kata Zoelva, air dari rambut dan baju nya menetes, Untung saja pakaian yang Zoelva kenakan berwarna gelap jadi tidak kelihatan pakaian yang tersembunyi dari gaun hijau tua yang ia kenakan.

Zoelva mengambil ikan tersebut dengan hati-hati karena ikan nya tidak mau diam, beberapa kali ikan itu terlepas dari tangan nya membuat gadis itu berdecak.

"Tidak bisakah kau diam ikan? Aku hanya ingin memindahkan mu." Kata Zoelva dengan kesal.

Airi terkekeh mendengar Zoelva yang berbicara pada ikan besar itu. Tiba-tiba telinga nya menangkap sebuah suara langkah kaki sambil menyerukan sesuatu dengan samar-samar.

"Zizi!!" Seruan itu sontak membuat fokus Zoelva teralihkan, kepala nya menengadah dan mendapati pemuda berambut pirang yang tergesa-gesa berlari ke arah nya.

"Hah...kau..kau...Hah capek." Pemuda itu membungkuk untuk mengambil nafas, wajah putih nya memerah dengan keringat berkumpul di dahi nya.

"Kenapa lari-lari Austin? Terpeleset baru tahu rasa." Omel Airi.

Zoelva hanya melirik sekilas pemuda yang sedang membungkuk itu, dia hanya fokus memindahkan ikan yang sudah pas di genggaman nya untuk di taruh di atas daun.

"Kakek Lin butuh bantuan mu, Zizi." Seru Austin tiba-tiba, membuat Zoelva tersentak dan tanpa sengaja melepaskan pegangan nya pada ikan hingga terjatuh kembali ke dalam air. Melihat itu awal nya Zoelva terbengong, lalu langsung mengalihkan pandangan saat mengingat perkataan Austin tadi.

"Ada apa dengan kakek Lin?" Tanya Airi.

Austin menggeleng cepat. "Entahlah aku kurang mengerti, di tangan kirinya ada ukiran seperti tato berbentuk sulur berduri berwarna merah, sekarang Kakek Lin sedang pingsan." Jelas Austin, Zoelva bangkit dari posisi jongkok nya.

"Tanda berukir sulur berduri?" Tanya Zoelva bingung.

Austin mengangguk. "Awalnya aku akan mengambil tanaman obat untuk dicuci di rumah kakek, tapi saat aku sampai disana, kakek sudah terbaring di ruang tengah." Austin memberitahu dengan menggerakkan tangan nya.

Tanpa memberitahu apa-apa Zoelva langsung berlari, Austin dan Airi terkejut dengan respon yang diberikan Zoelva.

"Dapatkan ikan nya kembali Austin! Ini salah mu karena membuatku menjatuhkan sumber makan siang ku!" Seru Zoelva sambil berlari, Austin yang tadinya mau menyusul jadi berhenti lalu menggerutu.

"Selamat berjuang Pirang!" Kata Airi sebelum ikut berlatih kecil menyusul Zoelva keluar hutan sementara Austin makin melongo.

-----------------------

A/N

Huaaa aku update!! Tumben sekali hahaha#krikrikkrik

Oke-oke, maaf maaf aku ini memang labil dan ya bikin kesel orang hehe, hontou ni gomennasai🙇

Urm entahlah mau berkata apalagi, okelah sekian dari ku maaf banyak typo...sampai jumpa hari Minggu.

Salam~

Blood Of FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang