Buat kalian yang sudah baca "meja belajar" dan masih mau melanjutkan ke part ini. Selamat. Anda benar-benar sedang dalam tahap bosan dan kurang kerjaan. Hahaha. Jadi selamat membaca dan membuang menitan anda. Buat yang mau menghujat silahkan. Hujatlah beserta bintang - bintangnya. Wkwkwk.
-------
Malam itu, penuh bintang dan aku kelaparan. Rumah sepi. Yasudah lah. Sudah biasa.
Setelah memastikan ponselku Ter-charge, aku mematikan lampu kamar dan menuju ke kamar orang tuaku untuk menonton televisi dan mencari makanan di dapur.
Jadi di rumahku hanya ada satu televisi dan itu berada di dalam kamar orang tuaku.
Sebelumnya pernah ada televisi di kamarku, tapi rusak dan diputuskan untuk tidak ada televisi lagi di dalam kamarku, supaya anak-anak ingat untuk keluar kamar.
Aku tidak menemukan makanan dan memutuskan untuk menonton televisi. Sambil mencari saluran yang bisa ditonton aku membaringkan tubuhku.
Beberapa menit mencari saluran aku memutuskan untuk menonton salah satu acara kompetisi dangdut.
Beberapa lagu yang aku sering dengar dari teman-teman dan media sosial membuatku bersenandung tanpa sadar.
Oke, suaraku tidak merdu. Hanya saja terlalu sepi kalau aku hanya diam. Dan yaa, untuk seseorang yang terlalu sering mendengar sebuah lagu akan agak psiko jika tidak tertular untuk menyanyikannya.
Lalu kenapa aku tidak menonton saluran lain dan malah menonton kontes dangdut? Karena pertama, acara itu tidak membuat merinding kalau harus ke kamar mandi. Oke maafkan aku yang pengecut ini.
Kedua, acara itu berisik sekali, semua orang di sana ingin bicara, ingin berkomentar, jadi aku tidak terlalu ketakutan dirumah sendirian.
Ketiga, dan terakhir. Aku tidak terlalu suka sinetron alay yang tayang tiap hari. Bikin anak-anak demen berantem, demen ngebut-ngebut dijalan pakai motor yang knalpotnya jelas bukan SNI.
Jadi itu alasan kenapa aku memilih acara itu dan bersyukur ibuku sedang tidak ada di rumah.
(Karena aku juga tidak terlalu suka dangdut, sebenarnya hanya dangdut koplo yang tidak terlalu aku suka. Sedangkan ibuku senang sekali mendengarkan lagu itu untuk berolah raga. P.S. Nanti akan aku ceritakan.)
Beberapa menit setelah menonton acara itu, dari arah luar terdengar suara langkah kaki.
"Sekarang ibu tahu kamu ngapain kalau lagi ngunci pintu."
Sambutan itu yang terdengar ketika ibu melangkah masuk ke dalam kamar.
"Ngapain?"
Aku masih mengerutkan kening.
"Kamu bolongin mejakan.!"
Sumpah demi apapun, seharian kami tidak bertemu dan sekalinya bertemu, kalimat itu yang diucapkan.
"Enak aja. Ngapain. Kerjaan ayah itu."
"Kok bisa?"
Kini aku mengerti kenapa kalimat itu yang diucapkan ibu. Kedua orang tua ku punya kebiasaan mengecek kondisi anak-anaknya kalau sedang berada di dalam kamar.
Mungkin setelah kerja, seperti biasa ibu membuka kamarku dan menemukan meja belajar yang berlubang empat.
Akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan kembali kejadian meja berlubang itu pada ibu.
"Kenapa harus pakai meja? Itu padahal ibu baru beli tangga lipat."
------
KAMU SEDANG MEMBACA
CURHATUS SORTUS HARTUS
LosoweBerisi keresahan-keresahan atas kejadian yang terjadi dimana saja, semata hanya untuk melepaskan pikiran yang runyam memikirkan dunia. Tuh, dunia aja aku pikirin. Apalagi kamu? n.b. disertai potongan-potongan kejadian (bisa dari mana saja).