Cause I'm so into you

950 28 0
                                    

Ini masih jam 6:00 sore tapi aku sudah mendaratkan bokong ku di club tempat Josef si bartender sekaligus sahabat ku ini bekerja.

Aku meletakan kepalaku di atas meja bar dan disamping ku berupa gelas martini.
"Boleh lagi" pintah ku pada Josef.
Josef meracik minuman yang ku mau sembari menatap ku dengan penuh rasa ingin tau, dia pasti ingin tau kenapa aku tiba terlalu early bahkan club saja masih belum di buka dan masih dibereskan.

"May ini yang terakhir ya" pinta nya sembari menyodorkan gelas tepat di samping wajah ku dan dengan sekejap minuman itu sudah masuk kedalam kerongkongan ku tampa tersisa.

"Kau haus?" Josef menunjukan wajah heran nya,
Sementara aku sedang mingigit lemom yang tersedia di atas piring kecil tampa menjawab satupun pertanyaan nya.

Lalu ku benamkan kembali kepala ku di atas meja bar dan menutup wajahku dengan tanganku.
Aku mendengar suara mereka di sekitarku suara bangku yang di susun rapi, suara gelas yang tersusun, dan suara percakapan.

Percakapan...
Ya... percakapan tadi aku dan Yusa.
Dia bilang ingin tinggal sendiri dulu di apartement nya, apakah ini sama saja dengan pisah ranjang atau ini memang pisah ranjang.

Untuk apa?
Agar mudah dia membawa perempuan itu tidur bersama nya? Atau agar mudah mereka tinggal bersama?
Hati ku pilu, membayangkan nya saja membuat diriku hancur.

Atau...
kami memang harus berpisah seperti ini?
Aku merogok tas ku dan mencari beberapa lembar uang dan aku taruh di atas meja bar.
"Bye Sef" hanya itu ucapku kepada nya dan melaju pergi dari club tersebut.

Aku meningalkan mobil ku di parkiran club dan menuju rumah dengan taksi karna aku rasa aku tak sanggup menyetir dengan keadaan seperti ini, sesampai di rumah Gilda menyambut ku dan mungkin mimik nya kaget melihat wajah ku yang aut autan.

Aku melangkah menuju kamar dan menuju walk in closet, aku menatap semua pakaian Yusa.
Ternyata berpisah dengan nya tidaklah mudah, tidak mudah dan sekali lagi aku meneteskan air mata ku, ya tuhan kali ini aku ingin ada diri nya memeluk ku erat dan semua yang dia ucapkan tentang tinggal di apartement itu adalah bohong belaka.

Aku merebahkan tubuhku dan terlelap tidur bukan di king size bed tapi di dalam walk in closet sembari memeluk kemeja kotornya yang bergeletakan dilantai dan masih meninggalkan aroma parfumnya.

*****

Aku terbangun karna bunyi mobile phone yang mengusik tidurku, aku mencari dimana tas ku berada dan mencari sumber bunyi tersebut, aku morogok tas ku dan meraih mobile phone dari dalam tas.

Nama Rebeka tertera di layar dan langsung ku jawab " yes Bek" aku mengigiti kuku ku, salah satu kebiasaan lama ku muncul lagi tampa aku sadari.
" May wake up, kita dinner lalu party" ucap Beka di ujung sana.
Aku tersenyum mendengar ucapannya, bagaimana bisa wanita sialan ini memikirkan hal ini?.

Diat tau gak sih kalo aku baru saja mengalami hal buruk. "On my way Bek, see you di Ivy Restorant" senyumku terukir begitu saja mendengar Beka dengan pemikirannya yang seperti tak pernah ada sedih dalam hidupnya.

Aku mengakhiri pembicaraan ku dengan Beka dan menuju kamar mandi.
Indah nya bila menjadi Beka.
Dia tidak pernah terlihat sedih, bahkan Beka tak pernah menceritakan persoalan percintaan nya dan seperti nya Beka lebih betah melanjang dan melakukan one night stan.

Andai aku bisa seperti Beka, mungkin bila aku tak bertemu Yusa mungkin aku sama dengan Beka.
Ahhh Yusa lagi.

Ahhh Yusa lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Broken VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang