Who

5 3 0
                                    

New York City
08.00 AM


Sudah seminggu Helie tinggal di NY dan sesekali membantu aunt Aveline di Cafenya, ya walaupun sekarang dad yang diberi kepercayaan lebih besar. Gwen juga sering mampir ke Cafenya dan kadang menemani Helie ke Perpustakaan umum di New York.

Pagi ini, Helie sudah berada di Cafe aunt sekedar membantu mengelap meja cafe dan merapihkan bangku-bangku.

"Helie! Bisa tolong antar pesanan kue ini ke langganan aunt tidak?" Teriak Aveline dari dapur,

"Ya, wait!" Balas Helie, lalu menghampiri Aveline yang ada didapur.

"Ini tolong kamu antar ke apartement yang sudah ditulis di kertas ini" Ujar Aveline sambil memberikan pesanannya dan kertas alamat.

"Baiklah, aku berangkat!"

"Hati-hati dear!" Balas Aveline sambil melambaikan tangan.

Helie pergi menggunakan sepeda yang sering digunakan paman Kais dan tidak membutuhkan waktu yang lama ia pun sampai.

Sambil memarkir sepedanya ia memastikan alamatnya kembali dan masuk ke dalam apartement.

Helie langsung menuju lantai yang tertera dikertas tanpa bertanya ke receptionist di lobby. Dan sekarang ia berada didepan pintu yang ia yakin adalah pemilik alamat ini. Ia pun langsung memencet bell kamar tersebut,

"Ya." Ujar seorang lelaki dari dalam,

"Hm, Mr. Culbert?" Balas Helie ragu,

"Ada apa?" Tanya pria itu,

"Pesanan kue, tuan?" Balas Helie sambil mengangkat pesanannya dan mengarahkan ke lobang kecil yang ada dipintu, ia tidak tahu kalau ada cctv didepan kamar lelaki itu.

"Jangan panggil aku tuan." Bantah lelaki tersebut, lalu membukakan pintunya. "Siapa?"

Helie terkejut begitu melihat lelaki itu terlihat seperti habis mandi, tangannya yang sibuk menyeka rambutnya yang basah dan kaos putih tipis serta celana basket yang ia kenakan. Dengan paras wajah yang tampan tentunya, yang membuat Helie menggelengkan kepalanya.

"Ah anu, apa benar ini kamar Hugh Culbert?" Tanya Helie sambil melihat nama yang ada dikertasnya, tetapi lelaki itu hanya menatap tajam kearah Helie.

Helie yang risih pun berusaha agar terlihat biasa saja, "Mungkin saya sa-" perkataan Helie terhenti ketika lelaki itu seperti mencoba memegang tangan Helie. Helie dengan cepat menghindar,

"Apa yang kau-"

"Apa maksudmu?" Potong lelaki itu dingin,

"Apa?" Helie heran dengan jawaban lelaki itu dan baru saja ia ingin marah, tetapi

"Aku ingin mengambil pesananku dan kau tidak mengizinkannya?" Tegas lelaki itu, Helie pun menjadi salah tingkah.

"Ma maafkan saya tuan, ini pesanannya. Silahkan dicek kembali, sekali lagi saya minta maaf tuan." Ujar Helie sambil menundukkan kepalanya,

"Siapa namamu?" Tanya lelaki itu,

"Maaf tuan kami tidak diizinkan-"

"Helie Domitille?" Potong lelaki itu sambil mengecek isi dari pesanannya, Helie hanya menatapnya tidak percaya seakan meminta penjelasan lebih lanjut.

"Aku bisa membaca pikiran orang." Ujar lelaki itu enteng, seakan benar-benar membaca pikiran Helie. "Sampai bertemu lagi, Helie." tambah lelaki itu dengan nada dingin, lalu menutup pintu kamarnya.

Helie hanya terdiam didepan pintu dengan penuh tanda tanya. Tapi, ia tidak ingin terlarut dengan pikiran bodohnya itu. Ia lebih memilih cepat pulang dan menanyakannya ke aunt Aveline.

Sesampainya di Cafe, ia langsung menghampiri Aveline yang masih berada didapur.

"Aveline!" Teriak Helie, tentu membuat Aveline kaget.

"Ada apa Helie?" Jawab Aveline sambil mengelus dadanya pelan,

"Lelaki itu! Yang memesan kue, dia siapa? Kenapa dia mengenalku Aveline?" Tanya Helie sedikit meninggikan suaranya,

"Astaga Helie, mana mungkin aku tahu. Yang aku tahu ia memang sudah jadi pelanggan tetap disini, yang biasa antar itu paman Kais." Jawab Aveline enteng dan dibalas dengan tatapan tak percaya oleh Helie,

"Jadi begitu,"

Sepertinya ada yang tidak beres. Memangnya ada orang yang bida baca pikiran?"
Gumam Helie dalam hati.

·.·.·.·.·.·

Apartement, New York City
09.00 AM

Seorang lelaki tersenyum tipis setelah menutup pintu apartemennya dan menaruh pesanannya dikulkas.

"Tidakku sangka itu benar dia." Gumam lelaki itu pelan,

Dibalik tembok, ada lelaki yang sepertinya sedari tadi sudah mengintip.

"Ck!" Decak lelaki itu,

Ternyata benar dia? Sialan. Akhirnya kita bertemu lagi, Helie.
Ucap lelaki itu dalam hati.

·.·.·.·.·.

Hai readers terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca!

Maaf part ini pendek..

Author mau tanya, kalian butuh cast untuk cerita ini tidak? Atau bisa ngayal sendiri aja? Kkk

Terus, author juga masih belajar. Butuh kritik dan saran dalam pembuatan cerita ini, asik.

Kalau ada salah kata tolong komen! Apalagi ada penulisan yang boros atau membosankan. Tolong tegur author ya!

Kalau kalian ada yang mau kasih saran konflik buat cerita ini juga dengan senang hati author baca. Sapa tau author jadi terinspirasi dan akhirnya dijadiin bahan.

Yaudah intinya HAPPY READING!
Jangan lupa VOMENT dan kalau boleh bantu sebar juga hiks pembacanya baru dikit soalnya hiks.

Bhay~

-H

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WarmthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang