"Kenapa kau tidak bilang dari tadi"
Jerit mama, malu pada kelakuan Yasa.Yasa menoleh pada Kriti yang kini terlihat lebih malu dari mama.
"Soalnya Yasa tidak terlalu mengenal saya tante"
Bisik Kriti sambil menunduk.Yasa kesal karena Kriti terlihat sedang melindungi Yasa.
"Dia junior ku di kampus" sela Yasa.
Kakek dan Mama terlihat mencela Yasa tapi papa mengangguk mengerti, seolah dia tahu bagaimana hubungan Yasa dan Kriti.
Lalu Roja menjerit kuat dan memeluk Kirti hingga nyaris terjengkang.
"Nah. Kan aku benar. Kakak pasti kenal dengan kakak ku"
Soraknya hingga makin membuat Kriti malu.Papa menyodorkan sebuah kartu nama pada Kriti.
"Terimakasih atas bantuanmu. Jika ada dengan cek nya. Kau bisa menghubungi nomor yang tertera di sana"
Ucapnya Dingin dan yang Yasa rasakan kalau papa sedang mengusir Kriti secara halus.
Dan tentu saja Kriti lebih merasakannyaKriti mendongak menatap persis ke mata Papa yang tinggi. Kriti meyodorkan kembali cek yang di dapatnya dari papa sementara kartu nama papa tak diambil olehnya.
"Sebenarnya ini apa maksudnya?" tanya Kriti dengan gugup.
Papa mengangkat sebelah alisnya menghina.
"Seperti yang sudah kami janjikan. Siapapun yang menemukan Roja dan membawanya pulang, maka kami akan memberi imbalan. Dan kami sedang menepati janji dengan memberimu uang ini" tukas Papa.Seketika wajah Kriti merah padam. Dilihatnya Yasa dan Roja bergantian.
"Maaf, saya tidak tahu tentang pengumuman ataupun imbalan yang anda janjikan. Saya bahkan tak tahu kalau Keluarga Roja ternyata begitu kaya Raya" ungkap Kriti.
"Karena dikamar kost saya yang sempit. Saya tidak punya TV ataupun radio"
Terangnya.Yasa rasa jantungnya langsung menciut.
Kenapa dia bisa lupa hal itu?
Dan Kriti sepertinya tahu kalau Yasa menuduhnya ingin uang imbalan ini."Kalau dari semalam Roja mau bilang siapa nama keluarganya atau dimana rumahnya, saya pasti sudah mengantarnya. Saya bahkan tak bisa menepati janji pada seorang teman semalam. Karena tak ingin Roja sampai jatuh ke tangan yang salah"
Ucap Kriti tanpa melirik Yasa.Yasa melangkah dan akan bicara tapi sudah Kriti melangkah melewati papa dan meletakkan cek diatas permukaan kaca meja.
"Sebaiknya saya pergi saja. Sebelum salah pahamnya makin menjadi"
Gumam Kriti yang sudah tak tahan berlama-lama dirumah Ini."Maaf. Rasanya tidak sopan jika saya tidak memperkenalkan diri. Nama saya Kriti. Dan saya pastikan kalau saya ikhlas menolong Roja tanpa mengharapkan pamrih apapun"
Kata Kriti sebelum berbalik dan tersenyum pada Roja.
Dan Yasa rasa Kriti sedang menyindirnya."Kakak pergi dulu ya"
Ucapnya perlahan pada Roja. Baru saja Kriti melangkah, Roja sudah memeluk pinggangnya dari belakang."Tidak boleh pergi" rajuk Roja.
Tak ada yang bergerak menghalangi Roja. Soalnya mereka semua Sedang menahan Malu karena sikap tak sopan yang mereka tunjukan pada Kriti.
Kriti melepas tangan Roja. Tapi Roja yang sama tinggi dengan Kriti dan lebih berat darinya, tak mau melepas Kriti.
"Yasa, tolong lah" guman Kriti berbisik. Kalau tak terpaksa, Kriti yakin dia takkan mau minta tolong pada Yasa yang malu mengakui Kriti.
Yasa bergerak perlahan dan menarik bahu Roja. Biasanya jika Yasa lakukan itu maka Roja akan langsung melompat dab minta gendong pada Yasa. Tapi Kini Roja tetap memeluk Kriti dan tak membiarkan Kriti pergi.
![](https://img.wattpad.com/cover/122115858-288-k719444.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPIAN KRITI
RomanceKetika Yasa yang tampan, pintar dan kaya mendekatinya, Kriti tak perlu waktu lama untuk luluh. Seketika Kriti jatuh cinta setengah mati pada Yasa hingga rela menyerahkan segalanya. Namun saat Kriti mulai percaya kalau Yasa akan menikahinya, Kenya...