🍃1🍃

48.1K 2.7K 159
                                    

"Kriti" kriti trus melangkah, mengenggam bukunya kuat kedada. dia tak perlu menoleh untuk melihat siapa yang sedang memanggil namanya.

Itu Yasa, mahasiswa akhir tahun dan mahasiswa paling kaya di kampus, salah Kriti salah. Bukan hanya dikampus, tapi dinegara ini. mungkin yang bisa mengalahkan kekayaan keluarga Yasa hanyalah keluarga Omer.

Dan sekarang anak orang kaya itu justru melakukan pedekate pada Kriti. Bukannya bangga, Kriti justru malu. Bagaimana tidak dia bukannya membuat orang lain kagum tapi malah membuat nya jadi bahan ejekan dan tertawaan. Tak ada satupun yang percaya kalau Yasa serius mendekati Kriti. Bahkan Kriti sendiripun tak percaya kalau Yasa serius padanya.

Sayangnya meski kriti sudah menghindar dan menjauh Yasa masih saja mendekatinya. Kriti bukan lah perempuan blak-blakan yang bisa bersikeras meminta Yasa menjauhinya.

Faktor ekonomi membuat Kriti lemah dari kecil. Kriti selalu dilarang oleh kedua orang tuanya untuk membalas hinaan atau serangan fisik apapun yang diterimanya, dan kebiasaan itu terbawa sampai sekarang. Apalagi setelah kedua orang tuanya, satu-satunya keluarga dan orang yang menyayangi kriti dengan tulus, pergi untuk selamanya setahun sebelum kriti lulus SMA.

Untunglah beasiswa yang kriti terima cukup untuknya sampai tamat dan beasiswa yang diterima dikampus ini juga membuat beban Kriti tak terlalu berat untuk mencari uang.

Kriti lebih suka menunduk dan menulikan telinganya jika dia mendengar orang menertawakan atau mengejeknya. Lagipula jika Kriti melawan, apa yang akan Kriti lakukan jika ada serangan fisik. Padahal di perjanjian beasiswa, sudah tertera jelas bahwa Kriti tak boleh terlihat masalah apapun, sepintar atau setinggi apapun nilai yang Kriti dapat.

Dan Sekarang Yasa tak henti-hentinya memberi Kriti masalah, tak tahu kah Yasa kalau dengan dia mendekati Kriti, bully pada Kriti justru makin meningkat. Bahkan kadang saat Kriti ditoilet dan berpapasan dengan Ayuni, pengangum nomor satu Yasa, maka Ayuni tak perlu berpikir untuk mendorong kepala Kriti ke cermin atau ke tembok.
dan sekarang Kriti melihat, ada Ayuni yang sedang memperhatikan dirinya yang sedang didekati Yasa.

Kriti berjalan cepat, tak mau Yasa sampai berhasil mengejarnya. KRITI segera masuk ke perpustakaan, tempat yang diyakininya takkan dimasuki Yasa.

Begitu sampai dipojok terjauh perpustakaan yang jarang sekali dilewati siapapun, kriti segera menempelkan keningnya ke rak buku dan menghembuskan nafas lelah.

Kriti ketakutan pada Yasa, bukan karena sikap agresif atau pantang menyerah Yasa untuk mendekatinya. Kriti takut pada impiannya pada Yasa. Kriti sadar dan takkan pernah membohongi dirinya, bahwa pertama kali melihat Yasa, Kriti sudah jatuh Cinta.

Kriti ingat saat itu, sebagai mahasiswa baru yang sudah lelah menjalani ospek dan tekanan dari seniornya, Kriti selalu menghindari tempat dimana para senior rame berkumpul, berbeda dengan para mahasiswi baru yang berwajah cantik dan kaya yang justru sengaja berkumpul atau mendekati para senior yang satu level dengan mereka.

Tempat yang takkan pernah menjadi tempat bercampurnya Kriti si miskin dan si lemah dengan mereka yang kuat dan berkuasa.

Sayangnya tempat parkir bukan tempat yang Kriti pikir sebagai tempat nongkrong bagi kaum borjuis. Kriti salah dan disitulah pertama kalinya dia bertemu dengan Yasa.

Saat itu hujan dan Kriti lupa membawa payung. Untuk menghindari hujan dan memperpendek jarak yang dilaluinya,Kriti melewati parkiran mobil-mobil mewah yang saat itu dipikirnya kosong.

Karena Tergesa-gesa, dikelas tadi Kriti lupa menutup tasnya dengan sempurna. hingga waktu dia tersandung, isi tasnya berhamburan.

Ketika KRITI masih memegang pengaris besinya, pintu mobil mewah didepannya terbuka keatas, kriti yang kaget terloncat kebelakang dan jatuh bersandar kebelakang dan malangnya pengaris ditangan Kriti menggores kap mobil tempatnya bertumpu.

IMPIAN KRITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang