dedaunan kuning kecoklataan berceceran di tepi jalan, pertanda bahwa musim gugur akan segera tiba.
Angin berhembus sedikit kencang dari biasanyaㅡdingin pun menyeruak menembus kulit Wonho yang sudah memakai mantel tebal.
Ia menautkan kedua telapak tangannya agar tidak kedinginan dan menggosokkan satu sama lainnya agar menimbulkan hawa hangat.
Namun, itu saja tak cukup untuk membuat tubuh Wonho hangat. Karena, ini sedikit dingin.. tidak, ini dingin.
Wonho tidak terlalu menyukai dingin tetapi juga tak terlalu menyukai panas. Tetapi, bukan berarti Wonho membenci musim gugur dan musim panas.
Wonho menyukai potret setiap daun yang mulai jatuh berguguran menyentuh tanah maupun jalanan, dan Wonho menyukai potret silauan sinar matahari yang menghiasi pantai ketika musim panas.
Dan kali ini, potret daun berguguran sedang ia saksikan.
Dimana daun itu jatuh dari tangkainya terhuyung kesana kemari terhempas angin dan meninggalkan pemandangan yang indah.
Suasana kecoklatan ini membuat Wonho ingin menikmati coklat hangat sambil menikmati dedaunan yang jatuh.
Langkah kaki Wonho pelan namun pastiㅡia pergi menyusuri salah satu kedai dan melihat suasana di dalamnya.
sunyi. cukup sunyi dengan melihat hanya 2 kepala yang ada di dalam kedai itu, dan lantunan musik klasik yang sangat pas dengan suasana musim gugur.
Alunan four season benar-benar membuat suasana musim gugur di luar sana terlihat hidupㅡsangat indah.
"coklat panas satu." pesan Wonho seraya mengeluarkan uangnya.
"silahkan menikmati coklat hangatnya!" Wonho tersenyum dan menerima coklat hangatnya.
Telapak tangannya terasa hangatㅡsuhu coklat panas itu benar-benar menghantarkan kehangatan luar biasa di dalam tubuh Wonho.
Satu sip coklat hangat membuat Wonho mabuk kepayang, sebelum bel tanda orang masuk ke dalam kedai berbunyi.
"apa disini menjual susu coklat?"
"ya, tentu. Hangat atau diㅡ"
"hangat. disini benar-benar sangat dingin."
Wonho membelalakkan matanya, tanpa basa-basi Wonho bangkit dan menghampiri orang itu.
"Hai, kau masih mengingatku?" Wonho tersenyum lebar.
"umm, aku tak tahu pasti. tetapi, kau cukup tidak asing." kekehnya seraya menerima susu coklatnya.
"kau mau bergabung meja denganku?" ajak Wonho yang di iyakan oleh orang itu bukan wanita bukan gadis bukan perawan atau janda, orang itu hanyalah pria yang bisa jadi lebih muda 2 tahun dari Wonho.
※
Sudah 1 jam mereka berada di meja yang sama dengan keheningan menyelimuti keduanya. Dan selama itu, Wonho terus memandangi wajah pria yang ada di depannya itu.
"tuan, maaf. kau sudah memandangku seperti itu hampir 1 jam, atau bahkan lebih dari 1 jam?" tanya pria itu risih karena sikap Wonho.
"ehehehe." Wonho hanya terkekeh, "aku suka melihatmu."
Pria itu terkekeh mendengar pernyataan Wonho, "baiklah, jika kau wanitaㅡmungkin aku akan berterima kasih secara langsung. tapi, karena kau priaㅡ"
"apa kau tidak akan berterima kasih atas pujianku?" tanya Wonho dengan senyum merekah di wajahnya.
"Ani.. bukan begitu, aku sangat berterima kasih malah. Sungguh, belum ada pria yang suka untuk melihatku." jelasnya.
Wonho hanya melipat kedua tangannya di dadaㅡmengisyaratkan bahwa ia siap mendengar cerita pria di depannya itu.
"hhh..lihat dirimu, kau bahkan sudah menyiapkan kuda-kuda untuk mendengarkan ceritaku." Wonho tak menjawab cercaan pria itu dan hanya tersenyum lebar, "baiklah.. kau pasti jelas tahu, pria tidak mungkin memuji satu sama lain karena formalitas atau bahkan karena dengki. Tetapi, kau.. lihatlahㅡkau memujikuㅡkau suka melihatku."
"mereka bodoh jika mereka tak memujimu." ucap Wonho santai.
"ya.. mungkin saja mereka takut dibilang homoseksual. itu wajar." jelas pria itu lalu meneguk susu coklatnya.
"memang apa salahnya menjadi homoseksual?" Wonho juga meneguk coklat hangatnya.
"ey..itu hal yang tabu. mencintai sesama jenis itu memalukan." pria itu mencerca.
"aniya..itu sama sekali tidak memalukan. kenapa harus malu jika saling mencintai?"
"uhuk uhuk!" pria itu tersedak susunya.
"ya! kau baik-baik saja? kau harus minum pelan-pelan." Wonho mengusap lembut punggung pria itu. menyodorkan air mineral yang ia bawa, "minum air dulu." perintahnya lembutㅡdan pria itu mengiyakan perintah Wonho.
"okay baiklah.. aku sudah baik-baik saja, aku tidak mengelak apa yang kau katakan. tetapi, itu pandanganmu." ucap pria itu seraya menyisir pelan poninya, "bagaimana pandangan orang-orang tentang hal itu? mencintai sesama jenis, akan selalu menjadi stigma buruk." lanjutnya dengan menampakkan seulas senyum.
Wonho membenahkan tempat duduknya dan terkekeh pelanㅡmeneguk coklat hangatnyaㅡmenyusun kata tiap kata sebelum ia lontarkan sebuah kalimat, dan ia pun tersenyum.
"bagaimana dengan pandanganmu? apa kau melihat bahwa homoseksual adalah hal yang tabu? atau kau tidak peduli dengan stigma buruk tentang homoseksual?"
____
Yuhuu~ nanti jam 4 akan ada update chapter selanjutnya♡
Happy reading♡
![](https://img.wattpad.com/cover/144863584-288-k482556.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In The Dream [WonHyuk]
Fanfictionmimpi memang tempat paling indah, dimana kebahagiaan berpihak dan rasa sakit hanya sementara. karena, mimpi itu hanya sebuah bunga tidur dan bukan sebuah kenyataan.