1

22 1 0
                                    

Pagi itu aku mager banget buat bangun. Selalu mager sebenernya, tapi karena kemaren aku pulang malem gara-gara rapat osis jadi mager kali ini terasa lebih dari biasanya. Suer, ini badan bener-bener nggak mau bangkit dari kasur.

Kak Bakti kakak ku yang kedua juga kayaknya belum bangun. Ya anak kuliah kayak dia yang jadwalnya nggak jelas selalu bangun siang. Kadang iri juga ngeliat dia begitu.

Bunda kayaknya lagi masak di dapur, suaranya kedengeran sampe kamar. Aku berpikir sejenak didalam hati, dari pada bunda teriak karna aku nggak bangun-bangun mending aku inisiatif sendiri mandi sekarang. Karna omelan bunda itu lebih brisik dari suara klakson transjakarta. Ya tapi walaupun begitu, omelan bunda selalu kurindukan.

Setelah mengalahkan rasa kantuk, akhirnya aku bangkit dan menuju kamar mandi. Segernya air pagi mampu membuka mataku lebar-lebar.

Keluar kamar, aku langsung menuju ruang makan. Bunda udah ada disana, seperti tebakan ku. Kak Bakti belum bangun, dia belom ada di meja makan saat ini.

"Mau roti atau nasi goreng sayang?" Tanya bunda sembari menunjuk kedua makanan itu.

"Nasi goreng aja bunda"

Dengan cekatan bunda menyendok nasi goreng dan menaruhnya di atas piringku.

"Kak Bakti belum bangun bunda? Dia nggak kuliah?"

"Itu dia" tunjuk bunda saat kak Bakti muncul dari belakang tubuhku.

"Weh dah siap aja anak SMA" ucap kak Bakti seraya mengacak-ngacak rambutku yang sudah rapi.

"BAKTI! Ih -" dengan tak sopannya aku memanggil dia tanpa embel-embel kak. Begitulah dia aslinya, menyebalkan.

"Sana jauh-jauh! Jorok ih. Belum mandi. Pasti belom gosok gigi juga kan?" Selidikku. Keliatan banget, mukanya kayak orang baru bangun tidur. Hanya wajah yang basah kena air.

"Yang penting ganteng. Emang lo, jelek mulu hhhhhhhh"

Kalian semua tau, kak Bakti selalu begitu. Bilang kalo aku itu jelek, oke kalo dibandingkan dengan kak Bakti dan satu lagi kakak ku kak Dita yang sekarang sudah kerja dan menetap di Bandung, aku memang beda. Aku nggak putih, tinggi dan punya wajah mulus kayak mereka. Kulitku sawo matang, tinggi hanya 154 dan muka-ku biasa aja.

"Nyebelin ya! Awas aja kalo minta tolong manggil Bintan!" Aku menarik kursiku menjauh darinya dan pura-pura ngambek. Jurus paling ampuh sedunia.

"Ehh bisa aja ondel-ondel ngambek"

"Udah-udah makan dulu. Ini malah pada berantem. Malu kalo tetangga denger kalian kerjaannya ribut mulu"

Aku menyantap makananku dengan cepat karna pak Min ojek langgananku mungkin nanti akan menunggu jika aku lelet.

"Kamu nggak kuliah kak?"

"Nanti bun jam 11. Santai bun"

"Dih enak banget jam 11. Boong lo ya?"

"Makanya kuliah. SMA kok nggak lulus-lulus"

"Rese banget sih. Dulu aja pas gue SMP lo ngatain gue anak SMP dan bilang'makanya SMA' dasar nggak punya pendirian lo kak"

"Biarin. Yang penting lo kesel hhhhhhhh!"

Kalo aja bisa, pengen banget nih gue kutuk si Bakti! Guys lo pada ada yang mau? Ambil aja nih.

-

Mari gue perkenalkan sedikit demi sedikit tentang gue dan sekolah. Gue sekarang duduk dibangku SMA kelas 12. Ya bentar lagi UN, tapi yang aku paling takutkan adalah SBM, makanya sejak kelas XI aku udah les SBM biar bisa dapet PTN yang aku damba-dambakan sejak dulu.

Amor FatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang