4

1.7K 269 39
                                    

Doyoung menghela nafasnya kasar. Semalam ia harus memastikan dirinya tetap terjaga agar semua tugas yang diberikan Prof. Malfoy sebagai Prefek Slytherin bisa selesai. Dan betapa bahagianya ia ketika bisa merampungkannya pukul 5 pagi tadi. Ia kerjakan semuanya sendiri karena teman sekamarnya tidak ada yang mau berbaik hati menemani Prefek mereka begadang karena tugas asrama.

Sebenarnya mungkin ada tapi dari asrama sebelah yang mana sangat Doyoung hindari.

Doyoung melangkahkan kakinya dengan lemas ke Aula Besar untuk makan pagi. Pemuda manis itu berjalan ke ujung meja lalu menjatuhkan bokongnya tepat di antara Changkyun dan Hanbin. Ya, lebih baik mengobrol dengan teman seangkatannya yang lebih tenang dulu dibanding dekat-dekat murid tahun awal yang agak berisik. Kepala Doyoung sakit sekali sekarang.

Belum sempat ia membuka mulut untuk menimbrungi obrolan teman-temannya, sebuah tangan yang mengantarkan sekantung coklat sudah dulu mendarat di depannya. Si pelaku langsung melenggang pergi setelah itu lalu duduk di meja asramanya.

Doyoung segera saja menoleh. Apa itu barusan? Dari si Jung itu lagi?

Jung Jaehyun itu dengan kurang kerjaannya memutar dari sebelah kiri meja Gryffindor lalu meletakan coklat di mejanya dan kembali ke sebelah kanan setelah itu duduk di tempat yang sudah disediakan oleh teman-temannya—yang sama kurang kerjaannya karena mengurusi dan mungkin memberikan ide gila ini.

Sementara yang Doyoung sibuk tatapi hanya tersenyum lebar sampai kedua lesung pipinya terpamerkan. Si Gryffindor itu lalu bergumam mengatakan bahwa sekantung cokelat ini adalah untuknya dan ia tidak menerima penolakan. Doyoung kesal tapi kepalanya tidak cukup memory untuk memikirkan kekesalannya pada Jung Jaehyun itu.

"Wow, Jaehyun itu Gryffindor sekali ya. Tanpa malu-malu langsung sikat," timpal Haechan yang berjarak 5 orang ke kanan dari depannya.

"Diamlah, Lee. Ia habis semalaman berkencan dengan perkamen dari Prof. Malfoy yang harus diberikan pagi ini. Jangan ganggu dulu," bela Hanbin.

Uh, Hanbin memang teman terbaiknya—setelah si cerewet Gryffindor Thailand itu. Kalau saja tidak ingat Hanbin berstatus sama dengannya dan sudah dimiliki oleh Bobby Kim, pasti sudah dari dulu Doyoung dekati. Sayang sekali karena takdir malah membiarkan ia terjebak dengan si Jung itu.

Sudah, sudah. Doyoung pusing dan butuh asupan saat ini juga. Kemana pula para guru? Kenapa lama sekali sampainya?! Cacing-cacing di perutnya ini sudah meronta-ronta!

Huh, untung saja tidak lama para guru itu sudah tiba dan mereka bisa mulai makan. Segera saja Doyoung melahap sajian dari pada peri rumah yang sangat lezat ini. Ia cicipi satu per satu tanpa bosan. Lupakan dulu sejenak gengsinya karena ia sungguh pusing dan harus makan.

Uhm, tapi sebentar. Saat mata Doyoung secara tidak sengaja menoleh ke meja makan guru, ia melihat sesuatu yang sepertinya agak aneh. Sejak kapan Prof. Malfoy duduk bersebelahan dengan Prof. Potter? Wah, pantas saja murid-murid lainnya tampak saling berbisik.

Sebenarnya ia bukan orang yang selalu ingin tahu segala sesuatu—Doyoung ini Slytherin bukan Gryffindor. Tapi hal ini adalah hal yang sangat tidak pernah terpikirkan akan terjadi. Bagaimana bisa mereka duduk akur bersebelahan begitu? Dan apa pula itu, Prof. Malfoy tampak memotongkan steak pada piring Prof. Potter dan ayah sobatnya itu tampak biasa saja? Uh, kenapa malah ia melihat semburat merah tipis pada apple cheek gurunya itu? Sangat aneh. Segera saja Doyoung mencolek tangan anaknya yang kebetulan duduk tepat di depan Doyoung.

"Al, kenapa tiba-tiba ayahmu duduk di samping Prof. Malfoy? Sejak kapan mereka akur?" Doyoung bertanya bingung. Albus yang tadinya sedang asik berbincang dengan Scorpius pun menoleh ke arah meja makan guru dan mengernyitkan dahinya saat obsidiannya menangkap pemandangan aneh yang Doyoung sebutkan.

Amortentia ; NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang