Seorang gadis berambut panjang bergelombang, tinggi, sedikit berisi, kulit sawo matang, tengah berada di sebuah taman dan bermain ayunan sambil menatap langit. Ia berkata, andai ia bisa terbang seperti burung yang ada di langit, maka ia akan terbang tinggi menuju angkasa. Namanya adalah Airin. Seorang gadis yang hobi berkhayal.
***
Suatu hari Airin tengah asyik duduk di kursi kamarnya sambil memakan es krim. Sesendok demi sesendok ia nikmati es krimnya. Tiba-tiba terbesit di pikirannya tentang apa yang akan ia lakukan di masa yang akan datang.
Coretan-coretan yang sempat dibuat oleh Airin tentang apa yang akan ia lakukan di masa depan.
Seketika Airin teringat akan es krimnya yang sudah mencair karena sempat terlupakan sakin asyiknya membuat sebuah mind in the future.
"Yah... kan esnya jadi cair," katanya sambil mengangkat tempat es krim tersebut dengan muka sedikit manyun.
Airin pun segera ke dapur, memasukkan es krimnya ke kulkas dan segera kembali ke kamarnya. Di kamarnya, ia rebahan sambil mengangkat kertas mind in the futurenya ke atas, hingga pandangannya sampai pada langit-langit kamar.
"Bisa gak yah, semua yang aku tulis di kertas ini terwujud?" Tanya Airin di dalam hati.
"In shaa Allah pasti bisa. Kata ibu yang penting kalau kita ingin berusaha, berdoa dan tawakkal pasti apa yang kita inginkan akan terwujud. Semangat...! Semangat...! Pasti bisa!" Kata Airin yang menyemangati dirinya sendiri.
Allahu Akbar.....
Allahu Akbar....
"Eh Alhamdulillah sudah Adzan, biar hati tenang aku sholat magrib dulu deh," kata Airin sambil bergegas mengambil air wudhu.
"Rin...! Udah magrib Nak. Sana sholat dulu gih! Abis itu makan malam bareng," teriak ibu mengingatkan Airin.
"Iya Bu... Airin baru aja mau wudhu."
***
Setelah sholat Airin pun menuju ke meja makan. Di sana sudah ada ayah dan ibu yang menunggu Airin.
"Sini Rin, makan malam bareng ayah dan ibu," kata ayah Airin sambil menunjukkan kursi untuknya.
Ibu pun mulai mengambil nasi untuk ayah beserta lauk pauknya. Ibu juga mengambilkan nasi untuk Airin.
"Eh... Bu... Bu... gak usah. Biar Airin sendiri yang ambil. Sekarang Airin kan udah gede. Masa nasi aja masih harus ibu yang ngambilin," kata Airin sambil meraih sendok yang dipegang oleh ibunya.
Ibu dan ayah hanya bisa tersenyum bangga meilihat perkembangan kedewasaan putri semata wayangnya itu.
Ayah memulai percakapan di meja makan. Ia bertanya kepada Airin tentang bagaimana harinya di sekolah sebagai siswa baru di SMAN 11 Bandung. Airin pun menceritakan dengan penuh semangat.
"Tadi Yah! waktu di sekolah, Airin punya teman baru namanya Azizah. Azizah ini orangya sederhana, pintar, lebih pendek dari Airin, baik dan dia itu religious banget Yah, Bu. Airin seneng deh punya temen seperti Azizah ini. Tapi Yah, ada juga temen segugus Airin yang nyebelin suka ganggu Airin gitu. Cowok lagi orangnya Yah. Nyebelin banget deh pokoknya. Disamping itu, kakak-kakak Pembina pada ramah orangnya dan senang memberikan games supaya kita gak bosan gitu Yah," penjelasan Airin panjang kali lebar sambil sesekali mengunyah makanan yang ada dimulutnya yang mampu membuat ayah dan ibunya tersenyum lebar melihat kepolosan putrinya.
"Awas loh Rin, jangan-jangan cowok yang Airin bilang itu naksir lagi ama Airin. Jadi modusnya dia gangguin Airin mulu," kata ibu yang lagi ngeledek Airin.
"Ah... Ibu ngomong apa sih. naksar naksir naksar naksir. Airin benci tau Bu, ama orang itu. Masa cowok senengnya ganggu cewek sih," jawabnya dengan nada sedikit manja dan bibir yang dimanyunkan.
Suasana makan malam pun dipenuhi dengan canda-tawa keluarga sederhana yang bahagia itu, melalui percakapan singkat di meja makan.
Airin akhirnya kembali ke kamar untuk belajar dan istirahat. Selain berkhayal, Airin juga hobi baca buku. Semua jenis buku ia senang membacanya. Jadi malam ini untuk menambah pengetahuannya, Airin mulai membaca sebuah buku motivasi. Sampai akhirnya ia ngantuk dan tertidur di atas meja belajarnya.
Seketika ibunya masuk ke kamar Airin dan melihat putri semata wayangnya tertidur di atas meja belajar bersama dengan buku yang tadi ia baca. Karena tidak tega membangunkannya, akhirnya ibu memanggil ayah untuk mengangkat Airin agar segera dipindahkan ke kasurnya. Airin di gendong oleh ayah layaknya putri kesayangan menuju kasur yang empuk. Ibu segera menyelimuti Airin. Sebelum keluar dari kamar, ibu mencium kening putrinya itu dan mengucapkan "Mimpi indah sayang" dan segera keluar dari kamar Airin menuju kamarnya bersama ayah.
"Yah, tak terasa anak kita udah gede ya sekarang. Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik lagi manis," kata ibu Airin yang tengah bergandengan dengan sang suami menuju kamar tidur.
"Iya Bu, Airin sekarang udah gede dan semoga Airin tumbuh jadi anak yang baik dan sholehah ya Bu," jawab sang suami dengan penuh kelembutan sambil memegang tangan istrinya yang tengah menggandengnya.
Sang istri hanya bisa mengangguk dan berucap di dalam hati "Aamiin," sambil kepalanya ditempelkan di bahu sang suami.
Malam pun semakin larut, hanya ada suara-suara jangkrik yang meramaikan sunyinya malam. Airin, ayah dan ibunya terlelap dalam keheningan malam.
Keesokan harinya, Airin bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah menjalankan kewajibannya setiap hari sebagai seorang pelajar. Lalu bagaimana hari Airin di sekolah saat MOS terakhir ini? Apakah ada sesuatu yang special yang akan terjadi? Mungkinkah Airin dijaili oleh kakak Pembina osis? Diberi tantangan yang aneh-aneh mungkin? Atau tidak ada hal yang mengesankan yang terjadi pada Airin di hari MOS terakhir ini?
***
ORANG TUA KITA, KUNCI SURGA KITA.
"Orang tua adalah pintu pertengahan menuju Surga. Bila engkau mau silahkan, engkau pelihara. Bila tidak mau, silahkan untuk tidak memperdulikannya."
HR. AT. TIRMIDZI
YOU ARE READING
Airin, Untukmu Para Jofisah
Novela Juvenil"Hatiku tenang karena mengetahui apa yang melewatkanku takkan pernah menjadi takdirku dan apa yang ditakdirkan untukku takkan pernah melewatkanku. Menjadi ikhlas itu sulit apalagi, jika kamu harus merelakan sesuatu yang tadinya ada dalam doa-doamu...