Chapter 2

27 6 24
                                    

Waspada!
Typo bertebaran..

_____

"Apa maksudmu, Vica?"

Julie tampaknya kesal sekaligus marah dengan penuturan Vica itu, terlihat dari kedua tangan nya yang mengepal, rahang yang mengeras dan tatapan yang penuh tanda tanya serta amarah. Namun Vica tidak peduli, baginya waktu yang di tunggu-tunggu nya sedari lama akan di mulai.

Vica tenang, sambil berjalan mendekat ke arah julie yang marah. Aura di taman belakang dekat kolam renang itu pun berubah dingin. Tatapannya fokus pada perempuan di depannya itu, sesekali seringai licik tampak di wajahnya yang cantik.

Kini Vica sudah berada di depan perempuan itu, Julie. Dan mulai melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Apa? Kau tidak mengerti yang ku maksud rupanya. bukan kah begitu, juls?" Matanya menatap lurus mata perempuan di depannya.

Perempuan di depannya itu hanya diam saja seakan menunggu lanjutan dari ucapan yang di maksud oleh Vica. Vica kini berjalan memutari tubuh perempuan itu dengan gerakan pelan yang membuat siapa saja ingin cepat-cepat melihat wajahnya yang tepat berada di depannya.

"Kau meminta semua hal yang menurutku tidak masuk akal selama ini sebagai seorang teman. Namun aku tetap mengabulkannya dengan mudah. Tapi juls, semua itu tidak gratis. Kau tau? Tidak ada orang tulus di dunia ini.."

Perempuan yang kini dalam lingkaran putarannya itu pun kini diam seperti tersadar dengan apa yang Vica katakan.

"Kau menyuruhku untuk menyewa sebuah cafe hanya untuk makan malam istimewa mu bersama kekasihmu itu. Aku turuti.."

Kini Vica sudah berada di depan perempuan itu. Mata mereka kini saling beradu. Mudah saja hal itu bagi Vica. Karena Vica memiliki selisih lima cm lebih tinggi dari tinggi Julie.

"Kau menyuruhku untuk banyak hal, Kau tau? Orang tua mu dengan mudahnya mengatakan bahwa dia bersahabat dekat dengan keluarga Hazl pada semua rekannya. Tidak kau tau juls? Mereka menginginkan keuntungan dari hal itu.."

Perempuan itu tampak kaget, mulutnya terbuka hendak berbicara namun Vica dengan cepat berbicara.

"Kau ingin menebusnya?"

Perempuan itu kini sudah mengeluarkan keringat dinginnya dan wajahnya yang tampak memucat. Dengan suara bergetar, akhirnya dia mulai membalas pertanyaan Vica.

"Ba-bagaimana aku menebusnya, Vica?"

Vica mendapatkan umpannya. Kini waktunya dia mengultimatum perempuan di depannya itu.

"Tinggalkan Demian.."

Rautnya tenang dengan mata yang masih menatap perempuan itu. Namun kini pemandangannya membuatnya sedikit tertarik. Bagaimana tidak? Wajah perempuan tadi tampak sangat terkejut mendengar jawaban darinya. Vica tau bahwa perempuan itu tidak akan mudah meninggalkan kekasihnya begitu saja. Tapi lihat saja. Sejauh mana perempuan itu bisa mempertahankan kekasih tercintanya itu.

"TIDAK! kau gila. Vica! Kau sahabatku. Kau juga mengenal Demian selama ini. Aku tidak akan meninggalkan Demian.."

Vica sudah menduga jawaban perempuan itu. Namun Vica tetap tidak peduli.

"Aku tau semua tentang mu dan kekasihmu itu. Tapi kau? Taukah kau tentang aku? Tidak, juls"

Perempuan itu kini mulai berani membalas pertanyaan Vica.

"Bagaimana aku tau? Sedangkan kau adalah orang yang tertutup, Vica.."

Vica membelakangi perempuan itu yang sebelumnya mengambil dua langkah mundur.

[2] She is VictoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang