Kitchen

341 86 13
                                    

Play mulmed, Use headphone 🎧

Tiffany sibuk kesana-kemari menyiapkan seluruh perlengkapan untuk sarapan pagi. Denting peralatan masak memenuhi ruangan itu.

"Akhirnya. "
Tiffany membuang napas lega setelah meja makan telah rapi dan siap digunakan,dia hanya tinggal menunggu makanan instant yang dia letakkan di microwave matang.

Menunggu itu membosankan, jadi Tiffany nemilih membunuh waktu dengan mengambil benda petak dari saku celana training bergaris yang sedang dia kenakan.

Beberapa kali dia terlarut dalam kekehan kecil saat membaca ulang chatnya dengan Taeyeon. Orang yang berbeda dari kebanyakan, caranya bahkan lain dalam menanggapi seluruh keluh kesah Tiffany. Taeyeon membuat kesulitan yang Tiffany punya menjadi bahan untuk ditertawakan,  tanpa menyinggung perasaannya. Sekali lagi,  dia berbeda dari orang kebanyakan. Membuat Tiffany tidak segan untuk banyak bercerita,  termasuk tentang Appanya yang sering melakukan kekerasan padanya. Tiffany ingat sehangat apa tanggapan Taeyeon waktu itu.

Kau tidak akan tersakiti lagi.
Ada aku,
Yang akan melindungi mu.

Begitu kata Taeyeon.
Sudah berkali-kali Tiffany baca,  bukannya bosan justru membuat Tiffany makin suka. Bahkan semakin sukses membuat pipi Tiffany merona.

Tiffany masih terus sibuk meng-scroll percakapan keduanya sampai suara langkah kaki membuat ekor matanya bergerak melirik,  dia mendapati ibunya berjalan menuruni tangga. Dan langkah yang diambilnya saat mengetahui itu adalah lekas menyimpan ponselnya sebelum dia kembali berada dalam posisi bahaya. Oh ayolah, Tiffany terlalu kenyang untuk sarapan dengan sebuah makian.

"Selamat makan. "  Tiffany menyodorkan semangkuk risotto dan yang masih mengepulkan asap, tanda baru matang.

"Kenapa membuat makanan ini? "
Tiffany terhenyak dengan pertanyaan bernada sinis yang dilontarkan Eommanya.

"Oh mianhamnida, " Ucap Tiffany setelah sadar mengenai apa yang dimaksud Eommanya,wanita di hadapannya itu benci makanan bergaya italia yang merupakan makanan favorit Appanya dan Tiffany juga.

"Eomma makan saja yang ini. " Tiffany menarik piring porselen yang berisi kentang panggang mendekat ke arah Eommanya.

"Bodoh. "
Desis Eomma Tiffany, membuat gadis remaja itu menundukkan kepalanya dalam-dalam. Kecewa saja, bahwa setiap dan semua hal yang dilakukannya selalu saja salah. Padahal harapannya tidak banyak, dia hanya ingin usahanya dihargai. Tidak ada obrolan hangat di antara mereka berdua, tidak ada candaan hangat khas keluarga,  menurut Tiffany  disana cuma ada aura mencekam.

Tiffany menyendok risotto miliknya, memaksanya untuk masuk ke dalam mulutnya. Rasa makanannya enak,  hanya saja tatapan tajam dari wanita di hadapannya membuat Tiffany gemetaran untuk sekedar menelan makanan itu ke kerongkongan.

Miris bukan?
Ketika harusnya  pandangan seorang ibu menjadi yang paling meneduhkan, tapi yang Tiffany rasakan justru berbeda. Baginya pandangan Eommanya adalah sesuatu yang paling ia takutkan.

Dari semua hal buruk yang terjadi Tiffany masih bersyukur, setidaknya Appanya tidak ikut duduk di meja makan pagi ini. Appanya tidak pulang. Entah kemana pria itu pergi,  yang pasti kalau dia muncul paginya jelas tidak akan setenang ini. Mungkin gelas atau piring akan berterbangan, mungkin orangtuanya akan saling melempar barang. Membuat Tiffany lelah melihatnya, tapi sekarang tak apa. Toh dia punya Taeyeon sekarang, dia bisa menceritakan semuanya termasuk tentang ibunya yang sering memarahi dan tidak menghargai dirinya. Tiffany akan menceritakan itu, nanti.

Setelah dia selesai sarapan.

TBC

Diary'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang