The Change - Part 13

9.9K 824 25
                                    

SUDAH 3 hari semenjak kejadian Galena meminta Vano untuk mengakhiri hubungannya, saat Galena meminta untuk mengakhiri hubungan ini Vano hanya diam saja tak menjawab apa-apa dan tetap mengantarkan Galena sampai di tujuan. Vano juga masih mengirim Galena makan siang sampai sekarang meskipun sudah tanpa surat, para suster yang menjadi perantara juga tidak menyebutkan siapa yang mengirimi Galena makan siang. Tapi Galena tahu, itu adalah Vano.

Galena juga tetap memakan makanan yang di berikan oleh Vano, sejujurnya ia lebih menyukai masakan Vano di banding masakan kantin rumah sakit. Tapi apa yang semua Vano lakukan ini membuat Galena semakin sulit untuk meingkhlaskan Vano.

Ia memtuskan Vano tentu saja bukan tanpa alasan. Galena sudah memikirkan semua resiko apa yang terjadi jika melanjutkan hubungan ini, semuanya terulang. Resiko menggenggam adalah melepaskan, resiko memiliki adalah kehilangan. Mungkin bukan Galena yang akan kehilangan Vano jika mereka melanjutkan ini, tapi Vano yang akan kehilangan Galena.

Galena tak bisa membayangkan, Vano yang sudah menahan diri untuk tidak bertemu dengannya selama 10 tahun. Vano selalu menuruti Galena jika Galena menyuruhnya untuk tidak menemuinya dulu. Bagaimana jika semua nya menjadi sia-sia? Masih bayak wanita yang lebih baik di luar sana. Kondisi Galena semakin memburuk karena kanker leukimia nya.

Setelah mengakhiri hubungannya dengan Vano malam itu, Galena menangis. Ia rela menyakiti dirinya sendiri, melepas Vano agar tidak ada orang yang menangisi kepergiannya. Ia ingin Vano bahagia, bohong jika Galena ikut senang melihat Vano bahagia dengan wanita lain. Hatinya sakit tapi masih mampu di tutupinya. Seperti menutupi penyakitnya selama 3 tahun lebih terakhir ini.

Galena tak bisa menyalahkan Vano, ia terlalu memikirkan resikonya untuk melanjutkan hubungan ini. Menikah dalam kehidupan Galena hanya akan menjadi angan-angan saja. Harapan yang tak akan kesampaian.

Saat pertama kali mengetahui penyakitnya, Galena sempat sakit karena terlalu stress. Selama Galena sakit, dengan sabar Vino merawatnya.

Galena menghela napasnya, ia mulai menginjak pedal gas nya. Sesaat ia memiringkan kepalanya melihat kaca spion, akhir-akhir ini ia merasa sering di ikuti. Ia tahu betul mobil Vano, berwarna hitam yang mewah. Tapi kali ini bukan mobil warna hitam, tapi mobil berwarna putih. Tapi selama ia di ikuti, tak ada hal buruk yang terjadi kepadanya malah ia merasa terlindungi, ini aneh.

Tubuhnya benar-benar lelah hari ini. Bahkan Galena sempat mimisan tadi, sekarang hampir setiap hari Galena mimisan memberi pertanda jika kondisinya semakin memburuk drastis. Kondisi titik paling lemah nya saat Galena sudah tak mampu melakukan aktivitas lagi. Operasi penting tadi berjalan dengan lancar meskipun Galena sedikit pusing saat melakukan operasi penting tadi. Sebenarnya itu mudah saja di jalankan, namun orang-orang di sekitarnya membuat hal itu menjadi sulit.

Galena semakin memelankan laju mobilnya ketika hampir tiba di rumah. Kenapa rumahnya mendadak ramai seperti ini? Apa yang sudah terjadi? Apa yang Galena tidak ketahui?

Perasaannya semakin tak enak, ketika sampai rumah Galena langsung turun dari mobilnya tanpa repot membawa barangnya dulu. Napasnya tercekat, melihat peti mati yang terbuka di tengah rumahnya. Yang membuatnya semakin tersiksa saat melihat poto pria paruh baya yang di taruh di atas kepala peti mati itu.

Perhatiannya teralihkan saat Samuel datang menghampirinya, Galena menatap Samuel dengan tatapan kecewa karena tidak di bertahu hal ini sedangkan Samuel menatap Galena dengan tatapan murka.

"Jahat banget sih! Sepenting apa pekerjaan lo dari pada keluarga?! Papa punya anak dokter yang gak berguna tahu gak!" murka Samuel meluapkan segala unek-uneknya tepat di hadapan Galena. Mata Samuel terdapat kantung mata dan terlihat tidak segar karena menangis.

The Change [EKSKLUSIF DI WEBNOVEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang