Part 3 (End)

812 77 7
                                    

Play Videonya yaa.. ^^

Jangan lupa Vote nya
Typo Bertebaran

Happy Reading^^
.
.
.
.
.
.
.
.

KYUNGSOO

Sudah enam bulan Baekhyun menderita kanker otak. Semua terjadi begitu tiba-tiba pada suatu hari yang kelihatannya baik-baik saja - Baekhyun jatuh pingsan di lapangan olahraga.

Setelah menjalani beberapa pengujian yang melelahkan dan menyakitkan, keluar vonis bahwa otak Buzz-ku digerogoti 'alien' mematikan itu. Jieun eomma ingin memberitahuku kabar itu, tapi Baekhyun melarang keras.

Dia tidak ingin pelajaranku di sekolah terganggu. Selain itu, kata Baekhyun dia ingin berjuang dulu untuk membuktikan ketegarannya, supaya kelak bisa bercerita padaku bahwa dia pejuang yang gagah berani, meskipun kehilangan semua rambut dan kulitnya mengendur dan berubah kelabu.

Jieun eomma menuruti permintaan putranya demi menjaga kestabilan emosi Baekhyun, karena itu penting untuk proses penyembuhannya.

Pertemuan tidak terduga eomma ku dan eomma Baekhyun pada suatu hari berujung pada kunjungan eomma ku ke rumah sakit tempat Baekhyun dirawat. Lagi-lagi, Baekhyun meminta eommaku merahasiakan penderitaannya dariku.

"Aku nggak mau Kyungsoo terguncang melihat keadaan ku separah ini,  eomma." kata Baekhyun pada eomma ku saat itu.

"Nanti Kyungsoo sedih dan dia kehilangan konsentrasi belajar di sekolah. Aku ingin kami bertemu kalau rambutku sudah tumbuh sedikit."

Sejak kujungan eommaku hari itu,  Baekhyun sering minta dibawakan benda-benda yang kami miliki bersama sejak SD,  termasuk topi-topi dan tas yang kami punya. 

Eommaku bercerita,  tiap hari Baekhyun minta topi di kenakan dikepalanya yang sudah tidak tumbuh rambut.

Lalu sepuluh hari yang lalu,  Baekhyun minta pulang,  katanya dia rindu pada kamarnya.  Dia minta semua hadiah dariku disusun di atas nakas supaya bisa dia pandang dan sentuh kapan pun  dia rindu padaku.

Aku ingat saat itulah Baekhyun mulai sering mengirim pesan padaku,  termasuk pada jam sekolah.  Entah mengapa dulu aku tidak merasa itu aneh; aku hanya berpikir mungkin peraturan di sekolah Baekhyun tidak seketat peraturan sekolahku,  jadi dia bisa curi-curi mengirim pesan.

Dan permintaannya bertemu..  Dengan dada nyeri aku membenamkan wajah di lekuk leher Jieun Eomma. Andai saat itu aku lebih peka dan langsung mengiyakan,  mungkin aku sempat bertemu Buzz-ku,  sahabat-dan-kembaranku-dalam-kehidupan-lain, untuk terakhir kali dalam keadaan dia hidup.

Aku bahkan tidak sempat mengatakan pada Baekhyun bahwa dia selamanya tidak akan pernah terganti.  Aku hanya sempat berkata "Maaf kan aku,  Baek," pada tubuh ringkih-nya yang tidak lagi menghembuskan napas.

Tangisanku akhirnya pecah ketika Jieun eomma mengelus rambutku di antara sedu sedannya yang meledak.

Sepanjang misa aku duduk di antara eomma dan Jieun eomma, tepat di depan meja berkaki rendah yang memajang foto Baekhyun tersenyum ceria'dia tampan, seperti yang kuingat ketika terakhir kali kami bertemu di awal kelas sebelas.

Mungkin ada baiknya aku tidak pernah melihat Baekhyun ketika sakit, dengan begitu di ruang memoriku selamanya aku hanya mengingat Baekhyun yang sehat dan memancarkan denyut kehidupan.
.
.
.
.

Jemariku bergetar memegang kertas berisi curahan penyeselanku untuk Baekhyun.  Setelah menemukan suaraku,  aku membacakannya di depan puluhan jemaat yang hadir.

Umur delapan tahun aku bertemu sahabat dan kamu dengan cepat menjadi dekat.

Kami berjanji, kami bersumpah, jika yang satu terluka hati, yang satu bersedia menjadi tong sampah untuk menampung semua keluh kesah.

Di dunia yang sibuk dan ramai, seberat apa pun beban yang menumpuk, kami tidak tercerai.

Hari berputar, minggu menampakan diri.  Tanpa kami sadar, tahun berganti.  Aku tidak pernah melihat wajah sahabatku,  karena sekolah bari dan teman-teman baru menjadi nomor satu.

Dulu aku selalu menyempatkan untuk mengirim sepatah sapa,  pun dia padaku, memberi kabar tiada pernah alpa.

Kini kami seperti orang asing beda dunia, adahal jarak rumah kami hanya sekedip mata.

Kami tidak agi saling menghapus kesedihan,  kami tidak lagi saling menumpahkan perasaan.

"Besok, " janjiku dalam hati,  "aku akan menelpon Baekhyun."
"Besok," janjiku dalm hati, "aku akan mengunjungi Baekhyun."

Lalu esok berganti lusa, aku lagi-lagi sibuk dan lupa.

Tujuh hari yang lalu eomma sahabatku muncul di pintu rumahku dan memberitahu....

"Baekhyun sudah berpulang ke rumah Bapa di Surga. "

Tubuhku limbung dan hampir ambruk ke lantai ketika mendengar Jieun Eomma meraung keras, dan Eommaku cepat-cepat memeluknya. 

Ini bagian terberat yang harus kubacakan sebelum tangisku ikut meledak.  Semua tulisan di kertas sudah mengabur, tapi aku hafal kalimat terakhir ku.

Umur delapan tahun aku bertemu sahabat, sahabat yang tidk sempat kulihat ketika matanya menutup rapat di ujung hayat.






END





Terimakasih buat para readers ^^
Ini cerita kak Shandy Tan dari salah satu buku yang ku baca...

Dari beberapa cerita yang ada di buku itu,  cuma cerita ini yang buat aku sesegukan :" #curhat

Vote kalau kalian sukaa

Terimakasiih sudah membacaa^•^

Untukmu Sahabat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang