part 2

640 83 7
                                    

Play video ☝

Maaf slow update
Typo bertebaran
Yang ikhlas sok di Vote
.
.
.
.
.
.

"Dia nggak, " Eomma melambaikan sendok lagi,  "curhat tentang entah apa?  Dulu kalian sering curhat hingga berjam-jam."

"sedang nggak ada bahan curhat," sahutku dengan suara datar cenderung lesu, lalu bangkit dan berjalan terseret untuk membawa piringku ke bak cuci. Setelah itu aku pamit pada Eomma untuk masuk ke kamar dengan dalih merasa lelah.

Aku duduk di tepi ranjang yang paling dekat dengan nakas, menatap pigura perak yang membingkai fotoku dan Kyungsoo dalam seragam SMP. Foto ini diambil di gerbang sekolah oleh eommaku, pada hari pertama kami resmi memakai seragam SMP. Wajah kami semringah dan bangga karena tidak lagi disebut anak-anak.

Foto dalam pigura yang persis sama juga dimiliki Kyungsoo, sama seperti tujuh topi warna-warni dan benda-benda lain milik kami-karena aku dan Kyungsoo yakin kami anak kembar yang dipisahkan alien ketika berada di perut salah seorang ibu kami.

Aku dan Kyungsoo lahir ada tanggal yang sama, jam yang sama, tapi waktu yang berbeda-Kyungsoo lahir pukul 3 pagi, aku lahir pukul 3 sore. Jadi, diantara kami ada kesepakatan bahwa dia kakak kembar ku.

Sejak kecil kami menyukai aksesoris dan mainan yang sama-ini menurut pengakuan Eomma kami. Seiring pertambahan usia kami memperlihatkan minat pada lagu, alat musik, tayangan televisi, genre buku-hampir semua hal-yang sama. 

Kami menyempurnakan semua itu dengan menemukan satu kesamaan  mencengangkan: tanda lahir merah sebesar kuku kelingking anak kecil di belakang daun telinga kiri, agak masuk dari garis rambut. Saat mengetahui hal itu, bahkan orangtua kami pun terkejut, bahkan separuh yakin kami kembar dalam kehidupan lain.

Aku dan Kyungsoo menangis berhari-hari-- kadang di rumah satu sama lain kadang melalui percakapan telepon selama berjam-jam-- ketika kami diterima di SMA yang berbeda. Jantungku rasanya seperti diremas, dan maksudku bukan dalam arti kiasan. Dadaku nyeri. Aku yakin Kyungsoo merasakan hal serupa.

Itu kali pertama kami berpisah sekolah sejak bertemu kelas 3 SD.  Kyungsoo, yang secara akademis lebih cerdas daripadaku, diterima di SMA favorit, dan aku diterima di sekolah yang cukup bonafide tapi bukan SMA favorit.

Aku tidak mungkin memaksakan diri harus masuk SMA T dengan kemampuan akademis yang kumiliki,  dan bodoh namanya jika Kyungsoo memutuskan keluar dari SMA incaran banyak lulusan SMP di kota hanya demi sahabat- dan- kembarannya dalam- kehidupan-lain.

Aku mengatur bantal supaya bersandar di kepala ranjang lalu merebahkan punggung dengan selembut mungkin. Aku ingat, tiga bulan pertama setelah menjadi Murid SMA, tiap malam minggu Kyungsoo menginap di rumahku. Minggu pagi kami akan ibadah bersama, setelah itu berjalan-jalan ke mall dan toko buku selama beberapa jam; Kalau tidak, kami mengobrol seharian atau memanggang kue kering di rumahku.

Kyungsoo adalah anak laki-laki satu-satunya, bungsu pula, dari tiga bersaudara, sedangkan aku anak tunggal, Jadi kami beruntung memiliki satu sama lain.

Kuambil pigura di nakas, menatap foto kami berdua lama sekali, hingga mataku mulai mengabur dan aku tersadar itu karena air mataku mulai menggenang. Aku tidak bisa mengingat dengan pasti Sejak kapan hubunganku dengan Kyungsoo mulai renggang. Tiba-tiba saja dia berhenti menginap di rumahku, frekuensi komunikasi kami melalui telepon dan ponsel berkurang drastis, dan tahu-tahu saja sudah hampir satu setengah tahun kami tidak bersua wajah, bahkan di tempat ibadah. Padahal seperti kata Eommaku tadi jarak rumah kami tidak sampai 2 km.

Aku menimpakan kesalahan pada kesibukan sekolah yang menyita waktu kami mulai pagi hingga malam. Selain itu, mungkin Kyungsoo mendapat sahabat baru yang asik, sama seperti aku berteman dengan Daesun yang rame. Atau Kyungsoo sedang dekat dengan seseorang seperti aku dengan Kekasihku.

Aku bahkan tidak ingat Kyungsoo adalah Woodyku dan kurasa Kyungsoo pun mungkin sudah lupa bahwa aku Buzz Lightyear nya.  Kami menyukai serial Toy Story Jadi kami terinspirasi mencari panggilan Kesayangan yang akan selalu mengingatkan kami pada persahabatan lucu mereka.

Aku mengusap air mata dengan ujung jemari yang gemetar, lalu telunjukku menyapu ringan foto kami dibalik kaca bening, membuat bagian yang kusentuh menjadi sedikit basah. Aku merindukanmu, Kyungsoo-ya, bisikku dalam hati dengan batin remuk redam, merasakan dadaku nyeri.

KYUNGSOO

"ini indah, Kyungsoo," bisik  Jieun Eomma dengan suara sarat tangis. Jemarinya yang gemetar membelai kertas HVS pemberianku. Tinta tulisan tanganku di kertas itu menyebar dan memudar di beberapa bagian karena air mata Jieun Eomma menetes tanpa tercegah selama membacanya.  "Boleh.. Untuk Eomma? "

Aku memeluk Eomma sahabatku, Eommaku yang kedua dengan tubuh berguncang hebat karena berusaha keras menahan ledakan tangis yang meminta dibebaskan dari paru-paruku. Aku tidak bisa, aku tidak boleh menangis. Aku harus kuat untuk Jieun Eomma, setidaknya saat ini,  menjelang misa arwah memperingati tujuh hari kepergian Buzz-ku.

Nanti, setelah pulang ke rumah sendiri, aku boleh menangis atau menjerit sekuat keinginanku tanpa harus mengkhawatirkan perasaan siapapun sementara perasaanku hancur berkeping-keping.

Aku Bertahan untuk menghalau gumpalan pahit di kerongkonganku, dan bisa mendengar suaraku yang kering dan Parau ketika menjawab, "Kyungsoo menulis itu... Rangkap tiga. Satu untuk Jieun Eomma, satu untuk Baekhyun." Tepatnya, satu sudah kumasukan ke peti jenazah Baekhyun seminggu yang lalu, untuk dia baca setelah tiba disurga-untuk sahabat sebaik Baekhyun, tentu saja aku mengharapkan surga untuknya.

Satu lagi ada di sakuku sekarang. "Kyungsoo minta izin membacakannya setelah misa selesai nanti."

Aku merasakan Jieun Eomma menganggu dibahuku. Aku tidak sanggup menahan kepedihan ketika tubuhnya terguncang hebat aku hanya mendengar isakan pelan.

Hanya dalam waktu seminggu,  Jieun Eomma sekering tanaman pada musim kemarau. Aku tidak bisa membayangkan kepedihan yang harus di tanggung Eomma sahabatku ini. Setelah Jaehwa Appa-ayah Baekhyun meninggal dunia,  Jieun Eomma hanya memiliki Baekhyun.

Sekarang setelah Baekhyun tiada...

Aku memejam rapat-rapat, merasakan air mataku menetes deras di pipi, tapi menahan sesenggukan.




Tbc
.
.
.
.

Maaf banget slow update  😥

Aku harap kalian masih suka cerita ini...

Dan chapt selanjutnya adalah chapt terakhirrrr....

Ada yang nangis bacanya?  Kalau ada berarti kita samaan  😂 dan untuk selanjutnya kyanya harus sedia tisu, karena waktu aku baca juga sampai sesenggukan (alay emang wkwk) 

Jangan lupa Vote ^^

Untukmu Sahabat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang