NaSt

279 24 14
                                    

Karna ada yg komen lanjut, jadi aku lanjutin.
Maaf ya kalo bahasanya agak beda dibanding part sebelumnya.😁
Lahh
Langsung aja deh
.

.

.

"Stee?"
Pemuda itu masih meringis sembari mengusap sikut tangan kanannya seusai jatuh tadi.
"Iya?"
"Silakan duduk di bangku paling belakang, disamping Gale." Kata Mr.Geer
Ia menelik seluruh ruangan, setelah melihat tempat yang dimaksud, ia pun mengangguk pada sensei, kemudian berjalan kearah belakang kelas. Di belakangku tepatnya.

Pandanganku masih tertuju padanya, melihat wajah polosnya yang mengaduh sesekali, menarik kursinya, dan mulai menduduki kursi tersebut. Pandangannya lurus kedepan, bertatapan langsung dengan mataku. Ia tersenyum, senyum yang sangat manis.

"Siapa namamu?" Tanyanya

"Eeh? Aku?" Aku menunjuk diriku sendiri seperti orang bodoh.

"Iya.. " Jawabnya

"Namaku Luna, Luna Dragneel"

"Dragneel? Sepertinya aku pernah mendengar namanya. "

"Dia kepala sekolah. " Jawabku datar

"Begitukah?"

"Em" Jawabku pendek disertai anggukan

"Luna.. Bisakah kau menghadap kedepan." Kata Mr. Geer

"Eh.., gomenasai sensei. "

.

.

"Ayah.. "

"Nani Luna-chan?" Jawab ayahku yang tengah sibuk mengikat rambutku.

"Ano.. Apa kau kenal dengan orang yang bernama Fullbuster?" Tanyaku

"Ore? Kenapa kau menanyakan itu?"

Ibuku yang sedang memotong apel di dapur pun segera menoleh kearah kami.
Melihat orang tuaku saling bertatapan,  rasanya orang yang sedang aku bicarakan merupakan orang yang mereka kenal.

"Lie, hanya saja aku punya teman baru, namanya Storm Fullbuster."

"Souka.. Kami punya sahabat yang bernama Gray Fullbuster." Kata Ibu dengan senyum manisnya

"Woah, benarkah?"
Aku tiba-tiba merasa sangat bersemangat membahas hal ini.

"Emm" Jawab ayahku singkat sambil menunjukkan sederet gigi putihnya.

"Aku pikir... "

"Nee Luna-chan, kau menyukainya bukan?" Ibu memotong ucapanku yang belum sempat ku teruskan.
Ia berjalan kearahku, lalu duduk di sebelahku, membawa mangkuk berisikan apel yang telah terpotong menjadi beberapa bagian kecil. Menyodorkannya padaku dan ayah, yang segera aku sambut dengan hangat.

"Ahh tidakkk. Tentu saja tidak." sanggahku cepat

"Sou.. "
Ayah dan ibuku tertawa, melihat mereka melakukan hal itu membuatku merasa bahagia. Rasa hangat kini menjalar di seluruh tubuhku, membicarakan Stee membuatku sebahagia ini. Tanpa sadar aku tersenyum, menampilkan lengkungan garis bibirku.

"Dia baru masuk kemarin, dan dia terlambat. "

"Hontou? Bagaimana penampilannya?" Tanya Ibuku ingin tau

"Dia memiliki rambut biru, tatapan mata yang tajam, lalu senyum yang sangat manis."

"Nani kore? Gray bahkan tidak manis dan ia menjijikan."

"Nee ne, ayahmu memang seperti itu Luna-chan." Ibu melayangkan pandangan sinis kearah ayah yang selalu menjelekkan temannya.

"Woah... Istriku bahkan terlihat sangat menggemaskan saat marah."

Mulai lagi. Ayah mengatakan sesuatu yang mesra dihadapanku, dan itu membuatku malu sendiri. Padahal seharusnya ibuku yang merasa malu.

"Yamete Natsu >.<"

Ore? Ibuku ternyata merasa malu karena perkataan ayahku.
Blush, pipinya berubah menjadi merah, ia tersipu.
Ayahku menyelipkan anak rambut ibuku ke belakang telinga.

"Kau tau kan Lucy. Aku menyayangi mereka, dan aku menyayangimu."

"Romantis" Kataku tanpa sadar. Ayah dan ibu lalu menoleh padaku.  Reflek, aku membungkam mulutku dan berlari ke kamar, memberi ruang untuk mereka berdua, sambil menyesali ucapan yang barusan kukatakan.

"Luna-chan kenapa kau kembali ke kamar, seharusnya kan kau segera berangkat. "

Aku menepuk dahiku perlahan, "Dasar bodoh kau Luna." kataku pada diriku sendiri.

.
Kimi to kare to boku to kanojo~ 🎵

Aku bersenandung kecil sembari melangkahkan kaki ku di koridor sekolah. Tanpa sengaja, aku menabrak seorang pria yang sedang berdiri berhadapan denganku.

"Ano.. Gomenasai. "
Merasa bersalah dengan hal itu, aku segera meminta maaf dan membungkukkan badanku.

"Ah.. Tidak apa-apa."
Dia memandangku sebentar dan mengatakan sesuatu

"Nona.. Bisa aku meminta bantuan?"

"Dengan senang hati. "

"Baiklah, bisakah kau menunjukkan ruang kepala sekolah?"

"Tentu saja, saya akan mengantarkan anda. " Jawabku dengan sopan.

Kami berjalan beriringan, sesekali aku sedikit mendahuluinya.
Sesampainya di ruangan ayahku, aku mengetuk pintu dan langsung masuk, hal ini sudah menjadi kebiasaanku saat ke ruangan ayah.

"Permisi..  Ayah??"

"Luna-chan, ada apa?"

"Aku hanya mengantarkan seseorang."

Paman itu masuk dan terkejut melihat ayahku.  "Gray? Apa yang kau lakukan disini?"

Gray? Paman itu bernama Gray?
Ayahnya Storm?  >.<

.

.

Terima kasih telah membaca cerita ini 😊

.

Lanjut?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

That XXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang