Bab 8 : Hurt

4.1K 329 5
                                    

Pemuda itu mendudukkan tubuhnya di kursi, yang sengaja diletakkan di tepi ranjangnya. Memandangi sosok gadis mungil, yang masih menutup kelopak matanya rapat. Di salah satu punggung tangan gadis itu, terdapat selang infus yang terpasang di sana. Sosok rupawan itu diam, pandangan pemuda ini tidak berhenti mengamati paras cantik Hyeon Na yang tidak sadarkan diri.

Wajah cantik itu pucat pasi, begitu pun dengan bibirnya yang tipis. Pucat dan kering. Pemuda itu menghela nafas panjangnya, seraya membelai lembut pipi kiri Hyeon Na.

"Jungie..."

Gadis cantik mengingau, tiada henti memanggil nama lain. Nama sesosok pemuda, yang berstatus sebagai kekasih gadis itu. Kernyitan di dahi Hyeon Na tercetak, diiringi dengan gelengan kepalanya. Air mata kembali mengalir, sosok cantik itu terisak pelan. "Tidak, Oppa! Jangan melukai Jungie-ku! Jangan sentuh dia!"

Jimin terdiam cukup lama, masih saja memandangi wajah cantik Hyeon Na. Gadis itu tampak gelisah, keringat pun terus keluar dan membuat kening gadis itu basah. Tanpa ragu, ia menaiki ranjang. Memeluk erat sosok mungil itu, tidak lupa melontarkan deretan kalimat penenang untu sosok istrinya. Sesekali, bibirnya yang tebal nan seksi itu mengecup kening Hyeon Na.

"Maaf," lirih Jimin. Pemuda tampan itu menatap Hyeon Na nanar, kedua hazel gelapnya memerah. Hingga pada akhirnya, pemuda rupawan ini menjatuhkan air matanya. Menatap sosok cantik itu sedih, menyiratkan luka yang cukup besar. "Maafkan aku, Hyeon." ujarnya lagi.

Gadis cantik itu berhenti mengingau, tatkala Jimin terus mengatakan maaf. Walaupun, kerutan di wajahnya yang cantik masih terlihat jelas. Walaupun, bibir tipisnya masih menggumamkan nama Jungkook. Jimin mengeratkan dekapannya di tubuh mungil Hyeon Na, menyembunyikan wajahnya yang rupawan di ceruk leher sang pujaan hati.
**

Wonwoo memasuki ruang ICU, tempat sosok adiknya terbaring tidak sadarkan diri di sana. Air matanya berdesakan keluar, manakala melihat kondisi Jungkook saat ini. Tubuh kekar pemuda itu, kini dipenuhi oleh berbagai peralatan medis yang mampu menopang hidupnya.

Jungkook koma, itulah yang didengar olehnya dari dokter. Wonwoo marah, pada dirinya sendiri dan juga Jimin. Ia tidak perlu mencari tahu, mengenai siapa yang telah membuat Jungkook terbaring di ranjang rumah sakit ini. Jimin pelakunya. Hanya pemuda itu, yang patut dicuringainya saat ini.

Wonwoo menangis di sana, tatkala ia menatap monitor detak jantung dan wajah Jungkook yang sebagian ditutupi oleh masker oksigen. Tubuh pemuda ini perlahan duduk di dekat ranjang Jungkook, kemudian kedua tangannya menggenggam tangan sang adik.

"Bodoh," ujarnya. Wonwoo mengatai Jungkook, manakala teringat saat ia menemukan keadaan Jungkook yang tidak sadarkan diri dan bersimbah darah. "Seharusnya, kau tidak merahasiakannya. Kau bertemu dengan gadismu, bukan?" tanyanya.

"Kau tidak berniat bangun, Jung?" tanya Wonwoo. Pemuda tampan itu kembali bertanya, walaupun ia tahu Jungkook tidak akan menjawab pertanyaan konyolnya. "Ini sudah dua hari, kau berada di ruangan ini. Apa kau tidak ingin membuka matamu lagi, Jungkook-ah?"

"Bangunlah!" kata Wonwoo. Pemuda ini membelai lembut rambut hitam pekat Jungkook, lalu kembali menangis di sana. Menangisi nasib dan kisah cinta adiknya, yang begitu mengenaskan. "Bangunlah, Jungkook-ie!"

Pemuda tampan bermarga Jeon itu tidak sanggup bersuara lagi, tatkala ia memanggil nama Jungkook yang sangat dibenci adiknya. Jungkook-ie? Wonwoo terkekeh, mengingat semua itu. Jungkook tidak akan mau berbicara padanya, setelah Wonwoo memanggilnya dengan sebutan itu.
**

"Bagaimana?" tanya Jimin. Pemuda ini langsung bergegas menuju kamar pribadinya dan Hyeon Na, setelah ia tiba di rumah. Langkah kakinya dipercepat, manakala seorang pelayan baru saja keluar dari kamar pribadinya dan Hyeon Na. "Apa istriku sudah mau makan?" tanyanya.

The Devil [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang