2

28 1 0
                                    

Aku berjalan di koridor sekolah dengan langkah semangat, ya memang aku selalu semangat untuk sekolah. Banyak orang yang sudah berlalu-lalang juga untuk memasuki kelasnya masing-masing dan tidak sedikit pula banyak orang yang menyapaku.

"GADISSS." teriak Sinta, dia sahabatku.

"Hmm" ucapku seadanya.

"Pulang sekolah anterin aku ke toko sepatu yaaa, ya, ya, ya," ucapnya memohon.

"Lah tumben apa, biasanya paling males kemana kemana."

"Iya disuruh sama ka Raka beliin sepatu, males banget padahal, tapi sebagai adik yang baik hati dan tidak sombong, aku rela untuk menjeda drama korea ku," ucapnya dengan muka memelas dan ya biasa, sedikit drama.

"Kamu di rumah gaada kerjaan lain lagi gitu selain nonton drama korea? Pr tuh kerjain jangan nonton drama korea terus," omelku.

"Udah ah pokonya kamu harus temenin aku ke toko sepatu."

"Tapi Sin, aku harus ke..."

"Gaada alasan ya Gadiskuuuu, aku mau ke wc dulu, bye." ucapnya sambil melambaikan tangannya ke padaku.

Itulah Sinta, selalu tidak mau untuk mendengarkan penjelasanku.

Aku berfikir dua kali untuk menemani Sinta ke toko sepatu karena aku kepikiran 'dia' yang menungguku di cafe sepulang sekolah.

"Ahhh kenapa aku jadi mikirin tuh cowo sih, udah udah pokoknya aku harus temenin Sinta ke toko sepatu, kasian dia kalo harus sendirian kesana," ucapku, menggerutu sendiri.

Akhirnya lagu yang ditunggu-tunggu murid terdengar, aku pun membereskan buku ku dan siap-siap untuk ke toko sepatu dengan Sinta.

"Langsung aja yu Dis, takut hujan." ajak Sinta.

"kita naik apa Sin?"

"Tenang, aku udah booking taxi buat kita,"

"Yaudah yuk langsung," ucapku langsung menarik tangan Sinta.

di toko sepatu

"Dis aku bingung harus beliin buat ka Raka yang gimana ini banyak banget pilihannya," keluh Sinta dengan suara yang keras.

"Gausah keras-keras juga Sin ngomongnya," itulah fakta lain tentang Sinta, selalu ngomong keras -keras.

"Yaudah aku bantu pilihin." ucapku

Setelah hampir sejam di toko sepatu itu, akhirnya Sinta memilih sepatu berwarna hitam dengan tali di depannya, sepatu yang terlihat biasa namun ketika di pakai sangat nyaman.

"Langsung pulang aja yu Sin, bahuku sudah cape menggendong tas," ucapku.

"Ih Gadis, inituh masih sore, mending kita liat-liat buku dulu di lantai atas," ajaknya.

"Sin, ini emang masih sore, tapikan kita belum diperjalanannya, belum untuk menghadapi macetnya lalu lintas."

"Sebentar aja Dis, ayo dong ya, ya, ya,"

Akhirnya aku menyetujui ajakan Sinta dengan berkunjung ke toko buku di lantai atas.

Setelah dari toko buku, akhirnya kami pulang, kami pulang sendiri-sendiri karena rumahku dan rumah Sinta berbeda arah.

Langit sudah hampir gelap, matahari pun mulai menegelamkan sinarnya. Tetapi aku tidak langsung pulang. Entah kakiku atau hatiku yang ingin kesana, tetapi saat ini aku sudah di depan cafe. Akupun melihat-lihat kedalam cafe apakah ada 'dia' disana atau tidak.

Dan ternyata..

Dia tidak ada.

"Duh Gadis sadar dong dia mungkin benar-benar hanya untuk modus, dan perkataan kemaren hanya bohong," ucapku berbicara pada diri sendiri.

Akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke dalam cafe, hanya sebentar, hanya untuk meminun mocca kesukaanku.

"Mas biasa mocca 1 ya," ucapku, lumayan berteriak.

"Siap Mbak Gadis," ucap pelayan.

Akhinya pelayan itu datang..

"Ini spesial lagi untuk Mbak Gadis," ucap pelayan itu dengan tersenyum.

"Widii terima kasih mas."

"Panggil saja saya mas Roy, kalo mas mas nya aja kurang enak hehe"

"Okedeh siap Mas Roy," ucapku.

"Oh iya tadi ada yang mencari Mbak Gadis, laki-laki, ganteng loh mbak, siapa ya saya lupa namanya, Rangga kalau tidak salah, dia menunggu Mbak Gadis disini berjam-jam tapi Mbak Gadis nya baru datang disaat dia sudah pulang," ucap Mas Roy.

Dan hatiku langsung berdetak dengan kencang, ternyata dia datang..

MAAF YA AKU SELALU PUBLISH LAMA, BIASA LAH BANYAK TUGAS SEKOLAH HEHE, SEMOGA KALIAN SUKAAA YAAA!!:)

-salam coklat:)

My Happy MorosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang