prosa

38 6 0
                                    

Sebuah goresan mengenai perasaan, yang menjadi keharusan tuk merelakan. Bukan maksud mengenang, tapi apa salahnya jika aksara menjadi tempatku bergelut dengan rasa yang berhasil merasuk hingga merusak se rusak rusaknya.

saat rindu tak dapat berdamai kala malam menghantam.  Saat hati tak dapat berdamai dengan perasaan yang kau tikam begitu kejam.

Izinkan aku menuangkan  segelintir rasa melalui goresan. Rasa yang begitu menyayatku. Hingga terperangkap dan tak ingin bebas dalam pelukanmu. Dan pada akhirnya malam memperlihatkan gelapnya, bahkan bintang pun tak mampu mengiasi sinarnya akibat sirnanya rasamu. Yang dulu begitu melekat di hidupku.

Aku, seorang yang begitu mendamba dirimu. Yang menjadi pujangga bagi mereka yang berhasil kau rebut hatinya. Tentunya, itu bukan inginmu.

Malam begitu indah, hingga menipu hati menjadi gundah. Malam membujuk rayuku kedalam gelapnya.
Salahkah seseorang yang sedang mencari jati diri mempunyai rasa. Yang ia  simpan dalam dirinya. Rasa kepada seorang insan yang begitu lembut hatinya. Yang berhasil menumbuhkan semangat yang dulu ia pernah mengalami apa itu khianat? Apa kau adalah bunga yang harum wanginya? Atau mungkin kau adalah bunga berduri begitu tajam menembus tulang?

Kau adalah permata yang begitu berkilau. Kilau mu membuat ku tersadar bahwa pencipta mu begitu ku cintai. Kau adalah surga yang ku ciptakan. Kau keinginan yang aku semogakan dalam untaian doa. Mabrur tidaknya itu bukan urusan ku. Menjadi pendoa pada sepertiga malam menjadi keharusan dalam sebuah pengharapan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

one month one dayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang