2. Ahn Hyungseob

168 44 9
                                    

Ahn Hyungseob.



Pemuda mungil berusia 20 tahun ini adalah seorang mahasiswa disalah satu Universitas ternama di Seoul. Sebenarnya dia tidak terlalu pandai, namun demi bisa satu kampus dengan sang pujaan hati ia belajar dengan sungguh-sungguh hingga larut malam dan juga mengikuti les di beberapa tempat berbeda.









Park Woojin.








Dialah sosok yang Hyungseob sukai sejak pertama kali mereka bertemu saat upacara penerimaan murid baru di SMA-nya. Seseorang yang pertama kali menyapa dan tersenyum padanya saat ia tidak mengenal siapapun di sekolah barunya itu.

Entah takdir ataukah jodoh, saat pembagian kelas ternyata mereka satu kelas. Karena keduanya sudah saling menyapa, akhirnya mereka memutuskan untuk menjadi teman sebangku. Mereka juga menjadi dekat dekan Jihoon dan Haknyeon yang duduk tepat di belakang bangku mereka. Dan darisanalah mereka berempat berteman, bisa dibilang bersahabat. Karena kemanapun mereka selalu berempat.

Selama masa SMA, Hyungseob juga mengikuti semua kegiatan yang diikuti Woojin. Alasannya biar bisa semakin dekat dengan Woojin. Hyungseob juga mengikuti kursus memasak agar bisa memasak makanan lezat untuk Woojin.

Hingga saat di hari kelulusannya, Hyungseob memberanikan diri untuk menyatakan cinta pada Woojin. Namun Woojin menolak. Woojin mengatakan ia tidak ingin persahabatan mereka rusak hanya karena cinta. Dan sejak saat itu Woojin sedikit menjaga jarak dengannya dan juga sikapnya berubah jadi dingin. Namun persahabatan mereka masih berjalan hingga sekarang. Mereka berempat kuliah di tempat yang sama dengan jurusan yang berbeda.


***


Sore ini seperti biasa Hyungseob menyelinap ke apartment Woojin dengan dua kantong plastik berisi beberapa kotak makanan. Dengan mudah ia masuk ke apartment Woojin, karena waktu itu saat ia dan juga Jihoon ke apartment Woojin, diam-diam ia melirik password pintu apartment Woojin.

Hyungseob langsung berjalan ke dapur dan membuka kulkas Woojin. Dengan telaten ia memasukan satu persatu kotak makanan yang ia masak sendiri itu ke dalam kulkas dengan note di setiap kotaknya. Note berisi cara memanaskan semua makanan itu.

Setelah memasukan semua makanan tersebut ia  berjalan ke kamar Woojin untuk merapikan kamar pemuda tan itu. Banyak sampah kertas berceceran dilantai kamarnya. Setelah selesai dengan pekerjaannya Hyungseob segera pergi dari apartment itu dan menuju ke cafenya.

"Malam ungie." sapa Hyungseob pada salah satu karyawan cafenya.

"Malam juga hyung, tumben sekali jam segini hyung sudah datang kemari."

"Teman-temanku akan kemari sebentar lagi. Apa cafe hari ini ramai?"

"Lumayan ramai hyung."

"Syukurlah..."




Kliiiingg~~



Lonceng yang menggantung di tengah pintu Cafe berbunyi tanda ada pengunjung datang. Tiga pemuda memasuki Cafe milik Hyungseob.

"HYUNGSEOBIIIEEE!!" pekik seseorang yang baru saja datang. Yang dipanggil menoleh ke sumber suara, bibirnya terangkat membentuk senyuman manis ketika melihat ketiga orang yang baru saja masuk.

"Ya! Park Jihoon pelankan suaramu, lihatlah para pengunjung melihat kearahmu." seru Hyungseob sembari berjalan mendekati sahabatnya itu.

"Sayangnya aku tidak peduli." Jihoon menjulurkan lidahnya.

"Hai Woojin-ah, hai Haknyeon-ah." Sapa Hyungseob pada dua orang yang berdiri di belakang Jihoon.

"Hai sayang." Sapa Haknyeon sembari mengedipkan satu matanya membuat Hyungseob merasa jijik melihatnya. Sedangkan Woojin hanya berdeham sebagai jawaban dari sapaan Hyungseob. Mereka bertiga mengambil duduk di dekat jendela agar bisa melihat jalanan sambil mengomentari penampilan para pejalan kaki yang berlalu lalang disana.

"Ungie tolong siapkan minuman seperti biasanya ya, sekalian kuenya buat Jihoon."

"Hyungseob-ku memang yang terbaik!! Tahu saja aku sedang kelaparan." Jihoon tertawa kecil.

"Kalau Jihoon sih kelaparan setiap saat." sahut Haknyeon dan berujung dengan satu cubitan dari Jihoon tepat di perutnya.

"A-ah sakit hoon..."

Hyungseob mengabaikan keduanya yang tengah cekcok sembari saling membalas cubitan. Ia lebih  fokus menatap Woojin yang tengah serius dengan game yang ia mainkan di ponselnya.

Woojin yang sadar tengah ditatap Hyungseob, sedikit melirik dengan ibu jarinya yang masih bergerak lincah pada layar ponselnya.

"Berhentilah menatapku." tegur Woojin dengan nada dingin. Yang ditegur hanya meberikan cengiran yang terlihat bodoh di mata Woojin.

"Aku merindukanmu." bisik Hyungseob. Woojin yang mendengar itu tidak mempedulikannya, ia memilih untuk tetap fokus dengan gamenya.

Tidak berselang lama, minuman dan juga beberapa macam kue mereka datang. Euiwoong meletakan minuman dan juga kue-kue tersebut di atas meja. Jihoon menyambut kue-kue itu dengan mata yang berbinar, sedangkan Haknyeon diam-diam menatap euiwoong yang sedang menata pesanan mereka.

Mereka berempat berbincang-bincang sembari menikmati minuman masing-masing. Sudah beberapa hari ini mereka tidak bisa bertemu karena kesibukan masing-masing. Jihoon dan Haknyeon beberapa kali adu argumen namun berakhir dengan kekehan dari keduanya. Woojin hanya menanggapi seadanya apa yang mereka bicarakan.

Setelah cukup lama berbincang-bincang, Jihoon berpamitan pada ketiganya, katanya dia akan mengikuti kencan buta. Dan tak berselang lama Woojin juga berpamitan pulang, dia bilang ada tugas kuliah yang harus ia selesaikan malam ini. Dan tinggalah Haknyeon yang masih setia berada di cafe Hyungseob.

"Kau tidak pulang juga?" tanya Hyungseob.

"Aku menunggumu saja, aku malas mau pulang."

"Apa ada masalah lagi dengan orang tuamu?"

"Ya begitulah, tadi pagi mereka bertengkar hebat..."

"Hm mungkin mereka sedang memiliki masalah dan keduanya lagi dalam mood yang buruk makanya seperti itu."

"Entahlah, aku tidak peduli." Haknyeon menyesap minumannya lalu menatap Hyungseob yang tengah mengetuk-ngetukan jemarinya di meja sembari menatap minumannya.

"Hm, apa kau tidak mau berhenti mengejar Woojin?"

Haknyeon yang paling tahu tentang perasaan Hyungseob pada Woojin. Jihoon sendiri sebenarnya juga tahu, namun dia tidak terlalu berkomentar atau menanggapi cerita Hyungseob tentang cintanya pada Woojin. Dia lebih fokus dengan makanannya, makanya Hyungseob lebih suka bercerita hal apapun pada Haknyeon.

Hyungseob mengangkat wajahnya menatap Haknyeon. Ia mengangkat kedua sudut bibirnya lalu menggelengkan kepalanya.

"Aku hanya akan berhenti jika Woojin yang memintanya. Selama ini walaupun dia bersikap dingin ataupun mengabaikanku, dia tidak pernah memintaku berhenti atau menjauhinya. Jadi sepertinya aku masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan cintanya." ujar Hyungseob dengan semangat.

"Bagaimana jika ternyata memiliki kekasih atau ternyata dia hanya tertarik pada wanita?"

"Jika dia memiliki kekasih aku masih bisa merebutnya, kekasihnya itu belum tentu menjadi istrinya kan? Danㅡ(hyungseob berpikir sejenak) hm kalau dia ternyata hanya tertarik pada wanita, mungkin aku akan melakukan operasi agar bisa menjadi wanita." Hyungseob tertawa saat melihat ekspresi Haknyeon yang jijik setelah mendengar perkataannya.

"Dasar gila." cibir Haknyeon.

Hyungseob hanya tertawa mendengar cibiran Haknyeon.

"Aku mau pulang, apa mau aku antar?" tawar Hyungseob. Ia sangat tau jika Haknyeon pulang yang paling terakhir diantara teman-temannya, pasti ia akan meminta Hyungseob untuk mengantarnya.

"Mengapa kau masih bertanya jika kau sudah tahu jawabannya sayang."

Hyungseob memutar bola matanya malas setiap mendengar Haknyeon memanggilnya sayang. "Ayo cepat!" Hyungseob meraih kunci mobilnya dan berpamitan pada para karyawannya. Haknyeon mengekori Hyungseob dengan matanya yang sedikit melirik pada euiwoong yang tengah melayani salah satu pengunjung disana.

100 Days [ GuanSeob ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang