3. Orang aneh

150 44 20
                                    

Setelah mengantar Haknyeon ke rumahnya, Hyungseob memutuskan untuk pergi ke myeongdong untuk membeli beberapa jajanan yang dijual disana. Setelah berkeliling dan juga membeli beberapa jajanan disana ia segera masuk ke dalam mobilnya dan segera pulang. Masih ada tugas kuliah yang belum ia sentuh sama sekali.

Saat masih menyetir tiba-tiba ponselnya berdering. Ia sedikit melirik ponselnya, ternyata sang ayah menghubunginya. Dengan malas ia menerima panggilan sang ayah, karena ia tahu pasti ayahnya akan membahas perjodohannya dengan anak dari rekan bisnisnya.

"Iya ayah?"

"Bagaimana? Sudah kau pikirkan?"

"Belum, aku sibuk dan aku tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal konyol itu ayah."

Terdengar suara decakan kesal diseberang sana. "Itu bukan hal konyol seobie. Ini semua demi menyelamatkan perusahaan yang sudah ayah bangun dari 0."

"Tapi yah, aku menyukai orang lain."

"Tidak ada tapi-tapian. Dalam waktu dekat ayah akan mengatur pertemuanmu dengan anak dari rekan bisnis ayah."

"Tidak bisa begiㅡ"

Tut tut tut

"Ck, selalu saja dimatikan seenaknya sendiri." gerutunya sembari menatap kesal pada ponselnya hingga tidak memperhatikan jalan. Saat ia mengangkat kepalanya untuk melihat jalan sudah ada seorang pria yang hendak menyebrang. Dengan cepat ia segera menginjak rem mobilnya hingga kepalanya sedikit terpatuk pada setir mobilnya.

"Astaga, apa aku menabrak orang itu.." gumamnya cemas seraya melepas sabuk pengamannya dan segera keluar dari mobilnya.

Hyungseob berlari kecil mendekati pria yang sedang berjongkok sembari menutup kedua telinganya, pria itu tampak ketakutanㅡ lebih tepatnya tampak shock.

"Tu-tuan apa kau baik-baik saja?" tanya Hyungseob dengan panik.

Pria tersebut mengangkat wajahnya hingga manik keduanya bertemu. Namun pria itu terlihat seperti kaget atau entahlah Hyungseob tidak tahu. Yang jelas Hyungseob tengah terpesona dengan ketampanan pria itu.

"Da-dain-ah?" tanya pria tersebut. Pertanyaan yang terkesan seperti sedang memastikan sesuatu.

"Dain?" dengan cepat Hyungseob menggeleng ribut. "A-aku bukan Dain, aku Hyungseob. Danㅡ" maniknya menatap tubuh pria itu, "ㅡapa ada yang terluka?" sambungnya.

"K-kau mirip sekali dengan Dain-ku...." pria itu mengulurkan tangannya berniat ingin menyentuh pipi Hyungseob, namun dengan cepat Hyungseob sedikit menjauhkan kepalanya.

"Hei aku bukan Dain. Apa kau terluka?" tanya Hyungseob sekali lagi.

Pria itu hanya diam dan terus menatap Hyungseob. Membuat Hyungseob jengah.

"Kurasa kau baik-baik saja, jadi aku boleh pergi kan tuan? Maafkan aku yang hampir saja menabrakmu. Permisi." Hyungseob berdiri dan beranjak pergi meninggalnya pria aneh itu.

Srat

Pria itu menahan tangan Hyungseob yang akan membuka pintu mobilnya. Hyungseob menoleh pada pria itu.

"Bolehkah aku ikut denganmu..." lirih pria itu. Hyungseob mengerutkan dahinya. "Aku tidak punya siapapun di tempat aneh ini. Aku mohon bawa aku bersamamu, aku akan memberikanmu uang." sambung pria itu sambil mengeluarkan kantong kain dari balik pakaiannya. Kantong kain yang berisi koin uang  jaman dulu.

"I-ini untukmu..." pria tersebut membalikkan tangan Hyungseob lalu meletakan kantong berisi koin uang itu ditelapak tangan Hyungseob.

Hyungseob membukanya, "bukankah ini uang jaman dulu....aku pernah melihatnya di museum saat sekolah dulu. Astaga sebenarnya siapa orang aneh ini?" batinnya.

100 Days [ GuanSeob ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang