Prolog

53 5 2
                                    

Riuhan pesta itu tak menyurutkan keinginannya tuk menyusul gadis yang kini sedang duduk menatap ujung lautan ditengah dinginnya malam di salah satu taman hotel favoritnya.

Deruan ombak pun mengulum puing puing pasir dengan percikan bulirnya mengenai sepatu hitam yang tengah melangkah meski matanya tetap menikam hingga ia memilih tuk menghentikan derap kakinya begitu mendengar suara indah itu menjelma menjadi belati yang seakan tau bahwa ia hadir kembali,
"Sudah ku katakan, kamu sia sia,"

"Mengapa?" Pertanyaan singkat dan dingin yang ia lontarkan tak urung menggetarkan hati gadis yang memunggunginya.

Rambut yang dipandanginya dibiarkan terurai oleh sang pemilik, hingga angin membawanya tuk melambai diantara pundaknya namun tanpa sepengetahuannya, alis gadis itu tertaut dengan lontaran kata yang paling dibenci setiap orang, begitupula dirinya.

"Kita gak pantas."

"Pantas,"sanggahannya naik satu oktaf.

"Adrian jangan maksa!"teriakan tak terima gadis itu semakin mengeraskan hati lawan bicaranya,

Elva tau bahwa dirinya lancang dengan tubuhnya yang kini menunjukan guncangan dan matanya yang kini sudah mendung pada akhirnya menjadi gerimis di pipinya.

Adrian memutar posisinya yang kini telah tepat di hadapan Elva.

Ingin sekali Adrian menghapusnya namun ia membiarkan sungai yang tengah mengalir itu kering dengan sendirinya akan kata kata panas yang telah Elva ucapkan.

"Kau lihat saja nanti,"Adrian angkat bicara dengan beberapa jeda namun tetap menyambungnya ketika guncangan kecil itu mereda

"Saat ini kau bebas terbang kapan pun yang kau mau, tapi ingat!"

"setelah kau berada dalam genggamanku, kau tak kan pernah ku lepaskan!"

"Trust Me."






Hai readers,
Gimana?
Lanjut?
Yuk vote, comment dan nikmati.

Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang