Keramaian lorong sekolah kini sudah menepi begitu mereka sampai, hal itu dikarenakan bel telah berbunyi sejak sejam yang lalu.
Dengan santai mereka melangkah menuju ruang kelas IPA, pandangan mereka menyisir pada wajah wajah yang menoleh heran melalui jendela kelas begitu mereka lewat, belum ada setengah perjalanan, langkah mereka kini tercegat dengan pekikan guru bk yang terkenal akan keganasannya.
Hal itu tak mengagetkan mereka justru semakin tertantang untuk meladeninya,
"Bosen aku denger suara panci bu Adela tiap hari,"gerutu Delvin begitu melihat guru BK itu tepat beberapa meter dibelakangnya
"Nikmatin, kapan lagi kayak gini, iya gak Dri?" Felix tertawa sembari menepuk pundak teman lelaki disampingnya yang telah tersampir ransel hitam tanpa isi.
Adrian hanya menggumam dengan badan tegapnya yang telah berbalik ketika namanya merasa terpanggil.
"Adrian! Felix! dan Delvin! Ini sudah kesekian kalinya kalian terlambat! Sekarang ikut ibu ke lapangan!"
"Ngapain bu gal?" Tanya Adrian malas sembari mengikuti ibu Adela namun diacuhkan.
"Gal maksudmu?" Bisik Delvin pada Adrian yang langsung mendapatkan jawaban dari pentolan sekolahnya itu.
"Galon."
Tawa menggema diantara mereka bertiga membuat ibu Adela geram setengah mati menghadapinya.
Hampir setiap pagi ibu yang telah menginjak umur 40 an itu hipertensi dibuatnya,
Bagaimana tidak? jika kehadiran mereka selama 2 setengah tahun di SMA hanya untuk membuat onar.
Kenakalan mereka lebih dominan dari pada kecerdasan mereka yang terbukti dari prestasi yang telah mereka ukir namun sayangnya, tiga lelaki itu masuk dalam jajaran pelanggar aturan yang telah di cap sebagai badboy sekolah paling ditakuti dan digandrungi oleh kaum hawa muda,
"Kalian bisa diam tidak! Sekarang kalian bersihkan taman taman kecil yang ada dilapangan ini!"
"Panas bu,"keluh Felix kesal seraya mengambil sapu dan mulai membersihkan sampah sampah daun bersama Delvin.
Lain halnya dengan Adrian, ia hanya memandangi tanpa berniat tuk memunguti.
"Adrian! Ayo kerja!"
Bentakan bu Adela menggerakan dirinya secara paksa dan selama sejam lebih mereka berkutat hingga sampah sampah itu terkumpul didalam bak dan siap tuk mereka angkut menuju TPA sekolah.
Namun mereka memilih duduk sejenak, menyambar minuman yang tengah dibawakan oleh teman teman wanita dengan alibi tuk mencari perhatian namun mereka diacuhkan oleh pria cuek di sampingnya,
Siapa lagi jika bukan Adrian Danendra Elfreda yang tengah naik darah begitu sampah yang ia kumpulkan kembali berserakan dilapangan.
"Aduh! Maaf ! Aku gak liat sumpah!" Gadis itu tertegun karena merasa dalam bahaya begitu tau dirinya telah membuat masalah pada lelaki dingin di hadapannya,
Adrian diam, matanya tajam dan tangannya pun kini mengepal hingga suara tong sampah besi itu mengagetkan orang di sekitarnya akibat tendangan yang Adrian lakukan hingga sampah itu semakin berserakan.
"Kamu bersihin tu lagi!"
"Kamu gak usah kasar gitu dong! Aku udah minta maaf!" Gadis itu merasa tersulut emosinya begitu Adrian meninggalkan dirinya dengan perlakuan yang tidak pantas.
"Elva kamu itu siswi baru! Jangan lancang dong! Lanjutin tu beresin semuanya!" Seusai Felix berkata, ia menyusul Adrian dan Delvin menuju kantin belakang sekolah.
Ia tau bahwa sobatnya itu tengah berada dalam puncak emosi dan yang paling ia takuti bahwa kehidupan Elva tak selamanya tenang karena telah membawa masalah pada sosok Adrian yang belum ia kenal.
Elva merutuki dirinya seraya melanjutkan kegiatan yang berantakan bersama teman temannya," I've bad meet with that bad boy."
〰
Lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me
Fiksi RemajaBaginya memikat banyak wanita itu mudah, tak perlu berkedip, ia mudah memilikinya namun ada yang membuat ia begitu keras, dan brutal untuk menaklukan gadis misteri yang mustahil tuk ia gapai. Hingga ia menjadi begitu terobsesi untuk sekedar di perca...