Dari ekor matanya Gaby melihat Davio membuka jaket kulitnya. Disini suhunya sangat panas, yang disebabkan sedikitnya pentilasi udara, dan banyaknya orang yang menonton. Ternyata Davio telah menggunakan jersey-nya terlebih dahulu.
Pertandingan terus berjalan dengan lancar sampai akhirnya waktu tinggal semenit lagi. Saat itu skor 72-75. SMA Tarakanita lebih unggul.
Delya men-dribble bola dengan pelan. Matanya medelik ke arah scoreboard. Keringat terus bercucur di dahi dan lehernya. Dia terlihat sangat lelah, tetapi masih dalam semangat yang membara. Waktunya tinggal sepuluh detik lagi, Delya mulai berlari masih dengan men-dribble bola masuk ke area lawan. Dia mulai melewati pemain yang menjaganya. Sayangnya, dia dijaga ketat.
"Del! Kesini!" Katya melaimbaikan tangannya ke arah Delya
Delya mengoper bola kepada Katya, Katya menangkapnya, tapi dia dijaga ketat pula. Waktu terus berjalan. Kini, tinggal sepuluh detik lagi.
"Katya!"
Katya menoleh ke depan. Delya, yang lolos dari penjagaan sudah ada didepan ring dan tidak dikawal siapa-siapa. Katya segera melemparkan bola kepada Delya. Delya menerimanya. Waktunya tinggal 5 detik lagi!
"Lima...!" Para pendukung menghitung mundur
"Empaat...!"
"Tiga...!"
Delya melompat.
"Dua...!"
"Satu...!"
Delya melakukan slam dunk.
Dan.... Masuk!
PRIIITT!!!
Delya melompat turun. Seluruh pendukung SMA Tarakanita bersorak riang dan memukul drum dengan penuh semangat. Para pemain putri saling berpelukan ditengah lapangan. Dari seberang sana Gaby melihat Amarca dan Alisha berteriak bahagia.
Dulu kami juga seperti itu, batin Gaby. Dan setelah itu mereka akan turun ke lapangan untuk berpelukan dengan Delya, dan mengucapkan selamat. Tetapi yang saat ini yang berada disebelah Alisha bukan Gaby, melainkan Amarca.
Gaby melihat Alisha dan Amarca turun ke lapangan dan berpelukan dengan Delya dan Katya. Persis seperti yang dulu Alisha dan Gaby lakukan.
"Gab, gue mau kesana dulu, mau pemanasan."Gaby segera mengalihkan tatapannya dari Alisha dkk. Gaby menatap Davio kemudian mengangguk pelan.
Davio melepaskan jam tangannya dan mengeluarkan ponselnya dari saku jersey-nya. Kemudian memberikannya kepada Gaby. "Titip ya, sama jaket gue juga." Davio menunjuk jaketnya dengan dagunya yang terletak di sebelah Gaby
"iye," Ujar Gaby singkat.
Setelah itu Davio meninggalkan Gaby sendirian. Sambil menunggu tim putra tanding Gaby hanya duduk di tribun dengan menatap nomor punggung milik Davio yang ada didepannya dengan tatapan.... kosong. Entah apa yang ada didalam pikirannya saat itu,
Sekitar 15 menit kemudian, seluruh tim putra mulai memasuki lapangan. Mereka membuat satu barisan memanjang kesamping. Dilanjutkan dengan membaca doa dan bersalaman dengan antar pemain lawan. SMA Trandana yang menjadi pemain cadangan langsung duduk di kursi pemain cadangan. Dan yang pemain inti langsung melakukan sedikit pemanasan di lapangan.
Sedangkan seluruh pemain putra SMA Tarakanita masih dilapangan, mereka berdiri tepat diatas lingkaran di tengah lapangan. Untuk melakukan tradisi sebelum bertanding. Mereka menyilangkan kaki satu sama lain. Kemudian saling merangkul dan mulai membungkuk. Dan meneriakkan 'SMA Tarakanita' disertai dengan menggerakkan badan ke kanan dan ke kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gabriella's Life
Teen FictionHanyalah cerita tentang Gabriella dan hidupnya yang complicated.