Pertemuan (1)

60 7 2
                                    

Aku sedang membereskan pakaianku ke dalam koper milikku. Ya, saat aku katakan kepada abbi tentang kuliahku itu. Abbi segera menelvon bang arif yang ada di pontianak. Entah apa yang abbi bicarakan dengannya di telvon, yang terpenting aku harus menguatkan hati dan diriku ini.

Disaat aku sedang memasukkan bajuku ke dalam koper, ummi mengetuk pintuku dan masuk sambil memberikan senyuman terhangatnya.
Ummi duduk di sebelahku sambil memperhatikan aku memasukkan semua barang-barangku. "sayang" panggil ummi dengan segera aku menoleh ke arah ummi.

"ada apa mi? " tanyaku sambil terus memperhatikan ummi. "kamu yakin kuliah di sana?" tanyannya membuatku menundukkan kepalaku ke bawah.

"kenapa sayang? Kok langsung nunduk si? " tanya ummi bingung. Aku segera mengangkat kembali kepalaku dan menatap wajah cantiknya.

"iya mi, rara yakin" jawabku sambil memberikan senyuman ku kepada ummin. Aku dapat merasakan tangan ummi yang sedang mengelus kepalaku lembut.

"kamu di sana belajar yang rajin ya sayang" suara ummi sekarang mulai terdengar seperti ingin menangis. Aku langsung melihat wajah ummiku.

"iya ummi, rara akan belajar yang rajin. Biar abbi sama ummi bangga sama rara. Rara pasti yakin bisa jadi dokter." jawabku dengan tegas membuat ummi tersenyum kembali.

Ummi terus mengelus kepalaku,tangan ummi kini berada di punggung tanganku ia mengelusnya dengan lembut. "adek cuman anak gadis ummi satu-satunya, jadi ummi mohon adek jaga diri adek disana, makan teratur, belajar yang rajin,selalu kerjakan kewajiban adekk sebagai seorang muslimah, dan selalu tawakal ya dek" katanya dapat aku lihat kini air mata ummi jatuh membasahi pipi mulusnya. Aku yang sedari tadi menahan tangis ketika melihat ummi menangis,seketika air matuku juga ikut meluruh bersama air mata milik ummi ku.

Aku segera menghapus air mata ummi. "iya mi, ummi gak usah khawatir ya, rara bakal jalanin perintah ummi, ummi jangan nangis lagi ya mi, rara juga sedih kalau liat ummi nangis, rara semakin takut buat ninggalin ummi di rumah." ucapku sambil terus mengusap air mata ummi.

"yaudah ummi gak nangis lagi deh." katanya sambil menghapus air matanya sendiri dan menghapus air mataku. "yaudah sekarang adek beres-beres ya. Tapi mau ummi bantuin? " tanya ummi yang kini sudah mengambil sebagian baju ku untuk di masukkan ke dalam koper.

"gak usah mi biar rara aja ya, ummi istirahat aja" sambil mengambil bajuku yang ada di tangan ummi. "yaudah ummi tinggal ya, kamu kalau udah selesai langsung tidur ya sayang" ucapnya sambil mengecup keningku. "iya mi"

ummi sudah keluar dari kamarku.tanpa aku sadari abangku azzam syafiq sudah berada di sampingku. Aku kaget setengah mati karna mengetahui dia sudah berada di sana,entah sejak kapan dia masuk.

"dek banyak banget barangnya" ucapnya di dekat telingaku".

"astagfirullah" ucapku kaget dengan kondisi mataku yang mulai membulat.

"ab... Abang kapan masuk ke kamar rara?" tanyaku dengan gagap. Azzam hanya terkekeh kecil. "ada deh, tapi kok abang aneh ya sama perempuan kalo mau pergi pasti banyak banget yang di bawa, dasar ribet" katanya, eksperesi terkejutku sekarang berubah menjadi jengkel, bisa-bisanya dia bilang 'ribet' padahal kebutuhan perempuan itu memang banyak, tidak seperti laki-laki.

Aku mulai kembali memgemaskan barang-barangku,azzam masi saja terus menceloteh tentang ini lah itu lah, membuat aku memutar kedua bola mataku jengah.

'Gak capek apa bang azzam nyerocos terus, padahal dia yang kayak cewek, hobinya suka nyerocos' kataku dalam hati.

"abang ngapain si di sini, sana keluar, ganggu rara aja deh lagi beresin baju" celetukku membuat mulut bang azzam bungkam seketika.

Seindah Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang