Tak lagi kuat

36 3 1
                                    

"assalamualaikum" salam seseorang yang terdengar di balik pintu. Rara yang sedang berada di dapur harus meninggalkan kegiatannya. Pasalnya dia sedang membantu ummi yang sedang masak di dapur. Tapi karna panggilan tersebut. Ummi menyuruhnya untuk membukakan pintu.

Ia melangkah dengan cepat. Gamisnya sengaja di naikkan sedikit. Karna gamis yang sedang ia kenakan terlalu panjang. Setelah sampai di depan pintu ia segera membukannya dan tak lupa menjawab salamnya. "waalaikunsalam"

Setelahnya Rara senang bukan main. Pasalnya Aira menepati janjinya. Mereka berpelukan untuk melepaskan rindu. "datang juga kamu Ai" tanya Rara hanya menyinggungnya. Bagaimana tidak. Tadi pagi, dia bilang akan datang jam 08.00 pagi. Tapi apa? Setelah di tunggu sejaman dia tak datang. Alhasil Aira menunjukkan dirinya di jam 10.00. Memang tidak tepat waktu.

"yee. Pasti laa gue dateng. Tapi maaf ya gue telat" jelasnya cengar cengir melihat kearah Rara. Rara hanya bisa menggelengkan kepalanya. Padahal Aira adik dari laki-laki yang setahu Rara disiplin. Tapi kenapa adikknya yang satu ini berbeda dari abangnya. Ya sifat manusia memang berbeda-beda si.

Lama berbincang di ambang pintu. Rara mengajak Aira untuj segara masuk ke dalam rumah. Tak lama ummi datang kearah ruang tamu dengan masih mengenakan celemek dan mambawa sendok sayur di tangannya. "siapa yang datang Ra?". Tanya ummi yang masih belum melihat tamunya.

Rara menghadapkan kepalanya kearah ummi. Dia hanyak tersenyum lucu, ketika umminya keluar dengan membawa sendok sayur dan celemeknya. "ini umi, Aira yang datang" setelah mengatakan nama tamunya. Ummi segera melihat intens kearah Aira. Hanya sekedar info jika ummi Rara memiliki mata mines atau rabun jauh.

Aira segera menyalimi tangan Auntynya itu. Ia merasa jika bersama Auntynya seperti bersama ibunya. Karna wajah keduannya sangatlah mirip. "Aunty, assalamualaikum apa kabar aunty" tanya Aira seteh bersaliman selanjutnya memeluk Auntynya.

"alhamduliklah aunty sehat Ai. Aira apa kabar? Sama siapa kesininya?" tanya ummi sambil melihat kearah luar,siapa tau keponakannya ini membawa temannya untuk kerumahnya.

"Aira sendiri aja Aunty." jawabnya sambil mengelus pelan tangan tantenya. "hmm Aunty kiraiin Aira kesini sama Bang Arif" jelas ummi sambil mengajak Aira untuk duduk di sofa samping Anaknya yang sedari tadi hanya melihat interaksi atas keduannya itu.

Rara sudah biasa melihata Aira dan umminya yang bersikap seperti itu. Tidak di pungkiri jika Rara pun sama halnya akan melakukan hal tersebut jika bertemu dengan Bunda Aira. Karna dia merasa keduannya sangat berharga bagi mereka.

"yaudah, Aunty mau kedapur dulu ya. Mau nyelesaiin masakan tadi." jelas umminya sambil tersenyum hangat kepada kedua anaknya. "ummi" panggil Rara disaat Umminya hendak melangkah pergi. "iya, kenapa sayang?" tanyanya lembut. "hmm. Biar Rara aja yang lanjutin masaknya, ummi sama Aira ngobrol aja dulu." sarannya yang membuat ummi berfikir sejenak. "yaudah, tapi Rara bisa kan masaknya yang tadi ummi tunjukkin?" tanya umminya Ragu. Pasalnya Rara belum lihay sekali untuk soal memasak.

"bisa kok mi, nanti kalo Rara gak tau, Rara tanya ke ummi kok" jelasnya sambil tersnyum kearah Aira dan Umminya. "yaudah Ai, kamu ngobrol aja sama ummi ya, aku mau lanjutin masaknya dulu" pamitnya yang di angguki oleh Aira antusias.

Setelah Rara sampai di dapur. Dia pun menyelasaikan masakan yang tadi di tinggalkan umminya. Ia melihat bumbu-bumbu yang setengah sudah di masukkan kedalam panci. Umminya ini suka sekali memasak sayuran. Apalagi sekarang ummi sedang memasak sayur sop daging sapi. Jelas sekali itu masakan terfavorite abangnya. Azzam. Kalau dia hanya menyukai satu sayur. Sayur sop jamur.

Setelah cukup lama berkutat di dapur. Dia pun pergi kearah ruang tamu yang tadi untuk menyusul Aira dan umminya. Kalau sudah mengobrol pasti keduannya lupa terhadap situasi. Sedikit lagi kakinya melangkah kearah ruang tamu yang dibatasi oleh lemari TVnya yang berukuran besar. Dia mendengar percakapan antara umminya dan juga Aira. Kakinya berhenti tepat di belakang lemari TV tadi. Tubuhnya lemas,seakan akan tulangnya tak sanggup lagi untuk berdiri.

Seindah Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang