NN #1

9.9K 319 24
                                    

Halo semua! Jadi ini cerita pertama aku.
Happy Reading :)
*****

Nayla dengan cepat mengendarai sepedanya ke sekolah. Sesampainya disana, gerbang sekolah ternyata telah ditutup.

"Yah telat! Gak bisa masuk sekolah dong. Harusnya kemarin gue gak tidur malam-malam," sesalnya.

Yap. Ini adalah pertama kalinya Nayla telat. Sebenarnya jarak rumah dengan sekolahnya hanya satu kilometer, tapi karena kemarin tidur larut malam, akhirnya ia bangun kesiangan.

"Ah iya!" Muncul ide licik di benak Nayla. Tanpa membuang waktu, ia menjalani ide yang ada di benaknya itu.

"Pak Harun!" panggil Nayla.

"Lho? Neng Nayla telat? Tumben."

"Iya nih Pak. Kemarin saya belajar sampai larut malam karena ngerjain tugas Pak Bambang dan belajar untuk ulangan fisika," ucap Nayla dengan mimik sedih.

"Maaf atuh neng, bapak gak bisa buka kuncinya."

"Yah, tolong dong Pak Harun. Saya bisa di hukum sama Bu Anggi nanti," ucap Nayla dengan nada memohon.

Tiba-tiba Bu Anggi— salah satu guru killer di sekolah itu datang.

"Lho? Nayla telat?"

"Ehe he.." Nayla tersenyum memperlihatkan gigi kelincinya. "Jangan dihukum ya, Bu. Kemarin saya tidur kemalaman karena ngerjain tugas dari Pak Bambang dan belajar untuk ujian fisika. Jadi telat bangun deh."

Bu Anggi terlihat berpikir. "Ok. Karena saya lagi baik, kamu akan saya bebaskan. Lain kali jangan sampai terlambat lagi ya. Pak Harun, tolong bukakan gerbangnya."

"Yey! Makasih Bu," ucap Nayla langsung menyalami guru itu.

><><><

Sekarang Nayla berada di depan pintu kelasnya. Walaupun sudah lolos dari Bu Anggi, masih ada guru yang harus ia lewati.

Nayla menghela napas. Ia mencium bau-bau hukuman. Namun, mau tidak mau ia harus menerima konsekuensi karena dirinya telat. Nayla pun langsung membuka pintu kelasnya itu.

"Maaf, saya terlambat," ucapnya sambil menutup mata.

Tiba-tiba semua murid yang berada di dalam kelas tersebut tertawa.

"Nayla, lo ngelindur ya?" ledek seorang lelaki.

Nayla menatap sinis lelaki itu. Lelaki itu adalah musuhnya. Naufal Athala Samudra.

"Lho, bukannya lo ya yang biasanya ngelindur? Ngaca dulu kalo mau ngatain," balas Nayla.

"Gue gak punya kaca nih, beliin satu boleh tuh."

"Serius gak punya kaca? Oh.. yang katanya orang paling kaya di sekolah ini udah jatuh miskin, toh."

Satu kelas memperhatikan keduanya. Mereka memang selalu menjadi tontonan kelas, guru, bahkan satu sekolah.

Tak lama setelah itu, seorang guru masuk ke kelas itu.

"Ada apa ini ramai-ramai?" tanya guru yang berhasil membuat Nayla telat akibat mengerjakan tugasnya.

"Biasa Pak. Nayla sama Naufal lagi," sahut Ragil, si ketua kelas.

Pak Bambang mengangguk sambil menatap Nayla dan Naufal bergantian, meminta penjelasan.

"Tadi Nayla duluan yang mulai, Pak."

"Lho, kok gue?" Nayla meringis menyadari kesalahannya. Ia melihat mata sang guru yang melotot. "Maksudnya saya. Tadi Naufal duluan, Pak. Saya kan baru masuk kelas, trus tiba-tiba di ledekin."

"Bohong pak. Tadi saya gak ngapa-ngapain."

"Sudah sudah kalian diam. Ragil, apa benar yang dikatakan Nayla?" tanya Pak Bambang.

Ragil mengangguk. Nayla tersenyum puas. Ia menunjukan senyum kemenangannya itu pada Naufal.

"Baik. Kalian semua silahkan duduk dan mengerjakan tugas halaman 157. Nayla dan Naufal ikut ke ruangan saya."

><><><

Pak Bambang mondar-mandir di ruangannya, memikirkan hukuman yang cocok untuk Nayla dan Naufal.

Nayla dan Naufal yang sedari tadi berada di hadapannya pun ikut pusing.

"Pak, jangan mondar-mandir mulu dong. Jadi pusing saya lihatnya," celutuk Naufal.

"Iya Pak. Kali ini saya sependapat sama Naufal."

Pak Bambang pun akhirnya duduk di kursi.

"Kalian ini ya benar-benar. Setiap hari bikin bapak pusing aja," ucap Pak Bambang

"Untung saja sebentar lagi kalian lulus, pindah sekolah. Jadi kan bapak gak perlu pusing pusing lagi," lanjutnya.

Setelah dipertimbangkan, guru itu menyerah. Bingung bagaimana cara menghukum keduanya agar jera.

"Sekarang kalian kembali ke kelas saja. Mulai hari ini, bapak tidak akan menghukum kalian."

"Serius pak?" tanya Nayla tak percaya.

"Iya serius. Cepat ke kelas. Sebelum saya berubah pikiran."

Nayla dan Naufal pun segera keluar dari ruangan Pak Bambang.

"Duh, anak anak SD jaman sekarang, bikin capek," ucap Pak Bambang, lalu menyusul Nayla dan Naufal ke kelas.

Nayla & Naufal ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang