Chapter 3

665 36 0
                                    

'Apa ini pertanda?'

Ji Kyung POV

"Kamu ingat saat pertama kali kita bertemu?" Luhan bertanya padaku. Dia membenarkan posisinya yang sedang tiduran diatas pahaku.

"Geurom, aku tidak mungkin lupa itu. Kamu seperti orang bodoh duduk disini sambil menangis. Neo arra? saat itu hujan lebat, bagaimana bisa kamu diam disini?" Aku membelai rambutnya. Kami selalu melakukan kebiasaan ini setiap sore, berdiam diri di taman, dengan Luhan yang tertidur dalam pangkuanku. Ini adalah kebahagiaan tersendiri untukku. Tidak perlu pergi ke mall, tidak perlu berbicara panjang lebar, karena dengan caranya sendiri dia mampu membuat aku bahagia.

"Aku tahu aku bodoh saat itu. Tapi aku bersyukur karna kamu yang datang." Dia memejamkan matanya dan tersenyum.

Jinja Luhan-ah? Apa itu benar? Kamu bersyukur karna aku yang datang waktu itu? Apa kamu bahagia Luhan-ah? Apa itu artinya aku mempunyai tempat spesial di hatimu? Bolehkah aku berharap Luhan-ah?

"Kyungie?" Aku tersentak begitu merasakan tangannya memegangi pipiku.

"Wae?" Aku menatapnya.

"Kau melamun?" Dia berdiri.

"Aniyo.. Geunyang.. saat pertama kali kita bertemu.. saat itu hujan, sayang sekali tidak ada hujan hari ini." Aku berkata, berusaha untuk mengalihkan pembicaraan agar ia tidak bertanya hal aneh.

"Maja." Dia berjalan kearah selang air.

"Kau merawat bunga ini dengan baik." Dia berkata, suaranya hampir tak terdengar karena suara air yang berisik.

"Geurae, aku sangat menyukai bunga." Tetap dalam posisiku seperti tadi, duduk bersandar pada pohon.

"Kurasa sebentar lagi akan ada hujan." Dia berbicara seolah-olah dia adalah peramal cuaca. Ckk dasar.

"Jinja? Aku tidak melihat awannya mendung." Aku berdiri, menatap langit sore yang begitu cerah. Ckk.. dia itu, mau membodohi aku, eoh? Dan sedetik kemudian aku merasakan ada air yang jatuh keatas kepalaku.

"Mwoya? Bagaimana bisa ada hujan tapi langitnya cerah begitu?" Aku berkata pada diriku sendiri.

"Hahaha, pabbo." Aku mendengar suara tawa seseorang. Omo, bukankah itu suara tawa Luhan? Aku mengalihkan pandangan dan melihat Luhan yang sedang tertawa dengan selang yang diarahkan padaku.

"YA! Xi Luhan, neo.. jinja.. nappeun.." Aku berlari kearahnya dan dia malah berlari menjauh. Aksi kejar-kejaran ini terus berlanjut, bahkan tubuh kami tak lagi kering seperti tadi.

"Geumanhae, aku lelah." Aku mengangkat tangan kemudian duduk diatas rumput.

Dia berlari menghampiriku. Sepertinya dia juga lelah. Dia duduk di sampingku.

"Menyenangkan." Dia berkata pelan.

"Kau senang?" Aku bertanya.

"Eoh."

Jinja? Kamu bahagia saat bersamaku, Luhan-ah? Apa itu sebuah pertanda? Kamu tidak akan pergi bukan Luhan-ah? Kamu lebih bahagia saat bersamaku kan Luhan-ah?

"Aku akan mengambil handuk untuk kita." Aku berdiri dan saat hendak berjalan aku merasakan dia memelukku dari belakang.

"Luhan-ah.."

"Biarkan seperti ini, jebal." Dia berbisik. Tengkukku meremang seketika. Hembusan napasnya yang hangat menerpa kulit leherku.

"Hangat." Dia bergumam.

Maja. Rasanya hangat, sama seperti waktu itu. Luhan-ah, apa kita akan terus bersama seperti ini? Luhan-ah, beritahu Lay kalau dia itu salah. Kamu tidak akan pergi bukan?

MY LOVE FROM THE TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang