prolog

3 2 1
                                    

Laura Kiehl, biasa disapa Laura. Siswi dari SMA Purnama yang sekarang duduk di kelas 11. Siswi pandai yang sering memenangkan beberapa perlombaan MTK tingkat Nasional. Tak usah ditanya ke pandainnya dalam menghitung bukan?

Tidak hanya pandai dalam pelajaran, Laura juga mempunyai bakat bernyanyi. Suaranya yang merdu mampu menghipnotis para pendengarnya.

Laura yang berparas cantik, hidup dengan kesederhanaan. Laura yang sangat dibanggakan di sekolahnya. Juga di idolakan di seluruh penghuni sekolahnya.

Tapi, Laura hanya mencintai siswa berandal, teman satu kelasnya. Tak banyak yang tahu Laura suka cowok itu, hanya para sahabatnya saja yang mengetahui hal itu.

Sekarang gadis itu diam di tempat duduknya.

"Jangan bengong." tegur Aurel--- salah satu sahabat Laura. Aurel juga menjadi teman sebangkunya.

"Apaan si? Siapa yang bengong?" ngeles Laura.

"Jangan ngeles deh, pasti lagi mikirin kunyuk itu kan?" kata Aurel dengan sinisnya.

"Husshhhh, itu mulut siapa yang ngajarin?" tanya Laura, yang tak terima dengan kata kasar yang Aurel juluki untuk dia.

"Masih aja dibelain. Semua orang tau kali dia itu bandelnya ga ketulungan." ucap Aurel dengan nada sewotnya.

"Tapi ga baik cewe ngomong kasar." bales Laura.

Lagi asyik-asyiknya mengobrol, Laura dan Aurel dikagetkan dengan kedatangan satu sahabatnya lagi.

Dengan nafas tersengal-sengal, gadis berambut pirang itu menghampiri Laura dan Aurel.

"Gawat!!! Shu-sumpah." ucapnya dengan nada sedikit panik.

"Ada apasi?" tanya Aurel.

"Gawat!!" katanya lagi.

"Gawat apanya Ahla?" tanya Laura dengan nada sedikit panik.

Ahla mengatur nafasnya terlebih dahulu. "Si Alex berantem sama Zio" katanya.

Alex dan Zio, mereka sangat terkenal nakalnya di sekolah. Tapi, diantara mereka, Ziolah yang sangat liar dari Alex, tidak hanya di sekolah, diluar sekolah Zio sering mengikuti balapan liar, juga datang ke tempat club malam.

Berbeda dengan Alex, yang hanya bertawuran antar sekolah saja. Tetap saja keduanya sangat berandal bukan?

Alex dan Zio sepertinya tidak bisa untuk berteman, selalu saja mencari masalah di setiap waktu. Untung saja mereka tidak satu kelas, apa jadinya jika mereka ditakdirkan untuk menjadi teman satu kelas? tidak kebayang keributan dalam kelasnya kan?

"Itusi udah biasa." kata Aurel.

"Gua belum selesai ngomong bandot."  ucap Ahla seraya duduk di hadapan kedua sahabatnya.

"Terus?" kata Laura penasaran.

"Gini,,gini, lu tau kan si Alex selalu nyari ribut sama Zio?"tanya Ahla.

Laura dan Aurel kompak menganggukkan kepalanya.

"Nah, pas tadi gua mau kesini, gua liat Alex di bopong sama temennya ke UKS. Terus gua juga liat ada Ka Bagas disitu. Yaudah gua nanya aja sama Ka Bagas 'kenapa si Alex bisa teler kaya gitu', lu tau ga Ka Bagas bilang apa?"

"Ya kagalah oyot!" geram Aurel.

"Kan kita ga ikut sama lu Ahla" ucap Laura dengan kesabaran yang tinggi.

"Oiya yaa" ujar Ahla sambil cengengesan.

Keduanya menatap Ahla dengan tajam.

"Oke-oke kembali ke topik.  Terus kata Ka Bagas, si Alex tuh ngajakin duel gitu sama Zio, Zio langsung nerima tantangan Alex, mereka berkelahi di taman belakang, dan akhirnya Alexlah yang kalah dalam pertarungan itu. Tamat."  terang Ahla mengikuti suara seperti orang mendongeng.

"Sumpah ini ga berfaedah banget La. Nyesel gua dengernya" gunggam Aurel.

"Si Zio ga parah kan?" tanya Laura yang panik.

"Tenang. Ayang beb lu ga teler ko, tapi ada yang berdarah dibagian mukanya." kata Ahla.

"Alhamdulillah deh" ujar Laura.

"Najis dah gua sama lu berdua" seru Aurel.

"Biarin si Rel, sirik aja lu!" sewot Ahla.

"Udah jangan debat" lerai Laura.

💢

"Pulang naik apa Ra?" tanya Aurel sambil merapikan barangnya yang berserakan di meja.

"Kayanya naik bus deh" jawab Laura seraya memakai kardigannya.

"Mau bareng gua?" ajak Aurel.

"Engga deh, naik bus aja." kata Laura.
Laura sebenarnya sering menebeng Aurel dengan motornya, tapi dia tidak enak jika setiap hari terus merepotkannya.

"Udah si ama gua aja, ga ngerepotin kali, gua males pulang sendirian." ujar Aurel.

Laura hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

Dan Laura masih saja memikirkan keadaan Zio. Rasa khawatir terus saja meruntuki perasannya.
.
.
.
.
.
.


.
.

Laura sudah sampai di rumahnya dari satu jam yang lalu, Laura sekarang terbaring di tempat tidurnya. Pikiran dia masih sama seperti beberapa jam yang lalu.

"Apa gua telepon dia?"

"Kalo telepon dia, kan gua bukan siapa-siapanya. Masa iya tiba-tiba gua nanyain kabarnya?"ocehan Laura terus saja terlontar dari mulutnya.

"Telepon ga ya?" pikirnya lagi.

Drrrttt...

Suara dering telepon Laura, membuat pemiliknya langsung bangkit dari posisinya.

Laura langsung menyambar ke handphonenya yang ada di nakas.

Aurel is calling...

"Kirain gua Zio. Malah nenek lampir yang telepon." dumel Laura.

Laura langsung menggeser warna hijau untuk menjawabnya.

"........"

"Waalaikumsalam Rel, kenapa?"

"....."

"Kalo gua di izinin sama Bunda"

"............."

"Nah kalo gitu pasti di izinin"

"......."

"Iya bawel! Gc ya"

".........."

"Bye."

Panggilan dari Aurel berakhir. Laura langsung membersihkan kamarnya dan akan membersihkan badannya.

Yups. Aurel mengajaknya pergi ke salah satu pusat Mall. Sebenernya Aurel hanya ingin membeli buku untuk persiapan olimpiade bulan depan. Katanya buku itu hanya terdapat di Mall itu saja. Laura sebagai sahabat yang baik mau menemani Aurel mencari buku itu.

Dan sekarang Laura sudah masuk ke dalam kamar mandi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Semoga suka ya kawan😊

Karya pertama aku nih😉

Kalo ga nyambung, komen aja ya kawan😄

Terimakasih😚

surefire Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang