Senin

23 2 1
                                    

"Titt tott titt tott" Suara alarm pagi berbunyi, mengawali hariku dengan nada-nada waktu.

"Hoamm, jam berapa ini?"

"Emhh, jam 6 yah"

"Ehh bentar, inikan hari senin. Waduhh gawattt udah jam 6. Mati aku, telat, yang ada malah habis-habisan diomelin sama Osis" Ucapku panik.

Tanpa pikir panjang, aku langsung lari menyerbu kamar mandi di samping kamar, yang sedari tadi kosong menunggu seseorang untuk menghidupkan suasananya yang sepi.

"Ahh, capee, capee" Keluhku sambil berlari mengejar waktu yang tengah berjalan jauh didepan sana.

Ah akhirnya sampe juga, pas nih, untung gak te-

"Kamu telat yah" Ucap seseorang memotong alur kata dalam batinku.

"Apa? Telat? Kakak bercanda yahh, aku kan-"

"Bla~ bla~ Coba lihat jam"

Aku pun melirik jam yang sedari tadi menempel pada pergelangan tanganku.

Wah, gawatt, bener juga, aku telat, gimana nih.

"Tik tok, udah beres liat jam nya? Jelas, ini udah lewat dari jam 8"

"Emhh, iya iya aku telat"

"Heh jangan nunduk dong. Liat sini mataku"

Aku pun menuruti perintahnya dan mengangkatkan kepala melihat matanya

Indahnya. Estt aku ngomong apaan sih. Jijik banget. Tapi sumpah deh dia ganteng banget.

"Kakak siapa yah?" Tanyaku.

"Oh kamu belum tau yah. Iya jadi aku ini murid baru. Aku disini dapet tugas jadi osis. Kenalin nama aku Gibran. Aku kelas 8" Ucapnya dengan senyuman yang menghiasi wajah tampannya.

"Oh, hallo nama aku Raya, aku kelas 7" Jawabku sambil membalas senyumannya.

"Oh ya, jadi kamu ikut aku aja yah. Aku bakal nganter kamu langsung ke kelas tanpa ketahuan Osis lain. Jadi kamu gak bakal dihukum" Tawarnya padaku.

"Oh oke kalo gitu"

Dengan penuh waspada. Aku dan kak Gibran berjalan.
Langkah demi langkah kami lalui dengan seribu cerita. Tawa demi tawa mulai menghiasi perjalanan kami.
Entah sampai kapan, tapi aku ingin merasakan momen ini dengan lamanya.
Saking nyamannya aku tak ingat masalahku gara-gara telat.

"Emhh, kalo boleh, aku cuma mau minta no hp kamu. Bolehkan?" Ucap kak Gibran dengan warna pipinya yang memerah karena malu.

"Oh oke boleh kak"

Dengan senang hati, aku memberikan no hp ku pada kak Gibran.

"Makasih ya, boleh kan kalo sekali-kali kita chatan"

"Oh boleh dong kak"

Emhh, momen indah yang baruku lalui. Hatiku merasa senang dengan canda tawanya. Setiap kali melihat wajahnya, rasanya aku hanya ingin tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. Jantungku berdetak dengan kencang saat berada disampingnya. Pipiku merona memerah saat berbicara padanya. Aku tak tau apa ini sebenarnya. Apakah ini cinta?

"Heh kalian berdua sedang ngapain?" Ucap salah seorang wanita memecahkan suasana gembira kami.

History ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang