Beberapa hari ini, aku kerap teringat kamu.
Sesekali, bahkan hampir setiap hari.
Apakah kabarmu masih baik-baik saja?
Mengapa kegelisahan mengusik ketenangan dalam jiwaku?Sulit rasanya menghapusmu total dengan begitu cepat.
Jika bukan karena kekuatan dari Tuhan, barangkali kepayahan akan sering menyambangiku.
Terlebih ketika malam tiba dan waktu-waktu di saat ingin tidur.Bertaubat-lalu kembali ingat kamu lagi. Bertaubat-kemudian ingat kamu lagi.
Semoga Tuhan memberikan hidayah. Agar segera mengamnesiakan ingatanku perihal kamu.
Semoga Tuhan memaafkan aku, yang tak kunjung melepaskan diri sepenuhnya dari kenangan yang lalu-lalu.
Kau harus tahu, betapa hebatnya aku mengupayakan hal ini.
Betapa aku ingin bebas dan lepas dari ingatan-ingatan tentang senyumnya, tentang canda dan tawanya, juga tentang segala kekonyolan yang pernah ia lakukan dan berhasil membuatku tertawa.
Aku memang payah. Namun aku punya Tuhan yang Maha perkasa.
Mudah saya bagi-Nya untuk membalikkan hati ini menjadi benci lalu kemudian tak lagi ada rasa sama sekali.Mungkin usahaku saja yang masih kurang.
Mungkin aku saja yang belum serius ingin melupakan.
Mungkin aku saja yang masih keras kepala tak membiarkan kenangan itu pergi selamanya.Mungkin aku aja yang bodoh.
Berdoa sepenuhnya dengan lisan dan berkata ingin melupakan, padahal didalam hati masih mengharap pertemuan dihari kemudian.Berharap untuk kembali dipersatukan dalam satu atap dengan keadaan yang mungkin sudah SAH.
Padahal banyak ketidakmungkinan yang menghalang. Banyak kemustahilan yang menghadang.
Itulah kebodohan-kebodohan yang tengah berupaya aku hilangkan dalam pikiran.
Samarinda, 17 April 2018