Sinar matahari membuatku terbangun dari tidur nyenyakku. Aku membuka mata dan melihat mama yang berada di samping ranjangku."Bangun sayang, perawan udah siang gini belum bangun." aku menghela nafas berat.
"Aduh ma, aku masih ngantuk." mengambil selimut yang menutupi tubuhku dan menariknya hingga mentupi wajah.
"Ayo bangun, cepat mandi terus dandan yang rapih." ucap mama.
"Emangnya mau kemana? mama mau ngajak aku shopping lagi ya?." seruku bersemangat. Aku menyibakkan selimut yang tadi menutupi seluruh tubuhku, dan berganti posisi kini aku duduk di pinggir ranjang.
Mama bangun dari duduknya dan berjalan menuju keluar kamar. "Yaudah pokoknya kamu mandi terus dandan yang rapih, mama tunggu di bawah."
Aku segera bangun dari dudukku dan bergegas mandi. Aku dan mama kalo ada waktu luang biasanya akan memanfaatkan waktu itu untuk berbelanja di mall, entah itu belanja kebutuhan rumah ataupun keperluan lainnya.
Kini aku sedang berada di depan kaca yang ukurannya lumayan besar. Aku memang tidak seperti gadis lainnya diluar sana, aku tidak suka berdandan memakai lipstik dan segala tetek bengeknya. Oleh karena itu, aku tidak bisa dandan. Aku lebih tertarik dengan style di banding berdandan yang alhasil malah membuatku seperti badut.
Aku hanya memakai bedak powder untuk wajahku agar terlihat fresh, setelah itu aku memilih beberapa baju dan rok untuk kupakai.
Rok hitam seatas dengkul dan baju crop putih serta high heels yg tidak terlalu tinggi berwana hitam, serta rambut yang di biarkan terurai rapih.
"Cantik." ucapku. Ya jelas cantik siapa lagi yang bisa melibihi kecantikanku?.
Bianca menuruni anak tangga satu persatu hingga tiba di anak tangga terakhir.
tunggu..
kok rame?..
"Hai sayang.. sini gabung sama kita." ucap Alice -mama Bianca-.
Di ruang keluarga kini sudah terdapat lima orang yang beberapa dari mereka terlihat asing di mata Bianca.
"Kamu bisa duduk di samping Zayn, bi.." ucap Roy -papa Bianca- sembari menunjukkan bangku yang masih kosong di samping pria yang Bianca tahu dia bernama Zayn -karna papanya bilang begitu-.
Bianca berjalan mendekati lima orang yang sedang bercengkrama dan segera duduk di samping pria itu.
"Ini putri kami, namanya Bianca Anastasya." Roy memperkenalkan Bianca.
"Wahh, cantik ya.." ucap seorang wanita yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Roy.
Bianca masih terdiam, dia melirik mamanya sambil mengatakan "Mahh, aku udah rapih nih. Ayok kita belanja." mamanya tidak menaggapi kata-katanya tersebut.
"Nah Bianca, ini Zayn. Dia calon suami mu." ucap Roy.
Calon suami?!
Apa-apaan ini!
"Mungkin terlalu cepat disebut calon suami kalau dilihat dari usia kalian yang masih muda, sebaiknya aku sebut calon tunangan.." Alice membenarkan.
"Aku setuju, kalian bisa bertunangan dulu. Dan kalaupun kalian memang ingin langsung menikah, aku juga setuju." wanita tadi ikut berkomentar, sembari tertawa kecil. Pria yang Bianca kira suaminya hanya manggut-manggut menanggapi.
Apa katanya? Nikah?! yang benar aja...
"Maksud papa apa? tunangan apa? siapa yang akan tunangan sama siapa?." Bianca angkat bicara.
"Siapa lagi? kami? hahaha... ya jelas kamu sama Zayn." ucap Roy.
"Bianca gamau pa, Bianca masih mau kuliah. Lagi pula Bianca gakenal sama pria ini." ucap Bianca dengan penekanan di kata terakhir. Bianca melirik pria di sampingnya dengan wajah tidak suka.
"Justru itu papa memberi kalian waktu satu bulan untuk saling mengenal."
"Lalu setelah satu bulan, apa?." tanya Bianca.
"Kalian akan melangsungkan pertunangan, bukan begitu Yasser?." pria yang bernama Yasser itu menyetujui sembari tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Husband // ZM
Fanfiction"Pernikahan kamu tinggal menghitung hari bi." Apa katanya? Nikah? gue masih imut-imut gini disuruh nikah?! ya jelas gue gamau lah.