Bab 1

18 8 6
                                    

Valda berlari sekuat tenaga untuk sampai ke kelasnya. Akibat bangun telat efeknya ke mana-mana, dari tertinggal bus keberangkatan pertama hingga saat datang gerbang akan di tutup satu menit lagi. Dan itu semua cukup menguras tenaga dan emosinya di pagi hari.

Gadis itu memejamkan matanya saat telah duduk di kursi kesayangannya. Di tariknya napas dengan perlahan seraya menetralkan sistem pernapasannya yang tak terkontrol karena berlari. Untungnya, guru mata pelajaran belum datang dan sedikit memberi waktu untuknya menyiapkan mental menghadapi kenyataan sulitnya pelajaran fisika.

"Nyesel gue pilih jurusan ipa, tau gitu gue pilih nikah," gerutunya pelan.

Plak!

"Heh! nikah-nikah nilai raport aja merah semua," cibir Sena yang baru saja kembali dari toilet.

Valda nyengir. Gadis itu menggaruk pelipisnya, "Abis dari semua jurusan yang ada, menurut gue ipa rumit banget. Melebihi rumitnya jalan pikiran doi."

Sena mengusap wajahnya dengan kasar, lalu mencibir Valda, "Pacar aja nggak punya, ngomongin doi. Sarap!"

"Lah ngap---"

"Sen, lo di panggil bu Gita," ucap seorang pemuda dengan sebotol air di genggamannya.

Sena menoleh, pipinya bersemu seketika. Dengan cepat gadis itu mengangguk, "I-iya, Mik, iya," balasnya bersemangat bercampur gugup.

Pemuda itu sudah duduk di tempatnya. Valda menatap Sena dengan alis mencuat, bingung dengan sifat temannya yang aneh dengan waktu singkat.

"Lo kenapa, deh? Yang tadi-- anak baru itu, 'kan?"

Sena mengangguk dengan senyum lebar, "Iya, Yesar Caelmiko atau Miko. Si manis pujaan gue," ujar Sena dengan pelan di akhir kata.

Valda melotot, hampir saja matanya ikut keluat. Yang benar saja, pikirnya.

"Dia tuh, manis nggak sombong juga," ujar Sena lagi dengan gaya seperti membayangkan sesuatu.

Valda menarik rambut Sena pelan, "Cepet ke kantor, bu Gita nungguin. Lo mau dia ngamuk?"

Gadis itu terbelalak, "Eh, iya. Duh, kenapa bisa lupa sih, gue." gerutu Sena sambil melangkahkan kakinya keluar dari kelas.

******

"Mik, istirahat ikut maen basket, yok?" ajak seorang pemuda yang Miko ingat adalah Duta si ketua kelas.

Miko terdiam sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya tanda menolak, "Gue gak bisa maen basket," jelasnya.

Duta mengangguk mengerti, "Ya udah, tapi kalo cuma ke lapangan bisa kali, ya? Gue mau ngenalin lo ke yang lain."

Miko mengangguk saja, enggan menjawab. Duta pun telah berlalu dari hadapannya. Pandangannya kini jatuh pada seorang gadis yang tengah menepuk pipi temannya sambil mengingatkan jika dia harus pergi ke kantor, dan Miko tahu gadis yang di tepuk pipinya itu adalah Sena. Tapi-- gadis di samping Sena, ia tak tahu.

"Valda emang cantik."

Miko menoleh, alisnya sedikit menukik. Tidak mengerti dengan perkataan Leon barusan.

"Yang lagi lo liatin itu, Valda," ujar Leon kembali.

"Terus?"

"Dia cantik."

"Gue punya mata ko, Yon," sahut Miko sambil tertawa.

Leon memainkan ponselnya, lalu menoleh sebentar pada Miko yang duduk di sampingnya.

"Lo suka sama dia?"

Tawa Miko tiba-tiba lepas. Pemuda itu menatap teman sebangkunya tidak percaya sambil tertawa. Suka? Sejak kapan?

"Ada-ada aja, lo. Gue itu nggak sengaja ngeliat ke arah dia," jelas Miko.

Leon mengangguk, "Oh, gue kira lo kesemsem."

"Lucu lo, gue aja baru dua hari sekolah di sini. Nama tuh cewek aja gue baru tau barusan."

"Mas--"

"Selamat pagi!"

"Pagi!" jawab hampir semua siswa kelas itu.

Leon tidak melanjutkan kalimatnya yang terpotong. Dan Miko pun tidak peduli, lebih baik kini ia fokus terhadap mata pelajaran fisika yang akan ia nikmati sekarang.

"Lagi?" gumam Miko pelan sambil mendengus.

********

Kantin sekolah lumayan padat siang ini. Matahari yang begitu terik dan menyengat ketika berjalan tanpa perlindungan. Valda dan teman-temannya memegang perut dengan napas terengah akibat terus tertawa, karena mendengar cerita Lisa tentang tetangganya yang panik karena kucing peliharaannya melahirkan.

Dari kejauhan Duta, Leon dan Miko memasuki area kantin dengan keringat yang membanjiri. Ketiganya terus berbicara tentang banyak hal terutama kekasih Evan yang menggoda Miko.

"Val, itu anak baru di kelas lo itu?" tanya Lisa setelah menyesap minumannya.

"Iya, ganteng ya?" bukan Valda yang memberikan pertanyaan itu, melainkan Sena yang langsung serobot menjawab.

Valda memutar bola matanya tak peduli.

Lisa menatap Miko yang tengah mengunyah makanannya, "Lumayan sih."

Sena mendengus, sedangkan Valda tertawa dalam hati karena ada yang biasa saja menjawab tentang Miko. Walaupun sebenarnya Valda akui, Miko memang memiliki wajah yang lumayan malah lebih lumayan daripada Duta dan Leon yang katanya cogan kelas dua belas ipa.

Di lain sisi, Miko dan kedua temannya tengah menghabiskan mie ayam yang mereka pesan. Setelah bermain di lapangan menguras energi membuat ketiganya kelaparan. Miko diam saat merasa ada yang memperhatikannya, dan benar-- ekor matanya menangkap salah satu meja yang diisi tiga orang gadis dan dua diantaranya tengah melihatnya dan Valda-- gadis itu hanya melanjutkan makannya.

"Mik!"

"Miko!"

"Ya?" Kedua temannya menggeleng.

"Lo mikirin apa deh?" tanya Leon sembari menyandarkan tubuhnya.

"Nggak mikir apa-apa."

"Lo dari tadi diem aja, gak nyaut pas kita manggil," timpal Duta.

Miko meringis, "Iya gitu?"

"Sarap kamu, mas!" seru Leon sambil melemparkan gumpalan tisu pada Miko.

Miko hanya tersenyum, kemudian mengeluarkan ponselnya yang terasa bergetar di sakunya. Dapat ia lihat, satu pesan masuk dan mengingatkan ia akan kepindahanya ke sekolah ini. Kenapa bisa lupa sih, pikirnya.

Miko mengajak temannya kembali ke kelas dan si setujui keduanya. Sepanjang koridor Miko hanya fokus terhadap ponselnya, Leon dan Duta tidak menanyakan apapun membuat Miko tenang.

Karena terlalu serius dengan ponselnya, Miko tidak sadar jika salah seorang gadis tengah berlari kencang di belakangnya. Nasib malang pun terjadi.

Brugh!

"Akh!"

"Eh, hati-hati dong!" cecar Leon yang sedikit tersenggol karena berjalan di samping Miko.

"Sorry," cicit gadis itu.

"Valda!" teriak Sena dari belakang.

Posisi Valda kini tengah salam pelukan Miko, entah bagaimana tadinya yang pasti saat ini, posisi mereka begitu serasi.

Drrtt... Drrtt...

Getaran ponsel Miko, membawa pikirannya kembali. Ponsel itu terus bergetar di genggamannya, Miko yang sadar lantas melepaskan pelukannya di pinggang ramping Valda.

Astaga...

--------

Part One Its up!
Gimna? Gue niat pake banget cerita ini gak tau kenapa :v

Happy Reading!

SlideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang