Chapter 3

843 25 8
                                    



Kling...kling......kling....kling......
Suara merdu music mirip lagu di kotak music box menyapa telinga Ayya.

"Eeeeemmmmhhh!!!" gumam-man malas meluncur dr bibir mungil sang putri ningrat.

Sambil menggeliat meregangkan otot2-nya yg semalam meringkuk di balik selimut-nya, Ayya membuka matanya. Menguceknya sebentar, lalu mata cantik-nya melirik jam berbentuk hati berwarna pink lembut di meja samping tempat tidurnya.

"Hhhhmmm........hari ini aku ada meeting dgn papa & kak Salima, jg dengan beberapa manager di kantor. Bakal jd hari sibuk, nih!! Untung aku sudah siapkan materinya slm 2 hari terakhir ini. Aku ngga mau papa & kak Salima menilai-ku tak mampu. Dan terus memperlakukan aku sbg gadis kecil mereka yg manja & harus dijaga – jaga!! Uuuuuhh!!! Kapan sih mereka akan memandangku sbg person yg sudah dapat dilepaskan & diberi kepercayaan?! Aku kan bukan anak kecil lagi. Bahkan aku sdh menyandang titel magister ilmu komunikasi!!! Mama kan jg memberiku makan tiap hari, jd aku pasti numbuh!! Tdk terus menerus jd anak kecil. Dasar mereka ini!!! Aku hrs bisa buktikan bhw aku punya kemampuan!!!" batin bungsu dari 3 bersaydara itu sedikit kesal.

Segera Ayya meloncat dr tempat tidur-nya, merapikan sebentar, lalu mematikan AC, dan membuka jendela kamarnya. Merentangkan tangannya sambil menghirup udara pagi, merasakan semilir sejuk angin pagi membelai rambut panjangnya yg hitam legam terurai bak mayang. Itulah kegiatan rutin-nya tiap pagi.

Tiba2 Ayya merasakan sesuatu yg lembut & sedikit menggelikan di kakinya. Spontan kepala cantik itu menengok ke bawah. Seketika bibir mungil itu menyunggingkan senyum.

"Helloooo, my noughty boy!!! Selamat pagi my Tino!!" sapa Ayya sambil mengangkat kucing hitam abu2 itu ke dalam pelukannya, dan diciumnya


Setelah semua urusan menyiapkan keperluan kantornya selesai, kembali diraihnya kucing kesayangannya ke dalam pelukannya. Kemudian sambil menggendong Tino, Ayya berjalan keluar kamar. Lalu turun menuju ruang makan di lantai 1. Dilihatnya sang mama, bik Sur & si embak Yuni lg sibuk menyiapkan makan pagi.

Ayya mendekati mama-nya, lalu mencium pipinya.

"Good morning, mama cantik!! Met pagi bik Sur, mbak Yuni!!!" sapa sibungsu itu dgn manis.

"Met pagi gadis kecil mama yg cantik", jawab mamanya.

"Met pagi non", jawab bik Sur & mbak Yuni bareng.

"Iiiiih...mama!! Aku kan bukan gadis kecil lagi!! Mama lupa ya....aku sdh seorang gadis dewasa. Bahkan aku sdh seorang sarjana, mama!! Aku seorang manager marketing di PT. Arawinda Transportasi. Jadiiii............mama ngga boleh lg memanggilku spt itu!!" kata Ayya sambil cemberut.

Sang mama tertawa. Di-elusnya rambut putri-nya.

"Iyaaaa, Ayya sayang. Mama tau itu. Tapi sampai kapan-pun kau adalah gadis kecil mama yg cantik & pintar!! Dan itu tak akan pernah berubah!! Oke?!" jawab ibu Meena sambil mengerlingkan matanya pd bungsunya itu.

Ayya memajukan bibirnya manyun sambil duduk di kursi makan.

"Terserah mama, dech ah!!" jawabnya sambil meletakkan si Tino di meja.

"Heeeeiii!!! Anak bandel!! Sudah berapa kali aku bilang, kau tidak boleh meletakkan kucing tengil-mu itu di meja makan! Kau mau dia kujadikan kucing guling?!" tiba2 terdengar suara merdu si sulung.

"Iiiiiiih.....sadis nih kakak galak-ku yg cantik ini ya Tino sayang?! Mosok kamu mau dijadikan kucing guling?! Waaaaahh....kebangeten!", sahut Ayya sambil menurunkan si Tino ke lantai. Lalu dgn cepat kucing itu berlari ke arah piring makannya.

Bik Sur cukup tanggap, lalu mengambil box makanan kucing dr dalam kulkas kecil disamping kulkas besar. Kulkas kecil itu khusus u/ menyimpang stock dan semua kebutuhan Tino. Termasuk sgl macam vitamin dan susu untuknya. Dan nggak berapa lama kucing gembul itu-pun sdh sibuk melahap makan paginya.

Ayya tersenyum melihat tingkah kucingnya. Lalu berkata :

"Lihat...betapa cute dan sweet-nya dia. Kenapa kakak masih sj memanggilnya si tengil?"

"Dia itu tengil sekali!! Suka sekali masuk kamarku pagi2 saat aku sdg di kamar mandi, lalu bersembunyi di balik gorden kamarku. Jadi...saat aku ganti baju, pasti dia lihat jg".

Ayya tertawa keras. Salima mendelikkan mata ke arahnya. Bagi Salima tidak pantas seorang wanita tertawa keras2, apalagi sampai mulutnya terbuka lebar.

"Uuuuppps!!! Ma'aaaaaaaaaff!!" kata-nya sambil menutup mulut dan tersenyum nakal.

"Tapi kakaaaaaaak............Tino cm seekor kucing!! Jd no problem kalau dia liat kakak ganti baju, kan?!" sambung Ayya sambil tersenyum geli.

"Heeeii........dia itu kucing jantan!! Tak boleh liat wanita lg ganti baju. Iiiiiiihh!!" balas Salima.

Ayya tersenyum geli. Kakak-nya ini emang lebay!!

"Tereserah kakak dech!!" Ayya menyerah. Bu Meena, bik Sur, & mbak Yuni cm geleng2 kepala sambil tersenyum.

"Ayo Ayya......kamu cepat siap – siap ke kantor!! Kita ada meeting di kantor!! Biar kamu ini anak pemilik perusahaan, kamu ngga boleh terlambat! Hrs kasi contoh yg baik buat semua karyawan", perintah Salima kpd adik kesayangannya itu.

"Siiiiiiaaaapp, komandan cantik yg galak!!" jawab sibungsu sambil tersenyum dan beranjak naik ke kamarnya.

Sang kakak cm geleng2 kepala, sementara yg lain tersenyum. Salima meraih koran lalu asyik membaca. Sekitar 30 menit kemudian pak Haryo Kusumo Arawinda yg biasa dipanggil pak Kusumo nampak masuk ke ruang makan. Mendekati istrinya, mencium kepalanya, lalu mendekati putri sulungnya, dan mencium kepala Salima dgn lembut.

"Selamat pagi semuanya".

"Met pagi papa sayang", jawab Salima sambil tersenyum ke arah papanya.

"Met pagi, sayang" jawab bu Meena. Bik Sur & mbak Yuni menjawab juga sambil tersenyum sopan.

"Dimana Ayya-ku? Dimana gadis kecilku?!", tanya pak Kusumo matanya menengok ke seputar ruang makan.

"Dia baru bersiap – siap, papa. Sebentar lg juga pasti turun." Jawab Salima sambil menuangkan kopi untuk papanya.

"Trima kasih, sayang" kata pak Kusumo sambil memandang putri sulungnya dgn penuh kasih.

Salima tersenyum dan kembali duduk. Tak berapa lama terlihat si bungsu masuk dengan mengenakan dress tanpa lengan yang bagian bawahnya sedikit di atas lutut warna brocken white dengan kombinasi batik warna hijau di bagian dada. Sebuah ikat pinggang polos warna hijau lumut bertengger di pinggangnya yg ramping, sebuah kalung etnik menjuntai di dada-nya yg cukup berisi, dan rambutnya di urai dgn sedikit dibuat ikal di bagian bawah dgn sebuah bando berhias bunga2 etnik kecil2 tersemat di pucuk kepala cantiknya. Di tangan kanannya menenteng tas kerja warna hijau serasi dengan dress-nya, sedang di tangan kirinya sebuah blazer sebatas pinggang warna hijau tua menyelampir di lengannya. Elegant, segar, dan cantik......itulah kesan yg muncul. Sambil tersenyum Ayya menghampiri sang papa setelah meletakkan bawa-annya di meja kecil samping pintu masuk, lalu memeluk pak Kusumo dr belakang dan mencium pipi kanan papanya.

"Good morning my charming daddy".

"Good morning my lil beauty barbie", jawab pak Kusumo.

"Aaaah.....kalian semua sungguh jahat!! Kalian tak pernah bisa menganggapku sbg wanita dewasa. Tidak kakak, tidak mama, tidak bik Sur, mba Yuni, & papa. Apalagi si bawel kak Ruk!! Ppppffttt!!! Dia bahkan mengira aku masih bayi yg suka ngompol dan nangis!!! Apa kalian tidak liat, badan sebesar ini kalian masih sj melihatku sbg gadis kecil. Sampai kapan kalian akan menghukum aku spt itu?", kata si bungsu sambil memanyun-kan bibir-nya pura2 marah, lalu duduk di samping kakaknya. Semua hanya tertawa menanggapi ucapan si bungsu itu.

"Sudah....jangan protes melulu! Makanlah sandwich & salad-mu, gadis kecil. Jangan sampai kita terlambat ke kantor", sahut Salima

"Tuuuuuuh kaaaan?!! Uuuufftt!! Iya dech!! Aku tau kl nanti kita terlambat, kalian pasti akan menambah julukan baru untukku! Iya kan?!"

Semua hanya tersenyum. Hhhhmmm..........saat yang paling membahagiakan bagi Ayya........dimana orang – orang yang disayanginya berkumpul dan berbagi kehangatan dalam ikatan keluarga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Way Of Love  - Perjalanan Menuju CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang