Chapter 2 -Himawari

216 53 36
                                    


Himawari

Disc©Masashi Kishimoto

Pair : Sasuhina

Typo(s), OOC, AU ,etc.

Story by me!


Di bukanya pintu kayu yang tingginya 2 kali lebih tinggi darinya itu. Tangannya tampak kerepotan menggenggam sekantong plastik dengan tangan satunya yang terluka. Beberapa kali di tiupnya luka pada bagian sikunya itu, berharap bisa mengurangkan rasa perih dan sakit yang menderanya.

"Nee-chan!!!" panggil seorang gadis berambut cokelat. Nampaknya usianya jauh lebih muda. Gadis itu terkejut dengan keadaan orang yang di panggil 'Nee-chan' itu, berlari mendekatinya dan menutup mulutnya melihat luka yang cukup besar di siku sang kakak.

"Hanabi-chan ..." lirih gadis yang terluka itu yang tak lain dan tak bukan ialah Hinata.

Gadis yang di panggil Hanabi itu mendongak, menatap sang kakak dengan pandangan terluka bercambur iba.

"Aku akan mengobati mu. Tapi kau berhutang penjelasan padaku setelah aku selesai mengobati mu." ucap Hanabi lalu merangkul pundak Hinata menuju kamar sang kakak yang berada di lantai 2 bersebelahan dengan kamarnya.

Hanabi membantunya duduk di ranjang king-size nya itu. Sementara Hanabi membuka sebuah laci di meja riasnya dan mengambil sebuah kotak yang merupakan kotak P3K. Bukankah ia harus secepatnya memberikan pertolongan pertama pada sang kakak agar tak terjadi infeksi?

Duduk di sebelah Hinata, lalu tangannya mengarah pada siku Hinata. Membersihkan luka itu dengan alkohol, Hinata nampak meringis menahan sakit. Hanabi pun begitu, ia yakin ini pasti cukup sakit. Hinata tersenyum, menatap sang adik yang sibuk mengobatinya, tanpa sadar setetes liquid bening lolos dari kedua mata indahnya. Buru-buru ia hapus jejak air mata itu, tak ingin sang adik melihatnya menangis dan membuatnya menjadi semakin khawatir.

"Aku yakin ini pasti sakit." gumam Hanabi yang mulai membalut luka pendarahan itu dengan kain kasa. Hinata hanya mengangguk sekali membenarkan ucapan Hanabi.

"Aku sudah selesai. Jadi, apa lagi yang mereka lakukan pada nee-chan hingga terluka seperti ini?" tanya Hanabi dengan suara seraknya ingin menangis. Sungguh ... ingin sekali dia bisa melindungi orang yang paling berharga dalam hidupnya ini setelah ayahnya.

Hinata menggeleng, isyarat jika apa yang di prediksikan oleh Hanabi sebuah kesalahan.

"Ini bukan luka karena pembully-an mereka. Aku tak sengaja terserempet truk saat menolong nenek tua saat pulang sekolah tadi." jelas Hinata menatap sang adik dengan tatapan lembut dan menenangkan.

"Lalu? kenapa kau mengganti seragam sekolah mu?" tanya Hanabi lagi.

DAMN!!

Hinata tersenyum kecut mendengar pertanyaan kedua Hanabi. Apa yang harus ia katakan? apa ia harus jujur, atau berbohong?

"Nee-chan sudahlah ... hentikan ini semua, aku tak ingin melihatmu terluka lagi." ucap Hanabi menitikkam air matanya. Di usapnya air mata itu oleh Hinata, memegang dagu sang adik agar melihatnya.

"Kenapa kau menangis, Hanabi-chan ... aku saja tidak menangis. Aku jadi bingung, siapa yang paling menyedihkan di sini?" gurau Hinata. Mencoba membuat sang adik berhenti menangis, tapi yang ada Hanabi semakin mengencangkan suara tangisnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fortune Cookies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang