BRIANNA II

1.3K 62 13
                                    

Hidup itu sederhana bagi mereka yang bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidup itu sederhana bagi mereka yang bahagia.

Brianna menepuk-nepuk pelan wajahnya, berusaha agar tidak tertidur di kursi Panjang sebuah ruang tunggu. Mommy dan Daddynya sedang di dalam ruangan dokter Frans, beberapa kali ia kelepasan menguap di depan umum. Tanpa menggubris tatapan tatapan tidak suka dari para ibu hamil disekitarnya ia menyenderkan tubuhnya ke dinding sambil menutup wajahnya dengan syal, mungkin lebih baik ia tertidur saja.

Bagi Bri mempunyai seorang adik diusianya yang menginjak 20 tahun adalah hal yang tak pernah ia duga, ia berpikir akan menjadi anak tunggal yang kesepian. Tapi tidak lagi karena sebentar lagi ia akan punya seseorang yang bisa menjadi temannya. Ia ingin adik perempuan supaya bisa diajak shopping dan kursus memasak nanti.

Tanpa sadar ia tersenyum sambil membuka matanya.

Detik pertama tak ada reaksi, namun detik kedua matanya tak bisa menghadap kearah lain. Bri terus memperhatikan sepasang kekasih yang duduk 2 kursi di depannya.

Bukankan itu Alex? Ia tak mungkin salah mengenali kekasihnya sendiri bukan.

Tapi Bersama siapa laki-laki itu? Dari gesturnya Alex kelihatan gelisah, namun karena dia tampan kegelisahan itu dapat tersamarkan.

Bri mengambil ponselnya, ia harus mengabadikan moment ini agar ia tidak lupa dan lebih berhati-hati.

Jemarinya bergetar ketika sebuah foto berhasil ia ambil, ia menyenderkan lagi kepalanya ke dinding, menutup seluruh wajahnya rapat rapat sambil meremas ujung bajunya.

Demi tuhan, dulu sekali ia pernah merasakan ini. Perasaan sakit diduakan, tapi laki-laki dimasa lalunya tak pernah sejahat ini.

Apa yang kalian pikirkan ketika melihat kekasih kalian pergi bersama seorang gadis ke dokter kandungan? Jelas bayangan mengenai hubungan terlarang adalah hal yang paling mudah terpikirkan.

Bri bangun dari duduknya, ia memutuskan untuk menungggu orangtuanya di mobil saja. Hatinya tak akan kuat bila berada disini. Ia pengecut memang, harusnya ia menghampiri laki-laki itu lalu menamparnya dengan sangat keras, menendangnya hingga ia tersungkur, jika perlu menghajarnya sampai laki-laki itu babak belur ditangannya.

Bri berjalan dengan lunglai khas orang patah hati. Beberapa kali ia menabrak orang entah siapa itu ia tak tahu. Lagi lagi perasaannya campur aduk, membayangkan alex melakukan sesuatu dengan gadis tadi membuatnya mual. Ia menutup mulutnya sendiri.

Ponselnya berdering menampilkan nama ibunya.

"..."

" aku akan menunggu kalian di parkiran, mom, aku merasa aneh berada di tengah tengah ibu hamil" Brianna mendesah.

"baiklah, tunggu kami di mobil saja Bri"

"ya, mom"

Ia menyudahi teleponnya lalu berjalan gontai ke arah mobilnya. Ia termenung di kursi belakang, menatap indahnya rumah sakit London yang ia kunjungi ini. Selama 3 tahun ia di London, sudah 2 tahun ia bersama Alex, ia mengenal laki-laki itu dulu ketika masuk universitas pilihan Daddynya.

Laki-laki itu awalnya sangat tertutup dan seorang Nerd, Brianna yang saat itu benci dengan laki-laki tampan kemudian berteman dengannya. Alex menjadi lebih ekspresif dan sedikit terbuka saat mengenal Brianna.

Lambat laun laki-laki itu mulai menunjukkan sesuatu yang diincar banyak gadis.

Ketampanan, kekayaan, dan ketenaran.

Alex ternyata anak seorang menteri yang dikenal baik oleh masyarakat. Bukan hanya itu, ibunya juga seorang desainer terkenal.

Setiap gadis di universitas selalu mencoba menarik perhatian Alex, kecuali Brianna.

Ia biasa saja setelah mengetahui hal itu. Apa yang harus ia lakukan memang? Berlutut di depan alex. Tentu saja tidak.

Dirinya tidak pernah memandang orang lain dari sebuah kasta atau kedudukan. Maka dari itu ketika ia tahu Alex berubah menjadi berlian yang baru nampak kilaunya, ia merasa biasa saja.

Sikap Bri tidak pernah berubah kepada Alex sampai hari dimana Alex menyatakan perasaannya pada Bri.

Alex sama sekali bukan pria romantis seperti mantannya dulu, tapi laki-laki itu humoris. Brianna menyukai pria seperti Alex karena membuat harinya selalu berwarna cerah. Tidak butuh waktu lama bagi Bri untuk jatuh cinta kepada Alex.

Dan berita mereka berpacaran bagaikan tornado yang bergerak sangat cepat dan menghancurkan hati banyak pihak. Tak jarang Brianna mendapat hadiah dari gadis-gadis yang menyukai Alex. Mulai dari ban sepedanya yang dilepas hingga ia harus menelpon supir papanya untuk menjemputnya, sampai fitnah kejam mengenai dirinya.

Setiap hari penggemar Alex terus bertambah karena sikap alex yang easy going dan humoris membuat gadis-gadis itu tersihir. Bri tidak bisa melakukan apapun selain bertahan di sisi Alex.

Ia bertahan karena Alex selalu menghiburnya, laki laki itu selalu meyakinkan Briana bahwa dia adalah gadis yang dicintai Alex.

Gadis yang mengisi hati Alex.

Gadis yang mengisi pikiran Alex.

Gadis yang....menjadi segalanya bagi Alex.

Namun waktu terus berlalu, sikap Alex perlahan berubah. Apalagi bulan ini, terhitung hanya sekitar 4 panggilan dari Alex selama satu bulan ini. Dulu intensitas telpon mereka sangat banyak. Dalam sehari Alex akan menghubungi Bri sebanyak 3 sampai 7 kali.

Tapi sekarang, lihatlah hubungan mereka.

Bagaikan lilin yang terbakar, suatu saat akan terkikis habis.

Brianna menatap nanar ponselnya, ia merasa harus menghubungi Alex.

"hallo, Alex"

"Hallo, dengan siapa aku bicara? Alex sedang ke toilet"

Bri terdiam sebentar, jemarinya menggenggam sofa mobil sangat erat.

"aku Bri, temannya Alex. Maaf mengganggu waktu kalian, tapi ini sangat penting. Aku ingin bertanya mengenai tugas dari prof Aslan kepada Alex."

"hahahaa, hubungi Alex nanti ya, kami sedang di rumah sakit sekarang"

Brianna ingin berteriak kepada wanita itu, namun yang keluar dari mulutnya justru

"siapa yang sakit? Boleh aku tahu namamu nona?"

"Sure, aku Ellisa. Tidak ada yang sakit Bri, tapi aku sedang mengandung"

"wah selamat Ellisa, jadi kapan kau dan Alex menikah? Kau harus mengundangku, aku ini sahabatnya Alex. Hahaha" Brianna merasa bodohh berhadapan dengan Ellisa.

" 4 minggu lagi aku akan bertunangan."

"Selamat Ellisa, aku ikut bahagia mendengarnya."

"terima kasih Bri, Alex beruntung mempunyai teman sepertimu"

"hahaha, sama sama. Sampai jumpa Ellisa."

arghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh. Brianna menendang apapun yang ada disekitarnya, melampiaskan rasa sakit yang menghampirinya.

Alex akan bertunangan

Alexnya akan menjadi ayah

Alex mengkhianatinya

Lagi lagi pandangan Bri mengabur, kepalanya pusing ditambah dadanya yang terasa sesak.

Alex memberinya kejutan besar.

minta Vote dong... 

Kumpulan Cerpen Cinta RomantisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang