Brianna III

410 30 2
                                    

Suasana begitu mencekam bagi Brianna, dadanya terasa terhimpit sesuatu yang besar. Ia merasa keringat dingin mulai keluar. Demi tuhan ia merasa sangat canggung. Sesekali jemarinya meremas kemeja biru yang sudah kusut.

"Lex, sampai kapan kamu hanya akan memandanginya? Aku susah payah mengajak Brianna kemari dan kamu bersikap payah! Huhh" Alexa berjalan menuju satu-satunya pria di ruangan itu.
Pria itu, yang dia akui sebagai temannya tidak lain adalah Alex.

Alex merasa dunia terhenti ketika kedua wanita itu masuk, ia merasa kupu kupu berterbangan disekelilingnya sekarang, ya, ia mendengar Alexa dan untaian mautnya, ia tahu Alexa sangat kesal, namun ia tak begitu peduli, sampai tangannya disentak kasar oleh Alexa, baru Alex sadar. Dia harus melakukan sesuatu untuk kelangsungan hidupnya.

Alex memberikan kode kepada Alexa untuk keluar dan langsung dimengerti oleh gadis itu.

"Kuharap ini akan bekerja Lex, " bisiknya lalu beranjak meninggalkan ruangan.

Brianna semakin bernafas pendek diujung sofa yang sialnya empuk dan nyaman. Tidak ada yang salah dengan sofa ataupun pengharum ruangan disini. Hanya saja ia merasa tubuhnya kaku dan tidak bisa bergerak atau sekedar bersandar. Sesungguhnya sedari tadi ia hanya menunduk.

"Bri,.."

Brianna bisa mendengar langkah kaki mendekatinya, disusul deru nafas yang sepertinya keras atau tergesa gesa? Namun anehnya, langkah kaki itu mantap. Setiap langkahnya ringan namun agung.

"Brianna..."
Lagi, ia mendengar suara berat itu mengalun, memanggil namanya secara biasa namun justru terdengar mengundang. Ia merasa meremang hanya karena suara itu.

Brianna mencoba mendongak, mencari Alexa yang ia kira masih  berada satu ruangan dengannya. Namun ia justru dikejutkan dengan wajah Alex yang sudah didepannya. Pria itu tersenyum. Jenis senyum biasa, namun lagi-lagi membuat sesuatu didalam dirinya seperti tersihir.

Pandangan mereka beradu, Alex secara perlahan mengikis jaraknya dengan Brianna. Hingga deru gadis itu bisa ia rasakan, wangi tubuh Brianna yang dulu selalu menjadi candunya bisa ia hirup kembali, Alex tersenyum sangat dekat membuat Brianna terdiam. Seluruh selnya sepertinya sudah meleleh.

Perlahan tapi pasti Alex mendekatkan dahi mereka, mata mereka saling beradu dengan jarak yang minim, Alex mengecup singkat bibir Brianna, membuat pemiliknya semakin lemas. Tangannya yang kekar ia gunakan untuk menarik Brianna yang masih shock ke dalam dekapan.

" Aku sayang kamu Bri, jangan pergi lagi. Aku mohon. " Alex tidak pernah memohon kepada siapapun, tetapi pengecualian untuk gadisnya. Ia rela melakukan apapun untuk Brianna.

Brianna mencoba menarik dirinya, kali pertama ia kalah karena Alex malah mengeratkan pelukannya.

" Bri... menikahlah denganku" Alex memeluk Brianna, kali ini ia menyelipkan sebuah cincin tanpa sepengetahuan gadisnya.

Brianna yang merasa lemas dan tak berdaya, mencoba sekuat tenaga untuk mengakhiri ini semua. Hingga akhirnya Alex melepaskan lengannya dari tubuh Brianna.

"Maaf, saya.. harus kembali" lantas Brianna berdiri lalu sedikit berlari untuk mencapai pintu keluar. Sebelum membuka pintu Ia menengok sedikit kearah Alex yang memperhatikannya dari sofa.
Gerakan itu sangat cepat, tiba-tiba Brianna berada dihadapannya lagi, lalu  tangan Brianna melayang menuju bibirnya.

" Kamu dan aku bukan kita lagi Lex, Beraninya kamu menciumku. kamu brengsek" Lalu gadis itu melenggang pergi, tak lupa menutup pintu dengan keras.

______

Ketika tiba di kubikelnya, Brianna mendadak menjadi patung, sejak pagi ia merasa hari ini adalah hari sialnya, dan terbukti benar. Setelah menghajar bibir pria itu, Brianna turun dengan amarah yang menggebu-gebu, namun begitu ia memasuki divisinya, disana ada kepala divisi finance. Ibu Sofia, sudah mencarinya sejak 25 menit yang lalu, bisa dipastikan hari ini ia akan habis.

Kumpulan Cerpen Cinta RomantisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang