BAB I: Seorang Novelis dan Sebuah Boneka (II)

660 28 0
                                    

SEORANG gadis muda mendaki jalan di gunung. Rambutnya yang halus dipilin oleh pita merah tua, sementara badannya yang kurus terbungkus gaun berpita putih salju.

Rok sutera lipitnya bergoyang anggun ketika berjalan, dan bros zamrud di dadanya berkilau cantik. Jaket yang melapisi gaunnya berwarna biru Prusia yang kontras. Lengkap dengan sepatu botnya yang panjang, berwarna cokelat kakao.

Sambil menjinjing koper yang tampak berat, ia berjalan memasuki gerbang lengkung milik Oscar. Bersamaan ia melangkah ke halaman depan rumah, embusan angin musim gugur bertiup gaduh. Daun merah, kuning, cokelat yang membusuk menari-nari di sekeliling tempatnya berdiri.

Guguran daun membuat penglihatannya jadi kurang jelas. Ia lalu mencengkeram bros di dadanya, menggumamkan sesuatu dengan suara rendah--lebih rendah dari suara daun berjatuhan ke tanah yang tidak bisa didengar orang. Ketika angin ribut mulai tenang, perasaannya ikut tenang dan tanpa ragu, ia menekan bel rumah dengan jari yang bersarungtangan hitam. Bel mengerang seperti jeritan di kedalaman Neraka, tapi tak lama kemudian, pintu terbuka. Pemilik rumah berambut merah, Oscar, menampakkan wajahnya. Ia mengenakan pakaian lusuh di depan tamunya, seolah-olah baru bangun atau tidak tidur sama sekali. Oscar menatapnya bingung; antara karena penampilannya yang aneh atau terlalu memukau. Apa pun itu, ia menarik napas dalam-dalam.

"Apakah kau ... Boneka Kenangan Otomatis?"

"Benar. Saya telah mencari-cari Tuan. Saya adalah Boneka Kenangan Otomatis, Violet Evergarden." Wanita muda bersurai pirang dan mata biru yang memiliki kecantikan yang seperti keluar dari dongeng, menjawab monoton, tanpa tersenyum sama sekali. Violet Evergarden hanyalah sosok yang anggun dan menawan seperti kebanyakan boneka. Manik azuritnya yang terhalang poni emas tampak bersinar seperti samudra. Pipinya seperti bunga ceri yang mekar di atas susu putih dan bibirnya lembab berkilau. Ia wanita dengan kesempurnaan penuh seperti bulan purnama, tanpa kurang suatu apa pun. Jika saja ia tidak berkedip, mungkin ia bisa disalahartikan sebagai artefak di beberapa galeri seni.

Oscar tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang Boneka Kenangan Otomatis, sehingga ia meminta rekan lamanya untuk memesankan. Katanya, ia akan dikirim dalam beberapa hari. Itu yang dikabarkan padanya setelah menunggu--dan akhirnya dikunjungi olehnya.

--Aku yakin aku akan menerima kiriman dari pos sebuah kotak berisi boneka kecil mirip robot. Tapi ternyata yang datang justru android mirip manusia ..., sebenarnya berapa lama peradaban meningkat sejak aku mengasingkan diri?

Oscar terus menghindari berhubungan dengan dunia luar. Ia tidak membaca koran atau majalah, apalagi bergaul dengan orang-orang. Selain teman-temannya, satu-satunya orang yang berkomunikasi dengannya adalah kasir di minimarket dan tukang pos yang kadang memberinya paket. Ia langsung menyesal karena tidak mencari informasi dan mengatur segalanya sendiri. Jelas seharusnya ia meluangkan waktu lebih banyak untuk menyelidiki Boneka Kenangan Otomatis sebelum menyetujuinya. Bayangan untuk memiliki orang lain di rumah yang dibangunnya untuk keluarga yang sudah lama meninggal itu membuatnya canggung.

Rasanya seperti aku mengkhianati keluargaku....

Tak menghiraukan apa yang dipikirkan Oscar, Violet duduk di sofa setelah diperintahkan. Ketika ditawari teh hitam, ia meminumnya dengan rapi--yang menandakan bahwa sepertinya mesin-mesin di zaman sekarang telah berkembang sangat pesat.

"Apa yang terjadi dengan teh yang kauminum?"

Merasa ditanyai, Violet menelengkan kepalanya sedikit, "Teh ini akan diproses di tubuh saya ... dan kembali ke bumi?" jawabnya. Itu adalah jawaban tipikal robot.

Violet Evergarden [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang