Aku menatap sendu kalender yang tertera di belakang pintu kamarku. Hari ini. 11 April 2014. Tepat satu tahun aku berpisah dengannya. Kim Jisoo.
Jika kalian bertanya, apakah aku masih mencintainya, maka dengan cepat, aku menjawab iya. Ya, aku tau aku namja bodoh. Tapi tak bisa kupungkiri. Dua tahun merajut cinta itu, bagiku bukan waktu yang sebentar. Bahkan, kami mengukir banyak kenangan sebelum kami menjalin sebuah hubungan.
Miris memang. Setelah kurang lebih dua tahun lamanya, dia pergi tanpa alasan, tepat sebelas hari setelah kita merayakan hari jadi kita.
Tangisku kembali meremang. Aku membalikkan badanku, menyenderkan tubuhku pada pintu. Perlahan, tubuhku merosot. Aku terduduk di balik pintu, menekuk kedua lututku. Menyandarkan punggungku pada pintu, lalu memejamkan mata. Tak sanggup saat lagi dan lagi kejadian satu tahun silam itu teringat.
***
11 April 2013
Aku sudah siap dengan seragam sekolahku. Tas ransel sudah bertengger di pundakku. Begitu pula dengan sepatu converse hitam yang kini sudah melekat di kaki jenjangku. Perlahan, aku melangkahkan kakiku menuju cermin full-body yang berada di sebelah cermin rias di dalam kamarku. Ku perhatikan pantulan tubuhku dalam cermin. Tentu saja aku ingin terlihat tampan, menarik, dan rapi saat di sekolah. Atau lebih tepatnya, aku ingin terlihat perfect dihadapan Jisoo, kekasihku.
Senyumku mengembang. Mengingat beberapa hari yang lalu, aku dan Jisoo merayakan hari jadi kita yang kedua tahun. Hari itu, Jisoo benar-benar terlihat sangat cantik. Ah, hari itu aku sungguh sangat bahagia. Aku merasa menjadi namja paling istimewa dan beruntung memilikinya.
"Taehyung! Cepat keluar! Nanti kau terlambat!"
"Ne, eomma!"
Aku segera keluar dari kamarku menuju ruang makan. Sesampainya disana, aku segera mengambil selembar roti dan mengoleskan selai coklat diatasnya, lalu memakannya.
"Aku berangkat, eomma, appa." Ucapku. Aku segera keluar dari dalam rumah. Membelokkan tubuhku ke arah kiri, dan berjalan menuju sekolah yang hanya berjarak beberapa meter dari rumahku.
"Taehyung-ah, annyeong."
Baru saja aku sampai di kelas, Jimin, sahabatku, sudah menyapaku. Aku hanya membalas sapaannya dengan sebuah senyuman.
"Jisoo eotteohke? Dia sudah membalas pesanmu?" Tanyanya. Seketika senyumanku luntur. Aku menggeleng. Memang, sejak tiga hari yang lalu, sifat Jisoo berubah padaku. Entah apa sebabnya. Aku tidak merasa bahwa aku mempunyai salah padanya. Dia seperti menghindariku. Nomor ponselnya bahkan tidak aktif. Dia juga mulai jarang online di sosial media. Di sekolah? Dia sama seperti aku mengenalnya dulu. Cuek.
"Yak! Taehyung?"
Aku tersadar dari lamunanku. Jimin menatapku dengan tatapan yang seakan bertanya 'gwaenchana?' Aku hanya tersenyum. Meyakinkannya jika aku baik-baik saja. Jimin ikut tersenyum. Dia kembali ke kelasnya. Ya, Jimin berada di kelas yang berbeda denganku.
Waktu terasa begitu cepat hari ini. Aku membereskan peralatan tulisku, lalu berjalan keluar kelas. Aku mencari Jisoo. Tentu saja! Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padanya.
"Taehyungie."
Suara ini. Suara yang selalu terngiang dalam benakku. Jisoo.
Aku menoleh. Sebuah senyuman terukir tulus di wajahku.
"Ada yang ingin aku sampaikan."
Tanpa menunggu persetujuanku, Jisoo menyuruhku mengikutinya menuju taman belakang sekolah. Dia membawaku ke dekat sebuah pohon besar yang menambah kesan sejuk taman ini.
"Ada apa?" Tanyaku lembut. Aku menatap wajahnya yang sama sekali tidak menatap ke arahku.
"Aku, aku ingin hubungan kita berakhir."
Tunggu. Berakhir? Yang benar saja!
Senyumku luntur. Aku menatapnya tak percaya. Semudah itu ia memutuskan hubungan yang sudah kita jalin selama dua tahun sebelas hari ini?
"Shirreo." Elakku.
Jisoo menatap lembut diriku. Dia mendekapku dengan erat, lalu menangis.
"Mianhaeyo." Lirihnya. "Nan jinjja saranghae. Ini yang terbaik."
Yang terbaik? Apa maksudnya?
Dan... berakhir? Bukankah kita sudah terikat oleh janji untuk tidak saling meninggalkan satu sama lain?
Aku melepaskan tubuhku dari dekapannya. Mataku menatap matanya yang sama sekali tak terselip rasa bersalah, walaupun basah oleh air mata. Aku menatapnya dengan mata sendu. Menunjukkan seberapa kecewa dan sakit yang tengah aku rasakan. Aku memaksakan senyumanku. Menggenggam kedua tangannya, mengusapnya dengan pelan untuk yang terakhir kalinya.
"Arraseo jika itu maumu."
Aku mengecup keningnya beberapa detik.
"Selamat tinggal, Jisoo."
***
Aku menundukkan kepalaku. Kejadian dua tahun silam itu terus menghantui pikiranku. Entah kenapa aku masih belum bisa melupakannya. Seorang Kim Jisoo. Dia yang dulu sering aku tak anggap kehadirannya, kini terkurung di dalam hatiku. Tak pernah menunjukkan bahwa dia akan keluar dari dalam hatiku.
Aku memang bodoh. Menyimpan perasaanku untuknya, padahal dia, sudah mempunyai kekasih baru yang memang lebih sempurna dariku. Sekarang, aku tahu kenapa dia meninggalkanku begitu saja. Ada namja lain yang memikat hatinya dan menggeserkan posisiku yang saat itu masih berada dalam hatinya.
Aku melirik jam tangan yang melekat di lenganku. Pukul sepuluh pagi. Aku beranjak dari dudukku menuju kamar mandi untuk mencuci mukaku yang kusut. Lalu aku beranjak merapikan diriku sebelum sebelum pergi menjemput kekasihku, Lisa.
Usia hubungan kami masih sekitar lima bulan. Lisa mengerti aku. Dia selalu tau dan selalu ada disaat aku membutuhkannya. Dia juga tau, jika aku belum melupakan Jisoo. Tapi dia sabar dan tetap mencintaiku. Karena dia yakin, dia bisa membuatku melupakan Jisoo dan mencintainya seperti dia mencintaiku.
Aku keluar dari kamar dan segera menuju garasi. Berkali-kali aku menarik nafas dan membuangnya. Aku ingin membuang semua kesedihanku setiap tanggal 11, terlebih 11 April. Aku selalu membayangkan jika tanggal sebelas tak pernah ada dalam kamus hidupku. Pasti aku tidak akan merasa terpuruk seperti ini.
Aku menghela nafasku, dan mulai menjalankan mobilku. Kuteguhkan dalam hati untuk menghapus semua kenangan yang masih berbekas. Lisa ada untukku. Dan aku harus bisa merotasikan perasaanku padanya.
***
END
Hallo, guys! I'm back setelah beberapa minggu ke belakang berkutat dengan ujian. Dan sekarang pun tengah proses belajar lagi karena harus ikut sbmptn yeorobun. Diriku tidak lulus snmptn😭 tapi gwaenchana. Harus semangat SBMPTN💪 Buat kalian yang juga mau ikut SBMPTN, fighting💪 yang lulus SNMPTN, chukkae🎉
Anyway, romance gagal ini hanya selingan guys😂 Work lama, sayang kalau ga di post ㅋㅋㅋ.New oneshoot? Kapan ya?😌
Lovey,💕