"Ken.. Ken.. Kendra!"
Perlahan Kendra membuka kedua kelopak matanya saat merasakan seseorang mengguncang tubuhnya.
"Kakak?"
"Kenapa ga masuk ke kelas?" Kevin duduk disamping Kendra.
"Eh.. anu.. ga ada guru tadi.." Kendra terlihat gelagapan saat menjawab pertanyaan Kevin.
Kevin menatap Kendra tidak percaya. "Beneran?"
"I-iya beneran.."
"Kantin?"
"Ayo, laper nih." Kendra berdiri dan baru sadar bahwa ia menduduki sebuah kertas, lebih tepatnya surat.
"Apaan nih.." Diraihnya surat itu dan terdapat tulisan 'Just wait till the time come, Ken.'
"Siapa yang ngasih?" ternyata Kevin ikut membaca isi surat itu.
"Gatau, kan daritadi Ken tidur.." jawab Kendra jujur.
"Akhir-akhir ini ada yang ngancem Kendra?"
"Ga pernah Kak, ini pertama kalinya.." Jawab Kendra pelan.
"Anak yang kemarin mukul Ken? Dia ga ngancem Ken?" Kevin masih berusaha mencari tahu.
"Engga bang." Kendra tak sepenuhnya berbohong, karena yang dilakukan Dino tadi pagi tidak terhitung ancaman kan?
"Udah ah Kak, katanya mau ke kantin? Ken laper nihh..." Kendra langsung menarik lengan Kevin menuju kantin.
"Keeeevin...." seseorang wanita meneriakkan nama Kevin saat mereka melewati koridor kelas 12.
Baik Kevin maupun Kendra menolehkan pandangan ke arah sumber suara dan mendapati seorang gadis cantik dengan rambut tergerai berlari ke arah mereka.
"Samantha?" ucap Kevin dan Kendra bersamaan.
"Minggir lo." Samantha memutuskan pegangan tangan Kendra pada tangan Kevin dan menggantikan dengan tangan miliknya.
"Apaan sih ganggu banget.." Kendra yang kesal pun pergi.
"Ken! Kendra tunggu!" Kevin berusaha memanggil Kendra kembali.
Kevin melirik sekilas ke arah tangannya yang digenggam Samantha dan langsung melepaskannya.
"Kenapa dilepas?"
"Lo bisa ga jangan kasar ke Kendra? Gue gasuka adek gue dikasarin." Tatapan mata Kevin tajam seakan menembus kepala Samantha.
Samantha memasang raut wajah menyesal yang sangat terlihat dibuat-buat, "Iyaa deh aku gabakalan kasar lagi ke si faggot satu itu.."
"Sam! Jaga omongan lo! Kendra bukan faggot ya!" Kevin murka, tidak boleh ada satupun yang boleh menghina adiknya.
"Terus? Kalo bukan faggot apa dong? Kutu buku? Atau lemah?" Ujar Samantha santai.
"Terserah lo, Sam." Kevin pun menyusul Kendra dan meninggalkan Samantha sendiri.
Jangan salahkan Kevin karena bicara kasar kepada perempuan. Ia sudah terlalu muak dengan Samantha yang selalu mengikutinya. Samantha terobsesi untuk memacari Kevin. Samantha memang terkenal sering gonta-ganti pacar. Dan hanya Kevin yang tidak terjerat untuk menjadi pacarnya.
"Kevin, lo harus jadi pacar gue." Ternyata Samantha belum menyerah. Dia mengikuti Kevin.
"Enggak, Sam." Kevin terus berjalan tanpa memperdulikan Samantha.
"Kenapa? Gue cantik, gue juga kaya jadi gabakal morotin harta lo."
Kevin berbalik dan menghembuskan nafas kasar. "Lo gapunya yang namanya etika. Lo kasar, sombong, dan yang paling penting buat gue, lo sama sekali ga respect ke Kendra." Kevin melanjutkan jalannya menyusul Kendra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Never Be Alone
Teen FictionKevin, seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya. Baginya Kendra adalah segalanya. Ia tak menduga, hari yang paling ia takuti akan datang secepat ini. Ia takut, akan kehilangan hal yang paling berharga baginya. Check this story to know more. Rega...