06 : Mata angin

3.8K 511 282
                                    

Detik demi detik berlalu, dan hening makin menghias ruang temaram di mana pemiliknya merupakan seorang pemuda yang masih setia terduduk di atas tilam mewahnya, bersandar dengan nyaman di bantal berbahan bulu angsa.

Tak ada suara yang menganggu, hanya hening yang terlantar menderu-deru memenuhi keadaan sekitar, pun ketika mata sekelam malam itu mulai mengedarkan pandangan ke semua arah demi mencari sesuatu di dalam isi ruangannya, semua hal masih setia berdiam diri di tempat; bisu tak bergerak. Hal yang sama itu pun berlaku untuk sosok pemuda lainnya yang hanya bergeming di sana- menemaninya terbuai dalam lamunan.

"Kau di sini untuk membunuhku ya?"

Akhirnya setelah sekian lama suaranya pun terdengar memecahkan keheningan. Tuduhan yang pahit dan tidak menyenangkan itu melesat langsung ke arah Taehyung yang terbalut jubah berwarna emas dan pakaian sutra dengan pola rumit yang terukir dilapisi angkuhnya kemewahan berwarna hitam- ia duduk dengan tenang di bingkai jendela, menatap mengamati ke arah bawah tanpa banyak mengeluarkan suara.

"Kau benci karna aku kembali, ya 'kan?" Pertanyaan yang sama tanpa emosi yang berarti, ah, lebih tepat jika dikatakan itu adalah pernyataan.

"Kau pasti merasa sangat marah karna aku masih hidup," Yoongi tertawa meremehkan.

Taehyung menoleh dengan tatapan tajamnya, mengamati sosok lebih tua yang selalu saja menghakiminya tanpa sempat ia membela diri, namun bodohnya, bahkan meskipun sudah dihina begitu rendahnya, ia masih rela jika harus bersujud dan memuja pemuda itu dan memberikan seluruh dirinya tanpa bersisa. Sekalipun ketulusannya sebesar itu, Yoongi tidak akan pernah mengakuinya, apalagi bisa menerimanya.

Benci? Membencinya? Yang benar saja.

Tidak.

Bahkan terlintas sedikitpun tidak.

Yoongi yang merasa risih karena diamati oleh adiknya mengalihkan pandangannya, meski samar ingatannya sudah terkumpul bagai kepingan pecahan-pecahan yang menyatu kembali dan nyaris rampung, namun yang paling ia ingat di hari di mana ia jatuh sebelum tidak sadarkan diri adalah satu hal yang-

"Aku mencintaimu."

Menganggu.

Sangat menjijikan.

Yoongi membantah ingatannya tersebut, lebih memilih hal yang selama ini sudah ia terapkan selama hidupnya di dalam kepala.

Ia membenci Taehyung dan Taehyung pun pasti membencinya.

Kriitt.

Yoongi terjengit kaget saat Taehyung tahu-tahu sudah duduk di hadapannya, jatuh jauh ke dalam sang lamunan rupanya membuatnya lengah. Sang adik menatap yang lebih tua dengan tatapan yang belum pernah ia tujukan dulunya untuk Yoongi. Mereka hanya saling bertatapan satu sama lain, mencoba menerka-nerka banyak hal.

Tangannya Taehyung terangkat meraih pipi Yoongi dan mengusapnya perlahan, penuh kehati-hatian.

"Mau-"

Belum sempat Yoongi menyelesaikan perkatannya, Taehyung sudah mencium keningnya dengan lembut dan lama, membuat jari-jari tangan milik Yoongi yang awalnya ingin mendorong pemuda itu malah hanya tergantung di udara.

"Senang melihatmu kembali," bisik Taehyung ketika ia melepaskan ciumannya. "Yoongi."

Iris malam kembali bertemu dengan sang cokelat madu, masih saling bertukar tatapan yang dalam.

"Kau-" suara Yoongi tertahan ketika Taehyung makin mendekatkan wajah mereka, hanya tersisa beberapa inci maka bibir keduanya akan bertemu. Yoongi membatu di tempatnya, terlebih ketika bibir Taehyung berbisik halus di depan bibirnya.

KING •• TaeGi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang