08 : Sepuluh

1.7K 230 202
                                    

Ada yang berbeda dari Taehyung sore itu, ia terlihat sangat aneh, dan yang pasti kacau— seperti pola acak yang membuat Yoongi tidak nyaman.

Pangeran kedua itu muncul setelah pertemuan terakhir tak mengenakan mereka berdua berapa hari yang lalu dan sungguh demi apapun juga, Yoongi yang masih terganggu soal sosok misterius seseorang yang pagi tadi melakukan sesuatu pada bibirnya makin gusar dengan kehadiran Taehyung.

Yoongi terganggu, sangat.

“Apa yang kau lakukan?” Yoongi bertanya untuk kesekian kalinya saat lagi-lagi Taehyung menghela nafas, terdengar begitu lelah dan entah mengapa bisa menyinggung hatinya.

“Tidak ada.” Taehyung menjawab terlampau cepat di saat ia terus melangkah bolak balik arah di depan ranjangnya dan hanya membuat Yoongi semakin murka.

“Jika tidak ada yang kau lakukan, kau bisa pergi. Kau tau, aku benci berada disekitarmu.”

Sekali lagi Taehyung menghela nafas, lalu melangkahkan kakinya menuju Yoongi. Ia berlutut di sana dengan satu kakinya, sementara yang lain ia jadikan tumpuan buat sikunya— khas seorang ksatria sejati yang makin membuat Yoongi merasa aneh.

Pangeran sulung itu mendudukkan dirinya, punggung bersandar dengan kepala ranjang sementara matanya menatap Taehyung dengan tajam lekat.

“Apa?” tanyanya dan sekali lagi Taehyung menghela nafas, membuat Yoongi kehilangan kesabarannya.

“Kim Taehyung!” Yoongi meninggikan suaranya jengah.

“Kak Yoongi,” suara Taehyung terdengar parau, tatapan matanya teduh namun penuh dengan teka-teki. Yoongi memutuskan untuk diam, menyimak ucapan yang lebih muda dihadapannya dengan sikap yang waspada.

“Bolehkah aku memanggil namamu?”

Yoongi mengerutkan keningnya, tidak suka. Ia adalah orang yang taat dan sangat patuh pada tata krama karena sejak kecil telah di dikte menjadi seorang putra mahkota, sementara Taehyung yang tumbuh dengan penuh suka cita dan bahagia tentu saja lebih santai darinya.

Ia ingin menolaknya.

Namun tatapan Taehyung yang dalam itu terasa tenang meskipun sanggup membuatnya merasa tidak nyaman.

Jadi sang pemuda manis berkulit pucat itu hanya mengangguk, pertanda ia memberi restu atas permintaan adiknya.

Taehyung sekali lagi menghela nafas, kali ini lebih panjang hingga terlihat ia tengah mengurangi beban yang dipikul dipundaknya.

“Kim Yoongi,” panggilnya dengan senyuman tipis yang terlihat akan hilang kapan saja bahkan mungkin saja jika di detik ini Yoongi berkedip sekali, senyum hangat itu akan langsung terhapus.

“Aku bersumpah atas nama Dewa yang melindungi kita dari langit dan atas tanah yang dilindungi para leluhur ;  Aku akan jadi pedangmu, aku akan jadi perisaimu, aku akan jadi pelindungmu—aku akan jadi nyawa kedua untukmu.

Sumpah setia?

Alis Yoongi terangkat naik, tidak paham apa yang tengah dilakukan pemuda dihadapannya. Ia ingin bertanya namun urung menatap kilatan mata Taehyung yang kini berubah, terlihat lebih gelap.

Menyesakan.

Sesuatu terasa menggulung-gulung di dalam hatinya, berputar membingungkan lalu saling menabrak, pecah, hancur begitu saja.

Apakah ini berarti Taehyung bersumpah akan membiarkannya naik ke tempat yang tinggi? Di saat dia telah merengut posisi milik Yoongi?

Hahaha, sial. Omong kosong macam apa ini.

KING •• TaeGi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang