Bab 02 Tidak mungkin!

76.1K 6.7K 100
                                    

Aku tentu saja masih bingung dengan ucapan pria di depanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tentu saja masih bingung dengan ucapan pria di depanku. Yang menatap dengan penuh kekesalan kepadaku. Lagipula aku merasa tersinggung dengan ucapannya. Liar? Siapa yang Liar?

"Aku harap ini kesepakatan bisnis. Bukan masalah pribadi. Tidak bisakah kita mengesampingkan urusan itu. Sekarang anda tinggal menandatangani kontrak kerjanya."

Aku berusaha untuk tenang. Lalu Mengambil map yang sudah disiapkan Nancy di atas meja. Tapi sebelum aku memberikan kepada Arsen. Dia malah menggelengkan kepala. Lalu melangkah ke arah jendela besar yang ada di depan kami. Dia memunggungiku. Punggungnya terlihat begitu kokoh dan lebar. Kedua lengannya kini bersedekap dan aku menahan nafas apa yang akan dia katakan?

"Aku mau menandatangi itu asal kamu berjanji untuk tidak melakukan apapun terhadap bayiku. Benih yang sudah tertanam didalam perutmu untuk saat ini."

Tentu saja aku memundurkan langkahku. Terhuyung karena kata-katanya yang tanpa basa basi. Tapi hamil tidak termasuk dalam kamus hidupku. Lagipula aku wanita yang...bayangan masa lalu penuh rasa sakit karena diceraikan  oleh suami yang menuntut mempunyai anak. Saat itu aku masih muda. 23 tahun dan sudah menikah selama 3 tahun. Tapi entah apa yang terjadi denganku karena aku memang belum di beri anak. Dan mantan suamiku itu mengamuk. Aku diceraikannya.  Itu sudah cukup menjadi bukti kalau semua pria itu sama. Dan aku tidak percaya dengan cinta. Sampai saat ini.
Apalagi sekarang di usia 35 tahun, aku yakin hubungan satu malam tidak bisa membuatku hamil. Tidak.

"Kenapa kamu begitu yakin ada darah dagingmu  di dalam perutku? Kamu yakin aku hanya tidur denganmu?"

Sekalian saja. Kalau pria angkuh ini menganggapku liar maka aku akan membuat kesimpulan yang salah untuknya. Biar saja dia berpikiran aku bisa tidur dengan setiap pria asing yang kutemui. Toh aku tidak suka di intimidasi dan di atur. Hidupku adalah milikku sepenuhnya.

Arsen  langsung membalikkan tubuhnya. Wajahnya mengeras dan tangannya terkepal saat menatapku. Dia tampak shock dengan apa yang ku ucapkan. Kesempatan itu kugunakan untuk menegakkan tubuhku. Lalu membenarkan blazer yang ku pakai.

"Maksud kamu...sudah sering melakukan ini dengan setiap pria yang kamu temui?"

Arsen mengucapkan itu dengan menahan amarahnya. Matanya yang tajam tampak betkilat kesal. Dan lebih baik aku mengiyakan semuanya agar urusan ini segera selesai. Agar Arsen menganggapku Wanita satu malamnya saja dan bisa terlepas darinya. Kalau dia berpikiran aku bisa saja mengandung bayi orang lain.

Kuangkat daguku dan memastikan kepada Arsen aku bukan wanita yang bisa diintimidasi olehnya.

"Semalam kamu tidak menemukan aku masih perawan Kan?"

Mata Arsen semakin menyipit  saat mendengarku. Sudut bibirnya berkedut.

"Dan perlu aku tekankan di sini. Aku terlalu mabuk semalam dan tidak menyadari apa yang terjadi. Kalaupun aku bercinta denganmu itu bonus untukmu. Tapi selebihnya aku wanita yang bebas. Aku sudah dewasa dan bisa mengatur hidupku sendiri. Jadi Tuan Arsen yang terhormat. Kesalahan semalam terjadi karena kita  berada di tempat yang salah dan dalam waktu yang salah. Dan tentu saja dengan orang yang salah."

Mendengar itu Arsen melangkah maju ke arahku. Aku sempat mundur tapi pinggulku  menabrak meja di belakangku. Dan aku tidak bisa berkutik saat Arsen sudah ada di depanku persis. Tangannya terulur untuk menangkup wajahku.

"Aku tidak percaya."

Suaranya berat dan dalam. Nafas hangat beraroma mint  menerpa wajahku. Aku mual. Pening kembali menderaku. Tubuhku tiba-tiba terasa panas. Dan membuat aku tidak tahan ada di depan Arsen secara nyata saat ini. Dia begitu maskulin dan mengancam.

Tapi aku bisa meraih kesadaranku.  Kudorong  tubuhnya agar menjauh dariku.

"Terserah apa yang kamu percayai. Yang pasti aku bukan wanita kemarin sore yang menuntut sesuatu kepadamu. Aku membuat ini semakin mudah. Lupakan tentang semalam dan kita bisa memulai bisnis kita lagi."

Jantungku masih berdegup kencang. Tapi aku sudah bisa menguasi diri. Kali ini Arsen menatapku dalam diam. Tatapannya mengintimidasi dari atas hingga bawah. Seperti menelusuri setiap jengkal tubuhku. Aku tidak bisa bergerak. Seperti aku ditelanjangi dirinya untuk saat ini. Aku bisa merasakan tatapan matanya yang panas itu menelusuri tubuhku. Shit!

Semoga dia percaya kalau aku ini memang wanita liar yang bisa bercinta dengan siapapun. Agar aku terlepas dari cengkeramannya.

"Kamu tidak ingat apapun tentang semalam?"

Pertanyaan itu mengembalikan lamunan ku dan terus saja aku refleks menggelengkan kepala.

Dia menatapku dengan intens. Membuat seluruh tubuhku meremang. Ada apa dengan tatapannya itu?

Dia mengusap dagunya  yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Lalu menggelengkan kepalanya tapi matanya masih menatapku. Memaku  di tempatku.

"Kamu begitu bergairah dan eksplosif. Membuat aku tidak tahan untuk melucuti semua bajumu.  Sentuhan tangan ku membuat kamu responsif."

Astaga. Kenapa aku menggelenyar. Dan hantaman gairah itu nyata. Aku limbung. Bahkan kakiku terasa lemas saat mendengar suaranya. Ada apa dengan diriku?

"Tadinya aku berpikir kalau kamu pantas  mendapatkan tanggung jawabku  sebagai seorang pria yang semalam tidak memakai pengaman. Tapi kamu mematahkan semangatku itu dengan mengatakan kalau kamu sudah terbiasa dengan hal itu."

Kini tatapannya dingin dan tampak menghina  saat menatapku. Tidak ada keintiman itu lagi. Yang tersisa hanya rasa muak yang terlihat jelas di wajahnya.

"Jadi seperti permintaanmu  Nona Kayana...mulai detik ini aku akan menganggap semua itu tidak ada. Kesalahan dengan orang yang salah kata kamu. Jadi..jangan menuntut apapun kepadaku jika suatu saat kamu berubah pikiran."

Deg

Jantungku berdegup kencang lagi saat mendengar ucapannya. Aku bodoh? Atau aku hanya melindungi diriku sendiri dari terkaman  pria?

Arsen berdiri menjulang di depanku. Saat aku masih berpikir dia sudah ada di depanku lagi. Tangannya tiba-tiba melingkar di pinggangku dan dalam sekejap bibirnya sudah mencium dengan panas bibirku. Aku tersentak dan gairah itu... ciuman ini...sungguh ciuman ini membuat aku teringat akan waktu yang pernah terlewat... bayangan erotis menari-nari di benakku. Tapi secepat ciuman itu terjadi secepat itulah ciuman itu berhenti.

Arsen sudah melepaskanku dan membuat aku harus memegang tepi meja di sampingku karena aku terhuyung.

Dia mengusap bibirnya yang ternoda oleh lipstikku. Lalu menatapku dengan angkuh.

"Ciuman itu tidak berarti apa-apa kan Kay? Karena kamu sudah terbiasa."

Shit! Dia menganggapku Wanita murahan.

BERSAMBUNG

Hayuukk koment yuk udah mulai panas ini....

SWEET MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang