#1 rank in chicklit
Aku Kanaya Salzabila Putri. Karir mantap dan mapan. usia 35 tahun. Dan bersumpah seumur hidup tidak akan pernah menikah. Karena menikah itu artinya cinta dan cinta tidak pernah ada dalam kamusku.
Hanya saja suatu malam aku memb...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia mengacuhkanku. Tapi apa peduliku. Toh tidak ada yang terjadi dengan diriku. Aku wanita yang bebas.
Akhirnya Arsen menandatangi kontrak kerjasama perusahaanku dan miliknya. Aku bisa bernafas lega karena proyek ini tidak menyebabkan akan sering bertemu dengannya. Ada anak buahku yang menangani semuanya.
Lagipula, 2 minggu ini aku sudah lupa dengan Arsen. Sosok itu menguap begitu saja. Aku ke Singapura untuk mengurus cabang perusahaan yang ada di sana. Papa hanya percaya kepadaku. Dalam istilah aku memang asistennya papa dalam menangani semuanya. Jadi waktu dua minggu itu hampir membuat aku lupa.
"Kay lo gak ingat apa yang terjadi malam Itu? Gue lihat lo di peluk seorang pria yang ..."
Chrisyi sahabatku selain Nancy kini menatapku dengan bingung.
"Gue pikir lo sadar. Pria itu pokoknya hot...dan sekarang lo bilang tidak ingat apapun."
Aku hanya menggelengkan kepala. Bersumpah mulai detik ini tidak akan menyentuh minuman alkohol lagi. Karena semua itu membuat aku berubah liar dan melakukan kesalahan fatal. Aku memang bukan wanita baik tapi aku tidak pernah melakukan yang namanya free seks. Bagiku itu masih sakral. Tapi bayangan tubuh Arsen kembali menyelinap diantara pikiranku.
"Gue gak mau bahas itu lagi. Jadi sorry. Papa nunggu gue di ruangannya."
Akhirnya aku beranjak berdiri dan membuat Chrissy memutar bola matanya. Sahabatku ini mencegatku di lobi saat aku baru saja masuk ke dalam kantor. Padahal pagi ini aku baru saja datang dari Singapura.
"OK ok. Gue tunggu cerita lo."
Aku hanya menganggukkan kepala dan melangkah menuju lift khusus yang akan membawaku ke ruangan papa.
****
"Kay...selamat datang kembali."
Suara papa terdengar begitu senang saat aku membuka pintu ruangan kerjanya. Aku baru saja akan menjawab saat sosok yang selama ini aku hindari berdiri menjulang di sebelah papa. Apa yang dia lakukan di sini?
Mata itu menghujam langsung ke arah tubuhku. Fan membuat aku bergidik. Ada semacam gelenyar yang muncul dari daerah sensitifku.
"Papa."
Langkahku melemah saat akhirn ya papa menyambutku dan memelukku. Seperti biasa. Papa selalu memperlakukanku seperti ini.
"Kebetulan kamu sudah ada di sini Kay. Ada orang yang mau papa kenalkan. Tapi papa tahu kalian sudah saling mengenal. Arsen Rakasatya."
Kuhela nafasku saat papa menunjuk pria yang berdiri angkuh di depanku. Dalam balutan jas yang memeluk tubuhnya dengan sempurna. Makin menampilkan dada yang bidang dan otot yang tegap.
"Selamat pagi Bu Kayona. "
Dia bersuara dengan formal meski tatapan matanya begitu intens.
"Pagi."
Aku mengucapkan itu dengan kaku. Lidahku tidak bisa menjawab lebih aku terlalu canggung berdiri di depannya. Saat menatap bibirnya gairah itu tiba-tiba membuat tubuhku lemas. Ciuman yang kasar dan panas langsung membuat aku teringat saat terakhir dia menciumku.
"Kay, selama dua minggu ini papa sudah melakukan kerjasama dengan Arsen. Diluar kerjasama yang sudah kalian lakukan. "
Aku langsung menoleh ke arah papa. Apa yang papa bicarakan?
"Maksudnya?"
Papa tersenyum dan merangkul bahuku.
"Proyek resort yang ada di Anyer papa serahkan sepenuhnya kepada perusahan Arsen. "
Deg
Aku langsung membelalak mendengar ucapan papa. Bukankah proyek itu aku yang menangani dan akan menyerahkan semuan ya kepada perusahaan yang sudah aku pilih selama Ini?
"Perusahaan milik Arsen lebih handal dalam menangani itu. Jadi papa ingin kalian berdiskusi. Arsen mitra tunggal dalam proyek ini. Papa percaya sama kamu. "
Lalu papa menepuk bahuku lagi.
"Papa tinggal dulu ya. Gunakan waktu sebanyak mungkin."
Sebelum aku bisa menjawab papa sudah melangkah menuju pintu dan meninggalkan aku berdua saja dengan Arsen. Nafasku tercekat.
"Jadi sudah berapa pria yang sudah kamu kencani dan ajak kamu ke ranjangmu selama dua minggu ini?"
Shit
Aku langsung menatap Arsen dengan tajam. Aku benci kenyataan kalau dia merendahkanku.
"Dengarkan aku tuan Arsen yang terhormat. Mungkin kamu sudah bisa membujuk papa untuk menyerahkan proyek itu. Tapi di sini aku yang berkuasa. Kalau kamu membuatku marah, aku bisa saja memutus hubungan kerja ini."
Akhirnya aku bisa mengangkat daguku. Pria angkuh seperti Arsen tidak mungkin bisa menghargai seorang wanita.
Mata tajam itu menyala dengan marah. Rahangnya mengeras dan bibirnya berkedut. Dia sudah melangkah ke arahku. Dan sebelum aku bisa bereaksi. Dia sudah menyambar tubuhku dan membawanya ke dalam pelukannya tentu saja aku memberontak. Tapi tangannya terasa begitu kuat dan kokoh.
"Lepaskan aku."
Kudorong dadanya untuk tidak menempel di tubuhku. Tapi Arsen bergeming. Dia masih memelukku erat.
"Persetan dengan semuanya. Kamu membuatku gila kay. Aku tidak percaya kamu seliar ini. Malam-malam setelah kita bersama di hotel membuat aku selalu menginginkanmu. Jadi bisakah kamu memenuhi hasratku untuk saat Ini? Bukankah kamu tidak masalah tidur dengan siapapun?"
Plaaakkk
Entah darimana aku mendapati keberanian untuk mendorong tubuhnya dan menamparnya. Yang pasti Arsen tampak terkejut denganku. Tanganku terasa berdenyut. Arsen menyentuh pipinya dan menatapku tajam.
"Aku tidak akan direndahkan olehmu lagi."
Saat itulah rasa mual mulai menderaku. Aku langsung menutup mulutku. Dan berusaha menahan rasa mual. Asam lambungku naik dan aku tidak bisa menahannya. Aku langsung berlari ke arah kamar mandi yang ada di dalam ruangan papa ini. Di balik tirai yang menutupi ruang utama. Membuka pintunya dengan cepat. Lalu membungkuk di atas wastafel. Dan keluarlah semua apa yang aku makan pagi ini. Rasanya begitu sakit. Aku langsung membersihkan dan menyalakan kran air. Saat itulah aku merasakan pijatan lembut di tengkukku. Aku terkesiap. Dan saat mataku menatap kaca di depanku. Aku bisa melihat siapa yang berdiri di belakangku. Matanya terlihat dingin saat dia menatapku dari balik cermin. Dan jantungku berdegup begitu kencang.