PROLOG

143 19 49
                                    

Di halaman belakang sekolah tepat di bawah pohon mangga yang rimbun menjadi saksi antara mereka berdua. Cowok bernama lengkap Fernando Julian yang duduk di bangku kelas 3 SMA itu menyatakan perasaannya kepada adik kelasnya, Zefanya Maria Alana yang duduk di bangku kelas 1 SMA di salah satu sekolah favorit di ibu kota.

"Ngapain sih lo ngajak ngobrol aja sampe di bawah pohon mangga segala? Mau ngerujak ya lo?" tanya gadis yang tampak cantik dengan kepangan di rambutnya.

"Mau ngajak lo ngepet. Diem dulu napa jangan bawel."

"Cepet. Gua ada pemotretan buat cover buku TTS nih."

Nando memutar kedua bola matanya malas. Ia heran, bagaimana bisa ia begitu sayang dengan cewek sejenis Lala. Kalau tidak sayang, mungkin Nando akan mengirim gadis yang disampingnya itu pergi ke Malaysia untuk menjadi TKW.

"Jadian yok."

Mata gadis itu membulat seketika sesaat mendengar apa yang keluar dari bibir kakak kelasnya itu. "Lo nembak gue atau ngajakin maen gundu?"

"Suka-suka gue lah. Ayo jadian, kita pacaran kayak orang-orang."

"Ih lo kalo nembak tuh yang bener napa! Romantis dikit kek masa nembak di bawah pohon mangga!" balas Lala sewot

"Kan gue anti mainstream. Jadi, lo mau ga jadi pacar gue?" kata Nando

"Ngga, sebelum lo nembak gue yang bener, gue gamau"

"Lalaku sayang, jadian yuk? Nando suka sama Lala dari jaman monas dibangun tahun 1945."

Gadis yang mempunyai nama panggilan Lala itu melotot kesal. "Monas gak dibangun tahun segitu. Bego lu, Kak."

"Ya mana gue tau orang bukan gue yang buat monas."

"Ih apaan sih kenapa malah jadi ngomongin monas! Lo mau nembak gue atau mau bangun replica monas disini?"

Nando terkekeh geli. "Yaudah, jadian yuk."

"Kalo gue gak mau gimana?"

"Yaudah bye."

Lala menjewer telinga Nando dengan kesal tanpa peduli bahwa cowo yang di sampingnya itu lebih tua daripadanya. "Yang bener!"

"Iya ih! Jadi mau apa kagak?"

"Yaudah mau. Abisnya lo maksa sih."

Gemas, Nando menyentil dahi Lala yang lebar itu dengan pelan. "Gak ada yang maksa, bodoh."

"Ya suka-suka gue lah! Putus nih ya?!"

"Eeeeh iya, baru jadian masa udah putus aja."

"Yaudah ayo balik." Ajak Lala yang menarik tangan cowok yang baru saja resmi menjadi pacarnya itu.

"Bentar dulu."

"Ape lagi?!"

"Kita backstreet aja ya?"

"Gak mau! Lu kate kita menjalin hubungan terlarang pake acara backstreet segala?!"

Nando menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. "Ya abis..."

"Eh yauda deh sabi kalo kita backstreet. Gue tetep bisa tepe-tepe sama cowok ganteng hehehe."

"Lala!"

"Iya becanda! Emangnya kenapa sih kok lo mau backstreet? Lo malu punya cewek kaya gue?"

Nando menggelengkan kepalanya dengan cepat sebagai jawaban. "Ada benernya juga sih. Tapi yang paling bener tuh karena nanti anak-anak pada minta PJ. Udah tau hiudp gue melarat."

"Yee, Cuma karena itu doang?! Waras kali lo?!"

Nando melenggang pergi begitu saja meninggalkan Lala yang masih mengucapkan sumpah serapah kepada dia. Nando tahu, Lala pasti bisa mengertinya.

"Pacar sialan!"

What IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang