Empat

60 9 12
                                    

Kehidupan manusia memang tak selamanya bahagia dan mungkin Alana salah satunya. Ayah dan mamanya sudah lama bercerai sejak Alana duduk di bangku kelas 5 SD, alasannya hanya karena masalah ekonomi.

Jefri -Ayahnya dengan kesibukkan bekerjanya namun masih tetap memperhatikan Alana dan Febrina –Mamanya yang sibuk bekerja tetapi sangat jarang memperhatikan adiknya, Fero.

Alana sendiri bukan merupakan siswi populer, dia hanya murid biasa yang mempunyai teman-teman dengan tingkat humor yang rendah.

"Pagi, La." ayahnya menyapa Alana yang baru saja turun untuk sarapan.

"Pagi, Pa." jawab Alana seraya mengambil roti yang sudah dibuatkan oleh ayahnya.

"La, nanti papa pulang agak telat ya soalnya papa ada meeting dengan direksi. Kamu pulang sekolah jangan keluyuran ya, langsung pulang."

"Loh pa kemaren bilangnya mau--"

"Iya papa tau, papa udah janji buat makan malem sama kamu. Tapi ya gimana, papa kan ada meeting." ayahnya memotong pertanyaan Alana.

"Hm, ya deh." Alana menjawab ayahnya dengan cuek.

"Yuk papa anter nanti kamu telat." ajak ayahnya.

"Ya." Alana menghabiskan susu putihnya seraya memakai sepatunya.

Jarak dari rumah Alana ke sekolah sebenarnya cepat hanya saja jika macet atau hambatan lainnya akan menjadi lama, seperti sekarang Alana terhambat dengan adanya galian air di lampu merah dekat sekolahnya.

"Aduh pa Lala bisa telat nih, Lala turun disini aja deh." Alana yang sudah panik akan telat buru-buru mengambil tasnya dari jok belakang.

"Tenang, Na. 5 menit lagi udah di depan sekolah kamu kok, liat nih udah jalan lagi." ayahnya menahan Alana agar tidak turun dan berjalan kaki ke sekolahnya.

Setibanya mobil ayah Alana di depan gerbang SMA Nusa Bangsa yang ternyata sudah hampir di tutup oleh satpam, Alana segera berpamitan dengan ayahnya dan buru-buru masuk gerbang sebelum ditutup.

Ayahnya yang disalim tanpa mengucapkan apapun hanya menggeleng geli melihat anak perempuannya yang tidak ingin telat masuk.

*********

"IYELLLLLLLLL BURUAN KE LAPANGAN NANDO LAGI RIBUT TUH SAMA ANAK KELAS 11" teriak Kevin yang buru-buru lari ke dalam kelas untuk memanggil Adriel

Adriel yang sedang makan segera berhenti dari aktivitasnya dan berlari menuju lapangan bersama Kevin.

"ENOUGH BOY!" teriak Adriel menahan Nando yang ingin menonjok Daniel yang sudah babak belur.

Nando yang sudah ditahan oleh Adriel masih berusaha untuk menonjok Daniel sekali lagi, karena nampaknya Nando belum puas melihat Daniel terkapar lemas di tengah lapangan.

"Apa masalahnya?" tanya Adriel kepada Nando.

"Dia ngatain nyokap gue, Yel. Nyokap gue!" bentak Nando.

Kerumunan semakin membesar ditambah dengan datangnya 4 sekawan yaitu, Caca, Clairine, Alana, dan Sheila.

"Eh ada apan sih rame banget?" tanya Clairine kepada salah satu murid disitu.

"Kak Nando sama Kak Daniel berantem." jawab salah satu murid yang sepertinya satu angkatan dengan Clairine.

"Ih minggir dong gue mau liat." Caca berusaha membubarkan kerumunan agar ia bisa maju ke paling depan dan melihat apa yang terjadi antara Nando dan Daniel.

"ASTAGA KAK DANIEL!?!" teriak Caca histeris karena melihat muka Daniel yang sudah tidak karuan.

"Eh biawak! Bisa biasa aja gak kagetnya?!" Adriel yang kaget mendengar teriakan Caca jadi ikut berteriak juga.

"Lo tuh mikir-mikir kalo mau mukulin orang, liat mukanya jadi jelek gitu!" Caca marah kepada Nando yang masih terlihat ingin memukul.

"Gak usah ikut campur." desis Nando sembari meninggalkan kerumunan.

"Gila ya, bisa-bisanya udah mukulin anak orang terus pergi gitu aja. Gak punya hati banget dah." Alana yang mendumel setelah melihat Nando pergi tanpa bertanggung jawab atas perbuatannya kepada Daniel.

"Bantuin dong bawa ke UKS, nih juga tau orang babak belur malah diliatin bukannya di tolongin." Caca menyuruh siapa pun untuk membantunya membawa Daniel ke UKS.

Dua anak cowok entah kelas berapa itu pun membantu membawa Daniel ke UKS sedangkan Caca dan yang lainnya masih berada di lapangan. Kecuali Alana yang tiba-tiba pergi begitu saja meninggalkan lainnya tanpa mengucapkan apapun.

Alana mencari Nando di seluruh penjuru sekolah untuk menanyainya secara langsung. Namun, Alana tidak menemukannya dimana pun. Jadi, Alana memutuskan untuk kembali ke kelasnya sebelum teman-temannya kembali.

"Dari mana aja lo? Tiba-tiba pergi gitu aja gabilang apa-apa." tanya Sheila langsung setelah melihat Alana masuk kelas.

"Chill, Sheil. Dia baru masuk belom duduk langsung lo gas gitu." Clairine menenangkan Sheila yang terlihat kesal.

"Dari toilet, kebelet." elak Alana.

"Bilang dong kalo mau ke toilet kan gua mau ikut." Caca menjawab dengan candaan garing.

Alana menjawab dengan menaikkan kedua bahunya cuek dan duduk di sebelah Clairine.

*******

jangan lupa pencet bintang ya sayangku

teyimakaciii.

What IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang