Ini bukan story saya, punya temen hasil remake dari fanfiction milik dia sebelumnya. Saya cuma bantu ngepost, sayang kalo dipendem di folder doang karna saya cinta banget ama si Time ini😁
Untuk versi aslinya bisa dilihat di sini https://ftislandfanfic.wordpress.com/2016/05/15/oneshot-time/
Happy reading 😉
TIME original story by anisaawachida
'Autoimunitas adalah kegagalan
suatu organisme untuk mengenali bagian dari dirinya sendiri sebagai bagian dari dirinya. Kayak mama yang engga ngenalin gua sebagai bagian dari keluarganya?Yang membuat respon kekebalan melawan sel dan jaringan miliknya sendiri. Ini juga kayak mama yang malah ngelawan gua buat orang-orang yang berasal dari antah berantah.'
Bagas melemparkan pulpen yang tadinya dia gunakan dengan tenaga penuh, hingga benda itu terbanting ke dinding, dan jatuh terburai di lantai. Dia mengacaukan tugas biologinya, dan tidak berniat untuk memperbaikinya. Pagi ini semuanya terasa salah. Matahari yang bersinar terik di luar sana salah. Dia berharap sebentar lagi hujan badai agar pernikahan mamanya dan orang entah siapa itu berantakan. Bahkan dia juga game over ketika bermain game yang biasanya dia menangkan dengan skor tertinggi. Bagas sedang super kalab. Cowok itu berguling-guling di kasurnya dengan kesal, sementara mamanya tetap pergi ke gedung KUA untuk dinikahi, meskipun dia belum setuju. Sekarang dia mulai bertanya-tanya setidak penting apa dia bagi mamanya, sampai restu pun mamanya tidak butuh.
"Hoy! Belum capek lo tidur?"
Bagas menoleh seketika, kaget dengan suara nyaring yang datang tiba-tiba sementara tadinya dia sendirian di rumah. Lalu kembali menenggelamkan wajah ke kasur ketika matanya menangkap cowok ceking dengan jas biru tua di ambang pintu.
"Gua sudah bilang sama mereka, kalau kita berdua bukan penghulu yang akan menikahkan mereka. Jadi kita datang atau engga itu gak penting. Tapi mereka kayaknya gak bakal nikah tanpa kita. Jadi cepet bangun, pake baju yang warasan dikit, kalau lo males mandi juga."
Bagas tidak merespon. Yang ada di ambang pintunya adalah Wildan. Anak dari orang yang akan menikahi mamanya. Anak yang sering sekali mamanya sebut-sebut dengan bangga lebih dari pada dirinya.
"Hoy! Dengerin abang lo, Kunyuk."
"Lo bukan abang gua," gerungnya.
"Belum. Bentar lagi juga gua jadi abang lo."
Bagas berguling. Menatap Wildan yang sedang menggulung kabel stick game miliknya yang masih melintang kemana-mana. Oke, untuk kerapihan, orang ini persis seperti yang dikatakan mamanya.
"Kuping lo konslet?" tanya Wildan masih sambil menggulung kabel. Yang ditanyai hanya menggeram, lalu diam beberapa waktu sebelum akhirnya melontarkan pertanyaan yang sudah sangat ingin dia tanyakan sejak lama.
"Ngapain pakai sok restuin mama gua sama bokap lo? Lo gak tahu aja, mama gua itu mama paling cerewet di dunia. Lo mau mati muda?" gumam Bagas.
Wildan terkekeh. Selesai dengan kabel, dia beralih pada bungkus-bungkus snack dan cup mie yang tersebar di lantai. Wildan yang sibuk.
"Gak perlu diomelin, kalau mau mati muda, ya mati muda. Gua curiga malah elo yang mati duluan kelilit kabel atau ketimbun sampah. Gak usah bertingkah kayak bayi, Gas. Lo sudah bukan bocah lagi."
Wildan membawa semua sampah Bagas keluar kamar. Meninggalkan Bagas yang masih telentang dengan t-shirt longgar hitamnya. Belum tergoyahkan untuk beranjak. Habis diledek, kesalnya bertambah sekian persen.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME [ONESHOT]
Teen FictionBagas menyaksikan orang-orang itu membicarakan kematian dengan candaan. Seakan-akan mati bukan hal sulit. Untuk banyak sebab, dia tidak tahu harus bersikap bagaimana pada orang yang sekarat. Terutama orang sekarat jenis ini.