1 - Gita dan Bara

214 18 0
                                    

"YA ampun Git ... Git ... kenapa lagi sih? Kayaknya, dari tadi muka lo di tekuk mulu."

Perkataan Mila sontak membuat Gita mengerucutkan bibirnya sambil menopang dagu di atas meja kelas. "Lagian. Tadi tetangga songong itu malah jahilin gue, tau gak?" Gita mulai cerita dan menegakan tubuhnya. "Lagian nih ya, tadi tuh gue cuman ngetawain dia. Masa dia ngebalesnya segitu amat?"

Mila mengerutkan alisnya. "Ngejahilin apaan?"

"Lo tau? Dia ngambil banyak jajanan dan bilang gue yang bayar! Kesel gak tuh? Kesel, 'kan." cerita Gita dengan berapi-api. "Udah gitu, gue di katain 'cewek pelit' sama dia. Trus, dia juga ngatain gue tetangga bokek." Gita menghentakan kakinya. "Makin kesel 'kan gue..."

Mila menggeleng tidak habis pikir. "Lagian nih ya, mau sampai kapan sih kalian berantem mulu? Kalian tuh udah kayak gini dari mos, tau gak? Kita sekarang udah 17 tahun, Git! Kelas 2 SMA!"

Gita kembali mengerucutkan bibirnya dan kembali menopang dagu dengan kedua kepalan tangannya di atas meja. "Tau ah. Dia yang mulai. Ya dia yang mengakhiri."

"Lagak lo, ngambil dari lirik lagu!"

"Dih, emang bener." Gita kembali menegakan badannya dan menatap Mila penuh penasaran. "Lagian nih ya, lo kok mau sih temenan sama dia? Deket, lagi."

Mendengar pertanyaan Gita, Mila mulai gelagapan. "Eh..., ya gitu. Kita 'kan sekelas. Masa gak deket sih? 'Kan aneh. Gimana sih lo?"

"Ah enggak ah..., gue sama Gita gak deket. Musuh malah. Padahal, kita tetanggaan."

"Ya.., um.., gimana ya? Ya gak tau deh. Pokoknya, gue sama dia deket."

Gita memutar bola matanya kesal. "Serah deh."

Bersamaan dengan kata-kata tersebut, datanglah Bara dengan kedua tangan yang di masukan kedalam saku celananya.

Gita tersenyum. Saatnya balas dendam.

Bara terus melangkahkan kakinya. Gita menatap Bara sinis, begitupun sebaliknya. Mereka saling menatap. Sampai-sampai, Bara tidak memperhatikan kaki Gita yang siap untuk menjegalnya.

Bugh

"BUAHAHAHAHA!!" tawa Gita dan seisi kelas, terdengar setelah kening Bara sukses mencium lantai. Gita berdiri dan terus menertawakan Bara.

Untuk pertama kalinya, Bara kehilangan konsentrasi dalam hidupnya. Ia menggeram dan berdiri dengan wajah memerah.

Gita terdiam. Bukan karna ia takut. Melainkan, kening Bara mengeluarkan darah. Gita mendelik kearah jatuhnya Bara. Setelah menerka-nerka apa yang sebelumnya terjadi, ia kembali menatap Bara.

Bara mengerenyitkan alis melihat tingkah Gita yang aneh. "Kenapa?"

"Jidat lo berdarah."

"Hah?" Tanya Bara heran sambil memegangi kepalanya. Dan benar saja. Tangannya sudah ternodai oleh darah. Bara menatap Gita tajam.

Gita mengedikan bahu. "Cuma ke gores meja. Jangan lebay. Pendarahannya agak banyak, karna tadi lo sempet kejdot. Pake hansaplast aja, nanti juga kering."

Bara mengangkat sebelah alisnya. "Lo kok bisa tau gue ke gores?"

Gita memutar kedua bola matanya. "Lo liat aja!" Tunjuk Gita pada sisi tajam meja yang dekat dengan lantai dimana Bara kejedot. "Di sisi tajam meja itu, ada sedikit darah lo."

Bara mengikuti arah pandang Gita. "Mana?"

Gita berdecak. "Itu! Masa gak keliatan, sih? Liat dikit aja ketemu, kok! Dasar buta!"

DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang