Chapter 5 - Meraga sukma

3.3K 257 12
                                    

Chapter 5
Meraga sukma

"Lalu... di mana ayahmu?"

Baru saja Sangguni akan membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Nirva, namun terdengar suara tangisan Damian menginterupsi, "Ah... Dami terbangun rupanya," gadis cantik itu tersenyum jahil. Sangguni sangat ingin tahu seperti apa reaksi Nirva ketika ia mengendong Damian disaat pria tampan itu sudah mengetahui wujudnya yang lain. Apakah Nirva akan tetap mengizinkannya menggendong Damian atau justru melarang? Sangguni beranjak meninggalkan Nirva menuju kamar Damian.

"Tu-Tunggu! Kau mau kemana?" tepat seperti dugaan Sangguni, Nirva terlihat sangat panik, "Jangan kesana! Jangan mendekati Dami!" Nirva berlari menyusul Sangguni. Pria itu segera menghadang Sangguni di depan pintu kamar anaknya.

Sangguni berdecih, kemudian gadis cantik itu mengibaskan tangannya dengan gerakan yang enteng, seketika itu Nirva terpental jauh menembusi dinding hingga sampai keluar rumah dan mendarat di halaman rumahnya. Sangguni berani melakukan itu pada Nirva saat ini karena Sangguni tahu kalau pria tampan itu tidak akan terluka karena ulahnya. Ia hanya ingin sedikit bermain-main dengan Nirva.

Nirva kaget dengan apa yang terjadi, kekuatan Sangguni begitu besar. Kalau saja ia yang dalam raganya yang dilempar seperti itu, mungkin dirinya akan sangat kesakitan atau bahkan bisa saja langsung terbunuh. Nirva segera berdiri kemudian terbang secepat yang ia bisa kembali ke dalam rumah, ke kamar Damian. Setelah sampai di dalam kamar Damian, Nirva mendarat dengan mulus di atas kedua kakinya, namun pria itu hanya diam mematung. Di hadapannya Nirva menyaksikan Damian yang tengah digendong oleh Sangguni.
Anaknya itu sudah berhenti menangis dan kembali terlelap dengan wajah tenang. Nirva menatap Sangguni yang tengah menggendong anaknya dengan tatapan menyelidik, mencari tahu apakah Sangguni menggunakan kekuatannya untuk membuat Damian berhenti menangis dan tertidur. Hasilnya nihil. Dalam keadaan yang sedang keluar dari raganya, tentu mata batin Nirva terbuka lebar. Ia akan bisa melihat kalau Sangguni memakai kekuatannya, namun ternyata gadis cantik itu tidak menggunakan kekuatan apa pun pada Damian. Damian masih bayi dan sejak awal pasti sudah bisa melihat sosok lain Sangguni, akan tetapi anaknya itu tidak takut sama sekali? Bahkan terlihat sangat nyaman berada dalam gendongan Sangguni. Hari ini Sangguni bahkan Damian membuatnya terus terkejut. Nirva bersyukur karena dia tidak mempunyai riwayat penyakit jantung. Kalau tidak, ia mungkin akan terkena serangan jantung sejak tadi.

Sangguni menatap Nirva yang hanya diam mematung memperhatikannya, "Kenapa?" gadis itu menyeringai.

"Biar... biar aku yang menggendong Dami," Nirva mendekat sambil mengulurkan tangan untuk meminta Damian dari Sangguni.

Sangguni berdecih, "Kau sendiri yang memintaku menjadi pengasuh anakmu. Tapi sekarang bahkan aku tidak boleh menggendongnya? Kenapa? Kau takut aku mencelakai anakmu? Atau... memakannya?"

Tubuh Nirva menegang. Langkahnya terhenti. Pria tampan itu kembali mengingat kejadian beberapa saat lalu, saat Sangguni memakan daging ayam mentah dari lemari esnya, "A-aku mohon jangan sakiti anakku."

Sangguni terkekeh tertahan karena menahan tawanya yang hampir meledak, ia tidak mau kalau sampai tawanya membangunkan bayi mungil dalam gendongannya, "Aku hanya bercanda. Kenapa kau menganggapnya begitu serius?" Sangguni kembali meletakan Damian di dalam ranjang bayinya. Sebenarnya perkataan Sangguni tidak sepenuhnya hanya sebuah candaan. Pada awalnya, mengurus Damian adalah sebuah godaan yang besar. Wangi darah Damian sama wanginya dengan darah Nirva, apalagi daging dan kulit bayi begitu lembut dan segar. Memegang Damian sudah seperti memegang santapan yang menggiurkan. Namun setiap kali Sangguni menatap wajah lucu dan polos bayi mungil itu, niat memangsanya pun sirna seketika. Ada rasa aneh di hatinya yang selalu mencegahnya berbuat jahat pada Damian.

SangguniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang